"Al, ke Perpus, yuk!" ajak Niken.
"Aku mau ke kantin aja, Ken. Istirahat pertama tadi aku nggak makan apa-apa, sibuk bersihin rok kamu."
Niken mengembuskan napas, terpaksa dia sendirian lagi. "Ya udah, gue sendirian aja ke Perpusnya."
Aliya mengangguk, dia paham dengan keadaan Niken. Sahabatnya itu pasti sedang menghindar dari Tasya. Aliya terus menatap Niken yang tengah berjalan ke luar kelas, hingga punggung itu menghilang di balik pintu.
"Aduh." Aliya meringis. Baru saja hendak bangkit dari kursi, tubuhnya menyenggol seseorang.
"Sorry, Al. Gue buru-buru."
"Kamu mau ke mana, Vin?"
Melvin menyengir manja. "Nyusulin Niken, ada yang mau gue omongin sama dia."
"Ngomongin apa?"
"Soal kejadian di kantin tadi, gue jadi ngerasa bersalah."
"Oh, ya udah, buruan susul sana!" Aliya tampak excited. Tanpa basa-basi Melvin langsung bergegas menyusul Niken.
Bagus, Vin! Sering-sering aja kamu deketin Niken. Aliya tersenyum puas.
***
Melvin mendorong pintu kayu besar yang tertutup rapat. Seketika suhu dingin ruangan memanjakan indera perabanya. Melvin tersenyum ke arah penjaga perpustakaan, kemudian sedikit menangangguk tanda meminta izin. Setelah dipersilakan, langkah kaki membawa Melvin menuju deretan rak buku khas Perpustakaan.
"Ngapain di sini?" Melvin menghentikan langkahnya. Baru saja hendak mengejutkan Niken, rupanya cewek itu sudah mengetahui keberadaannya.
"Kok lo bisa tahu kalo gue di sini?"
Tanpa melepaskan pandangannya dari rak buku, Niken menjawab, "Setiap kali pintu Perpus kebuka, orang yang ada di dalamnya pasti langsung nengok ke arah sana."
Melvin manggut-manggut sembari manarik sebuah buku yang terletak di bagian atas. "Gue ke sini mau ngomong sama lo."
"Oh."
"Dih, singkat amat jawabnya."
"Oooh."
Bukannya kesal, Melvin malah tersenyum mendengar respons dari Niken. Menurutnya ... Niken itu lucu.
"Gue seriusan, Ken. Gue mau minta maaf sama lo."
Niken melangkah dengan sebuah buku di tangan kanannya, dan langsung menghenyakkan diri di salah satu bangku Perpustakaan. Setelah duduk, barulah Niken angkat suara. "Maaf kenapa?"
Melvin yang duduk di hadapannya pun menjawab, "Ya ... gara-gara gue, lo dilabrak sama kakak kelas."
"Udah nggak usah dibahas, lagian itu bukan salah lo, kok. Dianya aja yang nggak tahu diri," jawab Niken santai. Melvin hanya tersenyum menanggapi jawaban itu.
Niken kembali tenggelam dalam dunianya sendiri--membaca buku. Jadi, Melvin memutuskan untuk meneliti tiap sisi permukaan wajah Niken. Menikmati ketika gadis itu mengerutkan dahi, mengerucutkan bibir, bahkan saat ia berdecak kecil. Ah, betapa sempurnanya sosok Niken di mata Melvin.
"Eh, Ken." Melvin mencoba untuk menarik perhatian Niken. "Lo udah cek grup Paskib, belum?"
Niken menggeleng. "Belum, HP gue mati."
"Pulang sekolah kita disuruh kumpul."
"Hah? Ngapain?"
"Enggak tahu." Melvin mengangkat bahunya. "Mungkin ... mau bahas tentang masalah di kantin tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vitamin Cinta
Novela Juvenil[Perfect cover by: @kamubiru] "Gue benci cowok nyebelin. Yang pergi gitu aja tanpa pamit, meninggalkan kekecewaan yang amat pahit." ---- ---- ---- Sejauh ini tidak ada yang aneh dengan kehidupan Niken, hari-harinya selalu berwarna ketika bersama Ka...