"🎵Memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudahKau berhasil membuatku tak bisa hidup tanpamu
Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah kauberpaling dariku🎵"
Puluhan pasang mata terpaku ke atas panggung. Suasana menenangkan menyelimuti ruangan aula. Permainan musik Niken sungguh menabjubkan, alunan lagu yang ia nyanyikan amat memukau. Gadis bergaun putih itu tampak menghayati syair demi syair. Rambut hitam yang dibiarkan terurai menambah pesona memikat pada tampilannya.
"🎵Meruntuhkan egoku bukanlah satu hal yang mudah
Dengan kasih lembut kaupecahkan kerasnya hatiku
Beruntungnya aku dimiliki kamu🎵"
Tepat di tengah ruangan, Melvin tergeming. Cahaya kecantikan yang Niken pancarkan sukses membuat bulu romanya meremang. Senyum simpul yang Niken suguhkan berhasil menyampaikan kehangatan pada ronga dadanya.
"🎵Kamu adalah bukti dari indahnya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi tentang terang dan gelapnya hidup ini
Kaulah bentuk terindah dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cintamu kau lelaki terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu🎵"
Tepukan gemuruh menguap tepat ketika berakhirnya nyanyian Niken. Satu-dua di antaranya menjerit minta pertunjukan ulang. Aliya menangis haru, teringat perjuangan sahabatnya hingga dapat menampilkan pertunjukan sehebat itu. Di area kelas dua belas, Tasya tersenyum puas, begitu bangga akan junior terbaiknya.
Niken mengedarkan pandangan, menelisik satu per satu pasang mata. Di saat itulah, di saat ia menatap ke bagian tengah ruangan, mata cantiknya menangkap siluet sosok Melvin. Pria dengan jas hitam itu tersenyum, pandangan mereka bertemu.
Tanpa Melvin ketahui, lagu itu Niken persembahkan kepada dirinya.
***"Gimana, lo ... mau, kan?"
Niken menggeleng tegas. "Maaf, Vin, gue nggak bisa."
Melvin terbungkam. Jawaban Niken sungguh tidak terduga. Lepas dari pesta di sekolah, Melvin mengantarkan Niken pulang ke rumah. Melvin menembaknya, namun gadis itu dengan cepat menolak.
"Ke-kenapa, Ken? Apa gue nggak pantas buat jadi pacar lo?"
"Bukan gitu, Vin." Niken menggeleng, menatap prihatin pemuda di hadapannya.
"Terus kenapa?" Melvin berbisik. Bisikan putus asa.
Awalnya ia teramat yakin jika Niken pasti menerimanya. Tadi sore, Niken menemui Melvin dengan linangan air mata. Niken menangis, meminta maaf kepada Melvin. Melvin pikir, setelah semua peristiwa itu Niken bersedia menjadi pacarnya, namun kini semua itu hanya sebatas ekspetasi belaka. Niken menolaknya!
"Atau jangan-jangan ... lo suka sama cowok lain?" lirih Melvin. Kilatan matanya tak dapat menyembunyikan kekecewaan.
"Nggak, Vin." Niken menggeleng untuk kesekian kalinya. "Dari peristiwa yang kita alami, dari semua cobaan yang kita lalui, akhirnya gue memahami sesuatu. Gue emang nggak mau pacaran. Gue nggak butuh cowok yang setiap hari ngasih kabar, yang setiap hari ngingetin makan, yang setiap bulan selalu ngucapin happy anniversary. Gue nggak butuh orang yang semacam itu di hidup gue. Enggak perlu!"
Melvin makin terhenyak. Ia sempat membayangkan hari-hari itu, namun rupanya Niken tidak menginginkannya.
"Yang gue butuhkan cuma satu ... yaitu Melvin." Niken tersenyum, tatapannya teduh menenangkan hati. "Melvin yang setiap hari ada di sisi gue, Melvin yang setiap hari bikin gue tersenyum, Melvin yang kalo dia pergi ... bisa bikin hidup gue nggak berarti. Gue nggak perlu pacar, Vin. Gue cuma butuh lo, cowok yang berhasil mengubah pandangan gue terhadap cinta. Melvin Arsha Nugraha."
Melvin terbelalak. Segerombolan kupu-kupu terasa mengelilingi tulang dadanya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Melvin menemukan seorang wanita dengan pemikiran seperti itu.
"Tapi, tapi kalo kita nggak pacaran ... gimana dengan orang lain?" Melvin menghela napas gusar. "Banyak cowok yang suka sama lo, Ken. Gue takut, suatu hari nanti lo lebih milih cowok lain daripada gue."
"Melvin." Niken meraih tangan pria itu, menggenggamnya. "Cinta tidak hanya sebatas ikatan, cinta tidak harus saling memiliki. Kelak, jika Tuhan mempersatukan kita, kita tetap akan bersama, kita akan memiliki ikatan. Ikatan yang suci. Sebagai sepasang suami istri."
Tanpa sadar itu membuat Melvin tertawa. Mata cantiknya mulai berkaca-kaca. Tubuh dengan tinggi 172 cm itu merengkuh pundak gadis di hadapannya. Tidak masalah, Melvin dengan ikhlas menerima jawaban Niken. Biarlah tidak menjadi seorang pacar, biarlah takdir yang menentukan. Apa pun yang terjadi di hari esok, semua sudah direncakan oleh Tuhan.
Kini, gadis jutek dan pemuda pecicilan itu telah bersama. Bukan dalam status berpacaran, tapi terikat dalam sebuah persahabatan.
-Vitamin Cinta-[Author's Note]
Ada yang baper? Ada yang kebawa cerita? Oke, aku yakin pasti nggak ada. Kalo gitu, mending tonton ini aja.
Virgoun - Bukti | Hanin Dhiya Cover 2017 Full Music Video
Gimana, kalo yang itu baper nggak? NGGAK?! Oke, aku nggak bisa maksain, wkwk.
Untuk semua pembaca Vitamin Cinta--baik pembaca setia ataupun pembaca yang tak sengaja singgah, baik pembaca aktif maupun silent readers--terima kasih banyak sebanyak-banyaknya. Jauh dari pemikiran aku, kalo cerita ini bisa dibaca banyak orang.
Readers : Emang 3K banyak? Banyak itu 3M, kali!
Me : Ya, mungkin bagi kalian sedikit, tapi bagiku itu udah lebih dari cukup. Tapi kalo bisa sih sampe jutaan :v *dilempar ke kolong Ampera*
Entah ini akhir yang bagus, atau malah sebaliknya. Satu hal yang pasti, tamatnya suatu cerita bukan akhir dari semuanya, tamatnya suatu cerita adalah awal dari cerita baru.
Akhir kata, terima kasih dan sampai jumpa!
Palembang, 17 Maret 2018
Vebri Saputra
KAMU SEDANG MEMBACA
Vitamin Cinta
Roman pour Adolescents[Perfect cover by: @kamubiru] "Gue benci cowok nyebelin. Yang pergi gitu aja tanpa pamit, meninggalkan kekecewaan yang amat pahit." ---- ---- ---- Sejauh ini tidak ada yang aneh dengan kehidupan Niken, hari-harinya selalu berwarna ketika bersama Ka...