Dia... tahu namaku. –Kim Dahyun
Drrt... Drrt...
Anak laki-laki berdarah campuran yang baru saja naik ke atas motornya itu mengurungkan niat untuk mengenakan helmnya ketika sebuah panggilan masuk menimbulkan getar di saku celananya. Melihat nama seseorang yang sedang menghubunginya, Hansol Vernon Chwe segera menjawab panggilan itu.
"What's up miss?"
"Hansol-ah... kau masih di sekolah?" orang di seberang sana bertanya tanpa babibu.
"Iya, Apa latihanmu sudah selesai? Ikut pulang bersamaku?"
"Maaf, kau pulang saja lebih dulu. Chaeyeong tidak sengaja melukai pergelangan kakinya. Aku dan sunbae yang lain sedang menuju rumah sakit sekarang."
"Begitu? Baiklah, aku akan memberitahu ibumu."
"Hansol-ah..."
"Apa?"
"Bisa tolong ambilkan tasku di ruang latihan? Aku akan langsung pulang setelah dari rumah sakit."
Vernon mengangguk. "Baiklah. Sampai jumpa di rumah."
"Ne... gomawong jagiya..."
Mendengar pacaranya mencoba berlagak manis, Vernon tidak mampu menahan tawa. Dia tersenyum kecil sambil memendam rasa gemasnya. Jika saja gadis itu ada di hadapannya saat ini, mungkin Vernon sudah mencubiti pipinya berulang kali.
"Baiklah..." ucapnya lembut. "Jika berterima kasih, traktir aku tteobokki sore ini, oke?"
Masih berusaha terdengar manis, gadis di seberang sana menjawab. "Oke..."
Vernon baru saja akan menutup panggilan tersebut ketika, Tzuyu, gadis keturunan cina yang sudah ia kencani beberapa bulan terakhir memanggil lagi namanya ingin mengatakan sesuatu.
"Hansol-ah, jika kau tidak menemukannya di ruang latihan, coba tanya Dahyun. Hari ini adalah jadwal piketnya jadi mungkin dia sedang berberes."
Mendengar nama itu, otaknya seakan kosong seketika. "Maksudmu, Kim Dahyun?" ulangnya namun tidak mendapat balasan. Tzuyu baru saja memutus panggilan tersebut dan meninggalkannya dalam kebingungannya sendiri. Untuk sesaat anak laki-laki dengan mata hazel bening itu terdiam di motornya. Dari sekian banyak anggota klub dance, kenapa harus Kim Dahyun?
***
Ruang latihan menari berada di lantai dua bangunan sekolah mereka. Saat Vernon tiba, pintu ruangan tersebut terbuka namun tidak ada siapapun disana, bahkan Kim Dahyun sekalipun. Vernon berinisiatif untuk masuk dan mencari apa yang dia butuhkan tapi tidak menemukan satupun tas tergeletak di lantai kayu itu. Ia hendak keluar dan akan menghubungi Tzuyu ketika seorang gadis berpapasan dengannya di depan pintu.
Keduanya terkesiap, terlebih Kim Dahyun yang mendapati keberadaan anak laki-laki itu di hadapannya. Setelah kontak mata yang tidak lebih dari beberapa detik, Vernon dapat melihat kedua mata gadis itu membuang pandang darinya.
"Kau... mencari sesuatu?" tanya Dahyun kikuk.
"Aku ingin mengambil tas Tzuyu, dia bilang kau tahu dimana itu." Salah satu bakat Vernon yang ia syukuri adalah kemampuannya untuk berlagak acuh. Sebesar apa rasa canggung itu mengusiknya, Vernon bisa bernapas lega karena tidak terlihat bodoh di hadapan gadis berkacamata itu.
"Ah, tas?" tanpa sadar Dahyun mendongak, dan menatap langsung bola mata hazel Vernon. "Aku menyimpannya di loker klub."
Lagi, keduanya sama-sama kaget ketika untuk pertama kalinya, setelah beratus-ratus hari terlewat, kedua mata mereka bertemu kembali. Namun dengan cepat Dahyun tersadar dan secara spontan langsung membuang muka lagi dari Vernon.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day after Days [END]
FanfictionA Fanfiction of SVT's Vernon and Twice's Dahyun. Genre: Fanfiction, School, and Romance Language: Bahasa