Cut 4: Bus Stop

1K 129 3
                                    

Hujan, turunlah lebih lama. – Kim Dahyun

Seperti yang diperintahkan Sana, Dahyun pun menepati janjinya untuk pulang bersama. Gadis keturunan jepang itu lagi-lagi membolos jam pelajaran malam dan memilih untuk mengambil kerja paruh waktu. Begitu bel berbunyi, Dahyun langsung bergegas menunggu di pintu gerbang. Sepuluh menit kemudian Sana baru terlihat batang hidungnya.

"Sunbae!" Dahyun melambai pada Sana.

"Sudah lama?"

"Sepuluh menit."

"Hmm... lebih cepat tiga menit dari sebelumnya."

Dahyun memasang wajah cemberut yang langsung disambut cubitan geram Sana di pipinya.

"Dahyun-ah." Panggil Sana sambil terus berjalan. "Kenapa kau terus memanggilku sunbae sementara kau memanggil Jihyo dengan sebutan eonni?!"

Dahyun menggaruk kepalanya. "Bukan maksudku seperti itu. Hanya saja aku dan Jihyo eonni tinggal di lingkungan yang sama sejak kecil dan sudah tidak asing dengannya. Sementara denganmu, aku— maksudku— jika kupanggil eonni, aku takut sunbae merasa tidak nyaman." Gugup Dahyun menjelaskan.

Dengan kesal Sana memukul pelan kepala Dahyun dengan kepalan tangannya. "Bodoh! Alasan macam apa itu. Mulai sekarang, panggil aku dengan sebutan eonni!"

"Tidak apa-apa?"

"Tentu saja."

"Hehe... baiklah." Dahyun tersenyum cerah. Sambil menyeimbangkan langkahnya dan Sana, sesekali ia bergumam pada dirinya sendiri sambil melafalkan panggilan barunya untuk Sana.

"Dahyun-ah." Sana kembali memanggil.

"Iya?"

"Tadi... sewaktu di kantin..." wajah Sana berubah serius. Matanya memicing curiga menatap Dahyun. "Apa kau mengenal Vernon sebelumnya?"

Deg...

Pertanyaan tidak terduga Sana membuat Dahyun mati kutu. Dia berusaha tenang dan menjawab pertanyaan itu. Tapi gagapnya semakin menyulut kecurigaan Sana. "Ti— tidak"

"Benarkah?" cecar Sana menelisik mata Dahyun.

"A— aku benar-benar tidak mengenalnya."

"Lalu kenapa kau terbata-bata begitu?"

"Ne? Ti— tidak kok. Aku hanya kaget kenapa eonni bisa menanyakan hal itu."

Melihat Dahyun yang bersikeras, Sana semakin menatap gadis itu tajam. Mata Dahyun yang sejak tadi tidak berani menatapnya cukup membuat Sana yakin jika gadis itu tengah menyembunyikan sesuatu.

"Baiklah, aku akan percaya padamu."

Dahyun menghela napas lega. Dia sangat bersyukur mendapati Sana tidak bertanya hal yang macam-macam lagi. Jika tidak, Dahyun mungkin tidak akan bisa bertahan dalam kebohongannya tapi juga tidak bisa mengakui perasaan yang dia sembunyikan dengan rapi selama ini.

"Eo— eonni. Itu busnya datang." Dahyun berusaha mengalihkan perhatian Sana dari obrolan mereka tadi.

Sana berpura-pura melupakan kecurigaannya barusan. Meski begitu, tatapan Vernon pada Dahyun sewaktu di kantin benar-benar mengganggunya. Mungkin Dahyun ataupun Tzuyu tidak menyadari, tapi dia yang melihatnya dengan mata kepala sendiri, bisa dengan mudah menyimpulkan jika Dahyun dan Vernon terikat pada sesuatu yang kini mereka simpan rapat-rapat. Sana tidak ingin meragukan jawaban Dahyun, tapi dia juga tahu jika jawaban itu tidak sepenuhnya jujur. Dahyun pasti menyimpan sesuatu yang tidak bisa dia bagi pada siapapun dan Sana yakin dengan sangat jika sesuatu itu berkaitan dengan Vernon.

One Day after Days [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang