Cut 12: Redeem

1.3K 104 9
                                    

Maafkan aku. – Kim Dahyun

"Ah! Aku benar-benar ingin pulang!" sambil meregangkan badannya, Seungkwan menyusul langkah Vernon yang sudah berjalan di depan. "Hansol-ah... apa aku boleh pulang lebih dulu?"

Vernon tampak mengabaikan ucapan itu dan berjalan semakin cepat menuju café di seberang jalan.

"Ya, Chwe Hansol!"

Jika dia tetap bungkam, Vernon tahu Seungkwan akan bertambah berisik, jadi dia membungkam racauan temannya itu secepatnya. "Hae... tapi mungkin kau tidak akan menemukan namamu di dalam projek." (lakukanlah / silahkan).

Wajah Seungkwan langsung memberengut. "Dasar sialan!"

"Ya, Boo Seungkwan... kau bukan anak SMA lagi. Apa kau ingin bertemu dengan professor Park lagi tahun depan?!" Vernon mulai menceramahi Seungkwan. Sudah dua tahun sejak mereka lulus dan laki-laki itu belum berubah sama sekali. Sekarang, mendapati mereka masuk ke universitas yang sama, Vernon tidak tahu apakah itu harus dianggap berkah, atau malah musibah.

"Baiklah, baiklah. Tapi..." Seungkwan menjeda sejenak. Dia menoleh pada Vernon dan berpura-pura tepuk tangan. "Woah, Hansol kita sudah menjadi pria dewasa rupanya."

Ejekan itu membuat Vernon tertawa kecil. Banyak hal yang terjadi dalam dua tahun sehingga membuat Vernon mulai melihat dunia dengan berbeda. Melepas statusnya sebagai anak SMA, Vernon mulai menganggap serius beberapa hal, salah satunya pendidikan. Butuh usaha ekstra pada awalnya untuk Vernon beradaptasi dengan kehidupan kampus, dan mendapat nilai E –karena tugasnya tak lengkap- di awal semester, mungkin menjadi titik awal baginya membulatkan tekad agar tidak lagi bermain-main.

"Aku ingin caramel macchiato." Seungkwan berseru semangat begitu mereka sampai di konter.

Vernon pun segera memesan. "Satu caramel macchiato dan satu Americano." Pesanan mereka diambil dan sembari menunggu, keduanya berniat duduk di salah satu meja.

"Disana saja." Gumam Seungkwan menunjuk pada satu arah.

Mereka segera menghampiri meja yang dimaksud. Seungkwan memimpin langkah namun sebelum mencapai meja, seseorang yang tidak sengaja berpapasan dengannya membuat Seungkwan membatu.

Disampingnya, Vernon pun tidak kalah kaget. Tatapannya spontan terkunci pada sosok di hadapannya. Sudah lama sekali sejak terakhir mereka bertemu, dan melihat keberadaan orang ini, Vernon tidak mampu menahan dirinya untuk tidak memikirkan salah seorang lagi.

"Oraenmanida... Chwe." (lama tidak bertemu)

"Ne, oraenmanida... sunbaenim."

***

Dibandingkan dengan meja lain, meja yang mereka tempati mungkin terdengar paling sunyi. Hampir sepuluh menit namun tidak ada satupun yang bersuara diantara mereka. Keduanya sibuk memperhatikan satu sama lain, bertanya dalam hati apakah orang yang kini duduk di hadapan masing-masing menjalani hidup yang sulit atau sebaliknya. Awalnya tidak Vernon ataupun Wonwoo berpikir jika mereka harus berakhir berbicara berdua seperti ini, namun entah bagaimana mereka sama-sama mendengarkan saran Seungkwan yang kini sudah tidak terlihat batang hidungnya.

"Kau terlihat baik." Wonwoo lah yang pertama membuka suara.

Vernon mengangguk pelan. "Begitulah."

"Ku kira kau akan semakin 'tersesat'"

Dugaan Wonwoo membuat Vernon tersenyum tipis. "Ya, awalnya. Tapi aku jauh lebih baik sekarang. Bagaimana denganmu?"

"Seperti yang kau lihat."

One Day after Days [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang