Could you please stop smiling at him? 'Cause it got me jealous. –Vernon
BRAAK!
Vernon membanting pintu kamarnya sekuat tenaga dan langsung naik ke atas tempat tidur. Napasnya memburu, masih terbayang jelas di kepalanya bagaimana Dahyun LAGI-LAGI berusaha menghindarinya.
"Kenapa dulu kau tiba-tiba menghindariku, Kim Dahyun?"
Dahyun mulai tahu arah pembicaraan itu. Dengan jelas dia menangkap arti dari pertanyaan Vernon. Alih-alih menjawab, Dahyun hanya bisa mematung.
"Aku tidak—"
Saat Dahyun akan mengelak, Vernon segera menangkis alasan apapun yang akan Dahyun katakan. "Jangan membuat aku mengulang pertanyaan yang sama lagi, Kim Dahyun."
"Aku..." Dahyun terbata. "Aku..." Vernon masih menunggunya berbicara. Tapi saat ini sepertinya Dahyun harus menghindar lagi. Sebuah bus tampak mendekat ke halte tersebut. Syukurlah, pikirnya. "Aku harus segera pergi."
Vernon hanya bisa diam membiarkan Dahyun pergi. Dia meremas rambutnya ketika melihat bus yang dinaiki Dahyun menjauh. Ini kali kedua namun Vernon masih bisa merasakan perih yang menjalar di dadanya.Kekalutan Vernon membuatnya tidak menyadari kehadiran orang lain di kamarnya, Boo Seungkwan. Anak lelaki berisik itu sudah memperhatikan Vernon sejak tadi. Melihat bagaimana gelisahnya Vernon, Seungkwan mengetahui pasti apa penyebabnya.
"Ya!" panggil Seungkwan sambil menunjang kaki Vernon. Meskipun kaget jika ternyata dia tidak sendiri, Vernon sama sekali tidak membuka mata.
"Aku sedang tidak berniat meladeni tamu. Jadi, pulanglah." Vernon menjawab dingin.
"Ada apa?" tanya Seungkwan acuh sambil memakan camilan yang diberikan ibu Vernon. "Kim Dahyun lagi?"
Skakmat.
"Jangan sok tahu!" Vernon berusaha mengelak.
"Hansol-ah..." Seungkwan mengambil kursi belajar Vernon lalu duduk. Diletakkannya camilannya dan berhenti makan untuk sementara. Seungkwan mulai berlagak seperti konselor. Tidak hanya itu, nada bicaranya pun langsung dibuat-buat serius.
"Kau itu sangat mudah dibaca." Tukas Seungkwan. "Semua murid mungkin melihatmu sebagai idola, tapi mereka tidak tahu jika dibalik Vernon yang mereka bilang 'seksi' ada Chwe Hansol yang super bodoh."
Vernon langsung melirik. "Aku tidak bodoh!"
"Yayaya... terserahmu saja." Seungkwan mengambil lagi camilannya. "Jadi, ada apa lagi dengan Kim Dahyun?"
"Sudah kubilang jangan sok tahu!"
"Lalu? Apa Tzuyu yang telah membuatmu seperti ayam sayur begini? Hah! Aku berani bertaruh uang jajanku selama sebulan jika ini bukan karena Tzuyu!"
Seungkwan seratus persen benar dan Vernon tidak bisa menyangkal lagi.
"Oh iya, aku lihat kau masih menyimpan tag namanya."
"Ya Boo Seungkwan! Berani-beraninya kau memeriksa barang-barangku!"
Seungkwan hanya angkat bahu. Dia tidak peduli jika Vernon marah padanya. Lagipula itu bukan kali pertama Seungkwan melihat tag nama Dahyun masih tersembunyi rapi di rak buku Vernon.
"Jadi ini benar tentang Kim Dahyun, 'kan?" desak Seungkwan lalu geleng-geleng kepala. "Astaga, Hansol! Sudah lebih dari setahun dan kau masih seperti ini karena dia?!"
Penat, Vernon kembali membaringkan tubuhnya di kasur. Ditutupnya matanya dengan salah satu lengan lalu menghela napas berat.
"Sudahlah lupakan dia. Kalian juga hanya pernah berbicara sekali. Lagipula kau sudah mempunyai Tzuyu. Kau mungkin tidak benar-benar melakukannya, tapi sepertinya hatimu sedang berselingkuh saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day after Days [END]
Fiksi PenggemarA Fanfiction of SVT's Vernon and Twice's Dahyun. Genre: Fanfiction, School, and Romance Language: Bahasa