Mulai sekarang matamu menjadi kesukaanku. – Kim Dahyun
Dua orang gadis yang duduk didepannya tengah memakan roti dan soda. Lima orang lain yang duduk di pojok depan kelas duduk dalam lingkaran sambil membicarakan sesuatu. Ditempatnya sendiri, Dahyun, yang sejak tadi hanya bisa memperhatikan ruang kelasnya tampak canggung menyembunyikan bekal makanannya. Awalnya dia ingin membagi bekal tersebut dengan Chaeyoung, teman pertamanya, tapi gadis berambut pendek itu tidak hadir karena sakit.
Dahyun mengedarkan pandangannya lagi namun tetap tidak menemukan satupun murid yang membawa bekal sepertinya. Ah, seharusnya dia tidak perlu meminta Ibunya menyiapkan bekal pagi ini. Seharusnya dia berbelanja saja di kantin sehingga dia memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan murid lain.
Apa ku sembunyikan saja?
Dahyun hendak memasukkan bekalnya lagi ke dalam tas, tapi bayangan ibunya dengan semangat menyiapkan bekal ini di pagi buta membuat Dahyun mengurungkan niat. Dia mengambil lagi bekal itu lalu pergi keluar kelas. Sebaiknya dia mencari tempat yang cukup sepi untuk menghabiskan bekalnya.
Setelah lama berkeliling, Dahyun mendapati taman belakang sekolah mereka sepi dari kehadiran murid-murid. Dahyun tersenyum tipis dan bergegas kesana. Langkahnya tiba-tiba terhenti, sesosok anak laki-laki terhempas jatuh ke tanah. Selang beberapa detik, beberapa anak laki-laki dengan badan yang lebih besar menghampirinya. Semuanya berjumlah empat orang dan salah satu dari mereka terlihat menendang kaki anak laki-laki yang terjatuh tadi.
Anak laki-laki yang terduduk di lantai itu tampak mengucapkan sesuatu yang semakin menyulut kekesalan beberapa orang diatasnya. Dia kembali menerima pukulan dan tendangan disana-sini. Seragamnya tampak kotor dan lusuh, Dahyun juga dapat melihat bekas darah di sudut bibir dan lebam di wajah anak laki-laki itu. Dahyun terpaku, pikirannya kosong. Dia tidak tahu apakah harus melarikan diri atau berpura-pura berani dan menjadi saksi dari aksi tersebut.
Sebelum sempat memutuskan apa yang harus dia lakukan, salah satu dari gerombolan anak laki-laki itu memergokinya. Seakan tidak tertarik lagi dengan orang yang baru mereka pukuli, keempat anak laki-laki itu menghampiri Dahyun dan langsung mencegatnya untuk pergi. Dahyun merasakan tubuhnya gemetar ketakutan.
"Ya!" salah satu dari keempat anak laki-laki yang berdiri di tengah –tampak seperti ketua dari keempat anak tersebut- meneriakinya. Tapi Dahyun terlalu takut untuk mengangkat kepala.
"Kim Dahyun. Namamu Kim Dahyun?" ketua gerombolan itu melirik tag nama Dahyun lalu mencemooh namanya. "Dengar aku Dahyun-ah..."
Dahyun masih menunduk, memejamkan matanya.
"Ah... kau sangat ketakutan, ya?"
Ejekan itu disambut gelak tawa seluruh anggota gerombolan itu. Lalu Dahyun merasakan tangan besar sang ketua meraih dan melepas tag namanya. Tubuh Dahyun menegang, terlebih saat Dahyun merasakan teriakan anak laki-laki itu tepat di mukanya.
"Tutup mulutmu, paham?!"
Setelah itu, keempatnya lari dari sana. Dahyun masih merasakan dadanya berdebar hebat. Takut-takut dia membuka matanya. Mereka sudah pergi. Beberapa meter di hadapannya, hanya ada anak laki-laki yang dipukuli tadi tergeletak di atas rerumputan. Refleks Dahyun menghampiri perlahan-lahan. Semakin dia mempersempit jarak diantara mereka, Dahyun bisa mendengar batuk anak laki-laki itu dan sempat dia melihat anak laki-laki itu meludahkan cairan kental berwarna merah.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Dahyun berlari menghampiri. Ketika Dahyun mencoba untuk menyentuh pundaknya, anak laki-laki itu menepis tangannya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day after Days [END]
FanfictionA Fanfiction of SVT's Vernon and Twice's Dahyun. Genre: Fanfiction, School, and Romance Language: Bahasa