Hijrah

33 7 0
                                    

Hijrah~~~

Hijrah mempunyai banyak arti. Mulai dari proses, perubahan, pengembangan, pematangan, peluasan pola pikir, dan masih banyak lagi.

Sesuai artinya hijrah adalah proses. Proses yang sangat mudah namun banyak cobaan didalamnya. Banyak orang yang stuck ditengah jalan bahkan menghentikan hijrahnya hanya karena merasa dirinya terlalu banyak mendapat cobaan.

•••
Sebelum aku memutuskan untuk berhijrah rasa sakit hati terlalu sering menghampiri, entah itu dari orang yang kucintai atau yang membenciku. Tapi, aku lebih sering sakit hati dikarenakan orang yang kucintai. Sering kali aku menjatuhkan hatiku ke pria yang salah. Orang yang kucintai justru menghina diriku. Menghina wajahku. Wajahku memang tidak cacat, tapi mereka berpikir wajahku aneh karena campuran China-Arab.

Pernah sekali aku jatuh cinta pada seorang ikhwan sholeh, baik hati, dan juga tampan. Tapi ternyata dia berpacaran dengan akhwat yang ku kenal sholehah, baik hati, dan lumayan cantik.

Sebenarnya ikhwan itu tahu kalau aku menyukainya. Tapi dia mengumbar kedekatannya dengan akhwat tersebut dimuka umum.

Untuk yang pertama kalinya aku jatuh cinta dan langsung sakit hati. Dan sejak saat itu aku memutuskan say no to virus merah jambu. Say yes to hijrah.

•••
Seiring perjalanan hijrah yang kulalui. Aku merasa terombang ambing bagai kapal ditengah luasnya samudera yang tidak tahu apakah harus tetap berlayar atau mengikuti ombak yang membawanya.

"Butuh waktu 18 tahun lamanya untuk kapal itu kembali berlayar. Masa terombang ambing itu sudah lewat!. Sekarang waktunya mencari jalan kearah yang lebih baik"

Kalimat itu aku yang buat untuk diriku sendiri. Agar saat aku lalai dalam ibadah, aku selalu mengingat apa yang ku katakan untuk diriku.

Saat memutuskan untuk berhijrah aku mulai mengubah semuanya secara bertahap. Dari yang memakai pakaian pendek menjadi serba panjang. Dari yang tidak memakai kerudung hingga memakainya setiap saat. Dari yang merasa 'ngapain memakai handsock sama ciput? Bikin gerah' menjadi 'ternyata memakai handsock itu enak, dan ciput juga membuat rambutku tidak berkeliaran saat memakai hijab, aku suka'. Dari yang hampir tidak pernah memakai kaos kaki saat berpergian atau memakai sendal menjadi sering memakainya. Dari yang tidak suka bertegur sapa menjadi sering bertegur sapa.

Namun, aku masih belum berani memakai cadar. Merubah penampilanku menjadi seperti ini saja sudah terlalu banyak orang yang berkomentar. Sebagian kecil mendukung penampilanku seperti ini, sisanya tidak.

Mereka justru mencibir dengan perkataan...
"Ah kamu ngapain berpenampilan seperti itu?"
"Kaya anak pesantren, padahal bukan, hahaha"
"Tobat ya kamu?"
"Tumben negur? Ada apa? wkwk"

Dan saat aku meminta ibuku untuk membelikan hijab dan gamis panjang ia justru berkata 'lah, kamu kenapa? Kamu kan bukan anak habib atau kyai'

Saat orang lain yang mencibir aku memang tidak terlalu peduli, tapi ini ibuku sendiri. Sedikit sakit.

But there's no problem
Aku sudah mengambil keputusan berhijrah, aku harus melanjutkannya, karena ini demi diriku, dunia dan akhiratku.

Syukur, Alhamdulillah karena rutinitas ku dalam berhijrah membuatku sedikit lupa akan sakit hati yang mereka ukir dengan tajam dihatiku dan juga saat ini aku belum ada rencana untuk jatuh cinta lagi.

Karena, buat apa jatuh cinta? Yang ada nanti malah bikin sakit hati. Lagi juga bagiku sudah tidak jaman untuk "cinta monyet" karena aku sudah menjadi mahasiswi bukan siswi sekolah dasar.

For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang