Cerita baru

21 6 0
                                    

Semester awal ditahun pertama sangat membuat perasaanku tidak karuan.

Bayangkan saja hari pertama masuk aku ketinggalan sholat dua rokaat sebelum subuh hingga ketinggalan nebeng mobil kakak.

•••
"Ahhh kakak nyebeliiin!!" Aku mendengus sebal jika mengingat apa yang terjadi barusan.

Tangan besar nan kekar mendarat lembut di pundak ku
"Mba jangan teriak-teriak ya, ini itu di bus ya mba, wkwk"

Dengan refleks aku menerpa tangan itu dari pundakku
"Ah iya, maaf mas saya lupa kalo lagi di bus hehe"

Aku mencoba seramah mungkin terhadap stranger karena tidak ingin dipanggil sombong lagi.

"Yaudah mba tidak usah dipikirkan, maaf mba saya boleh duduk disebelah mba?" Tanya pria itu.

"Ahh iya mas silahkan" kataku sambil memberinya tempat duduk disebelahku.

Ia pun duduk sambil membuka percakapan.

"Mba mau kemana?"

"Saya mau ke STEI UH mas, kalo mas?"

"Wah kita sama, Maba? (Mahasiswa/i Baru) fakultas apa?"

"Iya mas saya maba, fakultas Teknik Informatika, kalo mas nya?"

"Saya juga maba ko mba dan fakultas kita juga sama. Wah kebetulan banget yah mba"

"Ahahaha iya"

Jarak antara tempat tinggalku dan STEI memang lumayan jauh jika naik bus karena harus mengikuti rute busnya.

Tepat jam 7 pagi bus berhenti tepat di depan gerbang. Aku dan mas tadi pun turun.

Disaat banyak orang keluar masuk gerbang, ia justru membuka percakapan (mungkin untuk yang terakhir)
"Saya tidak tahu harus berkata apa tentang mba, tapi makasih mau jadi teman ngobrol pertama saya disini, mungkin kita se-universitas dan se-fakultas tapi belum tentu kita satu kelas, bahkan belum tentu kita berpapasan lagi, intinya makasih ya mba"

"Ah iya sama-sama juga masnya udah Jadi teman ngobrol saya tadi. Kalau misalkan kita berpapasan saling tegur aja ya mas" kataku sambil jalan memasuki area UH.

Masnya menyamai langkahku dan berkata
"Ahh iya, pasti. Kalau gitu aku duluan ya mba, kamu hati-hati"

sehabis mengatakan itu ia langsung berlari dengan cepat menyusuri sudut-sudut UH.

Spontan langkahku terhenti ketika menyadari sesuatu.

Tunggu dulu. Dia tadi bicara apa? Aku? Kamu hati-hati? Idihh. Jangan geer Nur.

"Keep istiqomah Nur. Jangan geer. Karena sesungguhnya Nur dilahirin bukan buat jadi ke-geer-an" kataku dengan nada berbisik dan melanjutkan jalan ke tempat tujuanku.

Sesampainya di gedung STEI aku melihat ratusan orang memenuhi gedung. Sungguh beruntung manusia-manusia yang dapat diterima disini.

Alhamdulillah ya rabb aku bisa menjadi bagian dari calon orang-orang hebat ini.
•••

Ternyata di satu fakultas hanya ada satu kelas untuk tiap-tiap angkatan.

*Suara kaki sedang berlari*
Kudengar ada suara datang dari arah belakang, tapi aku berharap orang yang sedang berlari itu tidak datang kearahku.

*Bruk*

"Astagfirullah, sakit umiii" kataku sambil mengelus pinggangku yang ditabrak tadi

"Afwan mba, saya terburu-buru, ini kacamatanya"

Samar-samar kulihat wajahnya seperti tidak asing untukku.

"Ahh iya tidak apa, makasih" kataku yang sedang memakai kacamata
"Oh mas yang tadi"

"Loh mba kok? Astagfirullah ternyata yang saya tabrak itu mba, maaf ya"

"Ah iya tidak usah dipikirkan, lagi juga masnya kenapa lari?"

"Itu saya mau menyusul teman SMA ternyata mereka masuk TI juga"

"Oh gitu"

"Yaudah, kita bareng aja ke kelasnya nanti juga saya bakal ketemu mereka dikelas"

"Iya"

"Oh iya nama mbanya siapa yah? Dari pagi kita ngobrol tapi belum kenalan, rasanya hambar"

"Nuri Al-Faith, kalau mas?"

"Noer Al-Bach, salam kenal ya Nuri"

"Iya Noer sama-sama"

"Eh iya nama kita pengucapannya sama yah Nur wkwkwk"

"Iya aku baru engeh hahaha, eh iya itu peci dipegang aja? Kenapa tidak dipakai?"

"Kamu mau aku memakainya? Okesiap"

Tidak kusangka dia langsung memakai peci itu di kepala nya.

Ikhwan yang lucu ppfftt.

"Kenapa? Kamu ngomong apa Nur?"

"Aku? Aku ngomong apa?"

"Tadi kalau tidak salah aku dengar ikhwan yang lucu ya kan? Hahaha"

*Blush*
"MasyaAllah maluuu, aku kira tadi cuma ngomong di dalem hati. Ih malu"

"Yaudah tidak usah dipikirkan, gausah malu"

For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang