9 Tahun Kemudian..
Kini Justin telah menyelesaikan UN SMP-nya tahun ini dengan nilai yang sangat memuaskan. Mesara pun juga sama, nilainya sangat memuaskan untuknya. Namun tetap saja, mereka melanjutkan SMA-nya di Sekolah Akasaka.
Justin keluar dari kelas IX A dan berjalan menuju gerbang sekolah. Disana dia melihat Mesara berdiri disamping pos satpam. Justin segera menghampiri Mesara.
"Memes, hari ini jalan yuk. Gue lagi pengen ke taman kota nih. Lo mau nemenin gue gak?" tanya Justin. Sebenarnya dia tahu kalau dia pasti-akan-ditolak oleh Mesara.
"Ga, sana aja sendiri" jawab Mesara dengan sinis.
Justin POV
'Yaudah kalo gak mau juga gapapa' batinku.
"Hm gue duluan ya, dah dijemput nih hati-hati ya entar pulangnya Mes"
sekilas aku melihat Mesara dan segera menuju jemputan.
Mesara tidak menghiraukan perkataanku. Yap aku sudah terbiasa dengan sikapnya yang seperti itu. Aku masuk ke mobil jemputanku dan langsung menuju rumah.
Sesampainya dirumah, aku menuju kamarku. Langsung aku mengambil ponselku dan mengirim pesan kepada Mesara.
Justin Agrevano
Lo udh sampe rmh kan?
Segera aku menekan tombol send dan pesan itu terkirim. Sudah menjadi kebiasaanku menanyai kabar dirinya.
Apa aku pernah mendeskripsikan Mesara?
Ya, dia itu cantik, manis, aku sudah suka dengannya sejak aku TK. Sejak aku mulai bersahabat dengannya. Tapi semenjak gempa yang terjadi beberapa tahun lalu, dia menjadi berubah. Saat baru SMP pun dia menjadi pemarah, suka menyakiti diri sendiri dan juga orang lain termasuk aku. Aku masih penasaran, mengapa dia bisa berubah seperti itu, apakah ada masalah yang menimpanya? Sungguh hatiku ingin bertanya langsung kepadanya, tapi takutnya dia marah kepadaku, aku menghindari itu. Sangat.
Mesara POV
Aku berdiri di sebelah pos satpam menunggu jemputanku datang sambil menatap layar ponselku.
'ting'
'ting'
Ada pesan masuk ke ponselku. Kali ini ada dua. Biasanya si Justin hanya mengirim satu pesan saja tiap pulang sekolah. Iya TIAP PULANG SEKOLAH. Setelah kubuka kotak pesanku, ternyata ada dua pesan yang masuk, dari orang yang berbeda.
Stranger ( 1 )
Misi lo hari ini adalah, memenggal kepala ayam tepat jam 12 malam.
Justin Agrevano ( 1 )
Lo udh sampe rmh kan?'sial, misi bodoh apalagi ini' gerutuku.
Semenjak gempa yang terjadi 9 tahun yang lalu membuat aku merasa sangat takut. Aku merasa ada seseorang yang terus memperhatikan diriku. Setelah aku diberikan hadiah ponsel oleh mama waktu smp kelas 7, aku mulai mendapatkan pesan pesan misi aneh seperti ini dari orang yang aku tidak kenali sama sekali. Kalau satu misi aku lewati, hari itu juga aku mengalami hal yang buruk seperti mimpi buruk, bahkan dia mengancam bahwa orang di sekitarku akan celaka. Aku penasaran, siapa yang membuat hal bodoh macam ini? Misi yang pertama kali diberikan oleh orang yang aku namai 'stranger' ini adalah [ Jangan ramah dengan Justin, atau Justin akan celaka ] dan mulai sejak itu, aku menjadi pemarah dengan Justin. Aku kasihan dengan Justin yang sering menjadi target utama misi sialan ini. Demi kebaikan Justin, aku sampai berbuat jahat kepadanya. Aku sudah seperti setan baginya mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Satanic Girl
Teen Fiction[ UPDATE TIDAK MENENTU ] "Semakin lo jahat sama gue, semakin buat gue jatuh cinta sama lo" -Justin . . "Gue udah capek! Stranger brengsek!" ucap Mesara sambil membanting ponselnya. Lalu, dia segera keluar dari rumah. Dia melihat jam tangannya. "Oh...