-5-

56 36 12
                                    

Hari demi hari telah kulewati, dan hari yang sudah kutunggu sekian lamanya pun tiba. Sabtu. ONE DIRECTION AKAN KONSER.

Jam menunjukkan pukul 5 sore, sedangkan konsernya akan dimulai jam 8 malam. Sebaiknya sekarang aku mandi dan bersiap siap.

Setelah mandi, aku memakai hoodie softpink, sepatu sneaker putih kesayanganku, dengan celana putih sedikit diatas mata kaki. Ku rapihkan rambut cokelatku agar terlihat rapih. Sedikit make up natural. Okey, I'm ready.

Sekarang sudah jam 6 pm. Sebaiknya aku berangkat saja mengingat perjalanan akan memakan waktu hampir 1 jam. Kami maksudku aku, Viola, clara, Alicia, dan Fania, sudah bersepakat menunggu ditempat yang sudah kami tentukan.

Kuturuni anak tangga satu persatu. Keluar dan menutup pintu.

"Sudah siap, El? Ayo berangkat. Kau terlihat sangat cantik malam ini" ujar mr. Robbert.

"Sudah, haha kau bisa saja mr. Robbert"

Kami menaiki mobil dan segera melesat menuju tempat konser. Jam 6.45, tepat waktu. Kami sudah sampai ditempat konsernya.

"Kau pulang jam berapa, El?" Tanya mr. Robbert. Mungkin jika aku pulang sendiri akan lebih baik. Aku tak mau merepotkannya.

"Tak usah mr. Robbert. Aku akan pulang dengan teman temanku saja. Atau aku pulang dengan taxi. Kau pulanglah, aku tau kau lelah"

"Kau serius, El? Aku tak keberatan jika harus menunggumu"

"Tak apa. Kau tak usah khawatir mr. Robbert. Aku bisa pulang sendiri"

Kemudian aku turun dari mobil dan disambut teriakan teman temanku.

"El, come here. Ayo masuk" -Alicia
"C'mon" -Clara
"Aku tak percaya akan melihat mereka secara langsung" ucapku seraya masuk kedalam arena.

'Steal my girl' lagu pertama sebagai pembuka konser. Semua teriakkan Directioners memenuhi ruangan. Kami membeli tiket VVIP, so kami ada dibaris depan.

Dilanjutkan dengan lagu Better Than Words. Mereka sangat mengesankan. Bagaimana bisa tuhan menciptakan seseorang seperti mereka. Mungkin aku terlalu lama menatap mereka, sampai sampai aku tak sadar Niall sekarang berada di hadapan kami.

Bisakah kalian menampar pipiku?.

DIA TERSENYUM KEARAHKU.

Oh my god. Bisakah aku terjun dari patung Liberty.

Aku cukup terkejut. Aku mencubit pelan lenganku. Dia tersenyum kearahku. Aku membalas tersenyum juga. Semoga saja pipiku tidak bersemu merah. Tolong jangan bangunkan aku jika aku bermimpi. Mimpi ini terlalu indah.

"ELA, LOOK. NIALL TERSENYUM KEARAHMU" ucap Viola sedikit berteriak karena memang sangat berisik disini. Aku tersenyum lebar kepada Viola.

Niall Pov.

Aku melihatnya dibaris paling depan. Senyum itu, senyum yang tak kulihat selama hampir dua minggu kini aku melihatnya lagi. Dan efeknya pun tak hilang juga. Aku tetap terpesona melihatnya, dan mungkin kini rasa itu makin bertambah.

Dia memainkan ponselnya. Kini giliranku menempati posisi dihadapannya. Aku tersenyum melihatnya. Ketika tahu kalau dia Directioner dan aku adalah favoritnya, entah mengapa aku mersa sangat senang.

Entah sudah berapa lama aku memandanginya. Aku tak peduli. Aku hanya ingin melihatnya. Aku merindukannya.

Liam Pov.

Aku sedari tadi memperhatikan Niall. Kenapa dia senyum senyum sedari tadi?. Haha ternyata gadis itu. Gadis yang selalu Niall puji puji. Aku melihatnya. Sangat cantik, hanya itulah kata yang bisa menggambarkannya. Niall benar, dia sangatlah cantik.

Aku berjalan mendekati Niall.

"Is she, that girl?"
"Yes, look. Bagaimana dia dengan mudahnya membuatku terpana begitu saja" dasar blonde.
"Fokus ke lagumu. Jangan sampai kau salah lirik hanya karnanya. Hahaha" Dia tertawa mendengarnya. Siapkan dirimu Niall akan rencana kami.

Ela Pov.

Konser ditutup dengan lagu Loved You First. Betapa indahnya suara mereka. Niall sangatlah tampan hari ini. Dengan kaos putih polos dengan lengan pendek yang dilipat setengahnya. Jeans hitam dan sneakers warna putih.

Sekarang sudah jam 10 malam. Kami tak langsung pulang karna menunggu sepi, agar tak harus saling dorong mendorong nantinya.

"Kau pulang bersama siapa, El? Pulang denganku dan Alicia saja. Kitakan satu arah" ucap Viola.
"Yayaya tak apa El, tak usah sungkan. Lagi pula ini sudah malam" sahut Alicia

"Itu benar El" -Clara
"Yep honey. Tak apa" -Fania

"Entahlah, aku pulang naik taksi saja"

"Ela?" Kutolehkan kepalaku ke asal suara. Paul?. Ada apa?

"Paul? Yeah, me. Ada yang bisa kubantu?"
"Kau bisa ikut denganku sebentar. Sepertinya hanya kau yang bisa membantuku" aku bingung dengan perkataan Paul. Ada apa?. Teman temanku juga bingung menatapku.

"Umm guys, kalian pulanglah dulu. Aku nanti naik taksi saja"
"Seriously?"
"Yes"
"Baiklah. Hati hati El" aku hanya mengangguk.

"So, apa yang bisa kulakukan Paul?"
"Tolong ikuti aku"

Paul membawaku ke sebuah ruangan.

"Tunggu disini sebentar, beauty. Aku akan segera kembali"
"Oke"

Kududukkan diriku disalah satu sofa didalam ruangan ini. Terpajang foto foto the boys dengan apiknya. Aku mengambil pigora berukuran sedang yang memperlihatkan foto Niall. How cute.

Tiba tiba saja pintu terbuka. Kutolehkan kepalaku. Niall dengan the boys dibelakangnya. Harry kemudian mendorong Niall masuk dan menutup pintu sambil berkata 'Good luck'?.

"H-hi" ucapnya kikuk sambil mecoba tersenyum. Aku terkekeh melihatnya sedang bingung begitu.

"Niall? Ada apa? Dimana Paul"
"Paul emm i-itu... aku rasa ke toilet. Ya toilet"

Niall Pov.

"K-kau ingin pulang" oh please. Jangan gugup seperti itu Niall. Kenapa jantungku serasa ingin meledak. Aku berjalan mendekatinya. The boys kurasa sudah gila. Apa yang mereka fikirkan dengan mengunciku disini bersama Ela. Aku rasa au tahu maksud mereka apa.

"Tadinya memang mau pulang. Tapi Paul bilang butuh bantuanku. Jadi, aku datang kesini" akan aku makan mereka semua.

"Ku antar pulang, mau ya?"
"Eh, what?" Aku terkekeh melihatnya. Kau lucu sekali.
"Mau ku antar pulang?"
"O-of course I want" jangan tersenyum please. Aku menggigit bibir bawahku. Tanpa pikir panjang, aku menggandengnya lembut.

Oh my god. Tangannya lembut sekali. Membuatku merasa sangat nyaman untuk menggandengnya seperti ini. Kenapa jantungku susah sekali diajak kompromi sih. Aku membuka pintu dan kulihat the boys senyum senyum tidak jelas kepadaku.

"Good luck, Niall. Hati hati, darl" Louis gila
"Jangan kau apa apakan dia Niall, awas saja kau" damn you, Zayn.
"Be carefull" teriak Harry, sedangkan Liam hanya terkekeh. Awas saja kalian.

Ku toleh Ela, dia sedang blushing. Haha maaf, El. Aku membawanya menuju mobilku dan membukakan pintu mobil untuknya. Aduh senyumnya.

"Thanks"
"With my pleasure"

Tak perlu berlama lama. Aku langsung masuk dan menjalankan mobil menuju rumahnya. Jarak antara basecamp dan rumah Ela tak membutuhkan waktu lama. Oleh sebab itu aku tak perlu khawatir bolak balik. Mungkin the boys akan langsung ke basecamp untuk istirahat.

Perjalanan kami dipenuhi keheningan. Dia hanya memandangi keluar jendela. Sedangkan aku hanya fokus pada jalanan dan sesekali memperhatikannya.

"Kau mengantuk, El? Jika kau mengantuk tidurlah"
"Tidak. Lalu nanti siapa yang akan menemanimu menyetir?" Oh lihatlah. Dia perhatian sekali. Aku tersenyum ke arahnya.

One Thing - Niall HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang