-3-

67 39 29
                                    

Niall Pov.

Mau makan saja susah. Kenapa mereka datang diwaktu yang tidak tepat sih. Aku mau ke mcd. Aku lapar. L-A-P-A-R. Mau makan, malah jadi kejar kejaran dengan Directioners. Bagaimana ini? Aku lupa mengajak Paul.

"Niall! Can we take a photo?"
"Niall! Can I kiss you?"
"Omfg! Kau tampan sekali!"

Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum. Bagaimana bisa aku menelfon Paun kalau tanganku ditarik tarik. Kucoba mencari cela untuk keluar. Ah mereka mengepungku, mereka sangat banyak. Aku berlari menjauh, kutoleh kebelakang mereka tertinggal lumayan jauh. Syukurlah kalau aku masih bisa selamat.

'Bruuugh.'

Sial. Siapa sih jalan tidak lihat lihat. Aku bangun dan melihat siapa yang menabrakku. Aku mengenga lebar ketika melihat siapa yang menabrakku. Aku menatapnya cukup lama. Apa aku sedang bermimpi?. Dia sangat cantik.

"Aww! I'm sorry, you ok-- Ni-Niall Horan?" Dia terlihat lucu sekali saat terkejut seperti itu.

"Niall! Can I have you number?"
"Niall! Will you marry me?!"
"Niall! Kami ingin berfoto!"

"Sial, mareka lagi" Desisku pelan, tapi kurasa gadis didepanku ini masih bisa mendengarku.

"A-aku bawa mob-mobil, mu-mungkin aku bisa membantu?" Like an angel. Thank you so much.

"Bisakah kita pergi dari sini?" Tanyaku gelisah.

"Sure, c'mon" aku mengikutinya dari belakang dan masuk kedalam mobil mercedez hitam. Dia mengendarai mobil dengan hati hati. Entah sudah berapa lama aku memperhatikannya. She is so damn beautiful.

"Engh aku tak tahu harus kemana, dan aku baru pindah kesini. Jadi tak... eum tak apakah kalau kita kerumahku saja?" Ucapnya sambil memamerkan deretan giginya. Melihatnya membuatku ikut tersenyum juga.

"Sure, beautiful" shit. Shit. Shit. Why I should tell it?. Dia terkekeh. Ugh kenapa dia harus seimut itu arghh?!.

"Ehem I-I mean. Sure, why not?" Kenapa sekarang jadi aku yang gugup?. Oke Niall slow down, slow down. Atur detak jantungmu itu agar kembali normal, Niall.

"Sampai. Ayo masuk" Dia memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah yang cukup elite. Aku mengekorinya dari belakang.

"Ehem kau tinggal bersama orang tuamu?" Mencoba mencairkan suasana tak apakan?.

"Sebenarnya aku tinggal sendiri tapi ada maid dan supir dirumah" Rambut cokelat gelap dengan sedikit bergelombang dibawahnya, membuatnya semakin bertambah cantik.

"Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri" Dia membuka pintu rumahnya, sembari memerkan senyum manisnya. Sial, kenapa sekarang aku jadi degdegan.

Kami memasuki rumahnya. Suasananya sangat nyaman dan tenang. Dinding dengan balutan cat berwarna putih, abu abu dan pastel. Sangat sedap jika dipandang. Kami duduk diruang tamu. Aku tak bisa mendeskripsikan lagi rumahnya, yang jelas rumahnya sangat. Sangat. Sangatlah nyaman.

"Thank you....." Ucapku menggantung.

"Lailah Madelyn, you can call me Ela, El, Lailah or whatever" Senyum itu, lagi lagi dan lagi senyum itu membuatku terpana begitu saja.

"Thank you El, kau sepertinya bukan asli orang inggris" Mungkin setelah ini aku akan terkena serangan jantung. Melihatnya saja membuat detak jantungku tak normal, apalagi kalau ku cium.

"Yeah, aku dari Indonesia dan baru pindah kesini kemarin" Bisakah dia tidak tersenyum?, aku bisa mati kaku disini.

Ela Pov.

"Benarkah? Kenapa pindah, disanakan enak makanannya enak enak" Aku tertawa mendengar perkataannya. Yang benar saja, di situasi seperti ini, dia masih bisa membicarakan makanan? Good haha. Dan sekarang, perutku keroncongan.

"Emm Niall, kau lapar? Sepertinya perutku sudah berdemo minta diisi" Ucapku sambil nyengir padanya.

"Haha me too, darl. So, apa yang bisa kita makan?. Aku sudah sangat lapar daritadi" please... please. Jangan blushing. Jangan blushing.

"Hahaha you are blushing" Oh tidak aku ketahuan. Aku berlari meninggalkannya. Aku merasa sangat konyol. Kenapa aku malah berlari kemari?.

"Nona Ela, makanannya sudah siap. Nona mau makan?" Tanya maid yang sedang berada didapur.

"Sure, tolong siapkan makanannya ya. Ada temanku yang datang"

"Baik"

Niall Pov.

"Niall kemarilah, ayo sarapan" ujarnya seraya mendekatiku. Aku menganggukkan kepalaku dan mengikutinya. Foto foto terpampang rapi di dinding rumahnya. Aku tidak bisa menjelaskan lagi bagaimana dia. Dia Sangat. Sangat. Sangatlah cantik.

Dia sangatlah manis. But, wait. Apakah aku daritadi selalu memujinya. Apa apaan ini. Apa yang terjadi denganmu Horan? Kau tak pernah memuji wanita sampai segitunya sebelumnya, bodoh. Apakah aku menyukainya?. Ya, apakah aku menyukainya?!. Love at the first sight?!.

"Niall... Niall... hey you okay?" Dia mengguncang bahuku pelan. Aku mengerjap beberapa kali. Sial, aku katahuan melamun dan hari ini aku benar benar banyak mengumpat.

"You okay?" Ulangnya lagi dengan nada lembut amat lembut.

"Yeah I-I'm okay. By the way, kau tadi belum menjawabku penyebab kepindahanmu kemari" Hufft kau harus membiasakan diri dulu Niall. Kendalikan dirimu.

"Aku hanya akan kuliah disini" Oh betapa inginnya aku menciummu sekarang. Berhenti tersenyum, please.

"Dimana?"

"Oxford" Jawabnya sambil menuangkan air ke gelas.

"Ouwh... WHAT!!! Oxford?!!" Dia bilang apa?! Oxford?!.

"Calm down Niall, calm down"

"Okey okey, kau mengambil jurusan apa?"

"Emm Sosiologi?" Ucapnya dengan nada yang malah terdengar seperti bertanya.

"Cool" Hanya kata itulah yang bisa keluar dari mulutku. Setelah aku sarapan, aku mengecheck ponselku. Ada beberapa missed call dari the boys dan Paul. Mungkin lebih baik kuhubungi Paul saja.

"Paul? Kau bisa menjemputku tidak?"
"....."
"Ya, aku baik baik saja Paul. Aku berada dirumah seseorang sekarang"
"....."
"Mobil? Aku meninggalkannya didepan mcd"
"....."
"Aku terburu buru karena dikerjar Directioners"
"....."
"Baiklah, akan kukirim alamatnya. Thanks Paul"

"Kau memghubungi Paul?"

"Yeah, thank you for today El. Mungkin aku tadi sudah dikeroyok banyak orang jika tidak ada kau"

"Not a big deal"

Ela Pov.

Kami bercanda gurau sedaritadi, walau terkadang suasana canggung tapi kami bisa mengatasinya. Niall sangat. Sangat. Sangatlah tampan. Oh my God. Dia sangatlah asik.

"Niall?"
"Yeah?"
"Ini sudah siang. Kenapa Paul tidak datang juga?"
"Benar juga"

Tingtong

"Mungkin itu Paul, biar kubukakan"

Paul.

"Apa Niall ada disini nona?" tanyanya sopan.

"Masuklah, biar kupanggilkan" dia membuntutiku dari belakang.

"Silahkan duduk dulu" Ucapku sopan, kemudian dia duduk di ruang tamu. Aku melangkahkan kakiku ke ruang keluarga.

"Niall, Paul sudah datang" Lihatlah, lihatlah. Yaampun senyumnya. Kami berdua pergi keruang tamu menemui Paul.

"Well, thanks El. Nice to meet you"

"Yeah, me too" Ada sedikit rasa sedih didiriku mengingat dia akan pergi. Akankah aku dapat bertemu dengannya lagi?.

"Bye El. Aku harap aku bisa bertemu denganmu lagi" Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum, Sambil melambaikan tangan kepadanya.

One Thing - Niall HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang