Aleysha merasa kepalanya berdenyut, efek dari minuman keras yang ia minum. pelarian nya hanya satu yaitu Bar, disana terdapat beberapa yang katanya adalah syurga duniawi yang mampu membuat manusia terlena, yah.. hanya surga duniawi yang seberapa nikmatnya pun pasti suatu saat akan sirna.
Entah kenapa sampai sekarang pun, rasa sesak dan kebencian itu masih belum lekas pergi, ia masih betah berpenghuni, hingga rasa kasih dan sayang terenggut pergi. Aleysha ingin menghentikan semuanya, ia pergi ke Bar untuk menghilangkan sesaknya, berhasil bahkan ia tidak mempungkiri bahwa dia merasa senang, dia mabuk mabukan yang mampu menghantarkan kesadarannya di titik terendah, mampu melupakan kebenciannya sesaat, hanya sesaat. Karena keesokan harinya, ia terbangun di jiwa dan perasaan yang tetaplah sama..kehidupan dan hati Aleysha tidak akan pernah berubah.
Setitik air mata jatuh, menyadari hal itu Aleysha segera mengusap kasar matanya dan mengacak ngacak rambutnya, ia benar benar frustasi, ia benci menangis.
Ketukan pintu terdengar, Aleysha segera mengusap matanya yang tak mau berhenti menangis.
"Nona.." panggilnya dibalik pintu
"Pergi Andrean!"
"Teh nya belum saya antarkan"
"Masuk!!" Aleysha membiarkan Andrean masuk, karena seberapa keras Aleysha melawan, Andrean bukan lawannya.
Dia menyerahkan tehnya dengan datar, Rasanya Aleysha ingin tertawa apakah orang sedatar Andrean punya hati? Oh iya..ia pun tidak intropeksi diri, Aleysha pun orang yang tidak punya hati ia bisa berlaku kejam. Tak ada bedanya dengan Andrean.
"Saya pamit, Nona" dia berlalu pergi
Hidup bagaikan mati, karena ia tau alasannya...hidupnya tidak disertai hati.
"Semua amalan manusia tergantung pada baik buruknya segumpal daging yang ada didalam tubuhnya, daging itu ialah...hati"
..
"Hai ummi" sapa Kahfi, seorang wanita paruh baya yang cantik menghampirinya lalu memeluk anak lelaki semata wayangnya itu.
"Hai Kelvin, mommy rindu"
"Kahfi ummi" ucap Kahfi membenarkan
"Ya ya terserahmu" ucapnya tak peduli.
Ini yang paling Kahfi tak suka, ibunya selalu memanggilnya dengan nama lain, padahal dia sangat bangga dengan namanya, diawali dengan Muhammad, manusia yang ia cintai.
"Dan panggil Mommy saja!"
Berbeda keyakinan ternyata sulit, Ada perbedaan diantara kami, meski kami ibu dan anak kandung tapi entah kenapa rasanya ada jarak yang tidak bisa disatukan. Ada apa saja, yang selalu kami debatkan. Tapi Kahfi tetap berbakti kepada ibunya, karena syurga dibawah telapak kaki ibu, jika ia tidak berbakti..bukankah syurga akan menjauh?
Dan Kahfi tidak pernah memaksa ibunya untuk melakukan apa yang ia percaya, tapi dalam hati Kahfi pun ingin menyatukan perbedaan ini, tapi untuk apa jika ummy tidak ikhlas menjalaninya.
Rasulullah bersabda :" untukmu agamamu, dan untukku agamaku""Mommy udah siapin masakan kesukaan kamu, yuk makan" ummi menggiring ku ke meja makan yang berisi 12 kursi namun seperti biasanya, kosong.
"Abi mana?" Tanyaku
"Daddy nak" ibunya membenarkan, bagaimana pun aku sudah terbiasa dengan panggilan itu.
"Iya Daddy sama Shesil?"
"Daddy ada meeting penting, kalau Shesil mungkin main sama temennya dari kemarin" jawab ibunya ringan, mendengar Shesil belum pulang membuat Kahfi khawatir
"Kenapa mom gak larang? Tidak baik seorang wanita pergi kelayapan gak jelas" kata Kahfi
"Biarin, udah dewasa ini" kata mommy nya acuh. Rasanya Kahfi yang merasa dia ibunya.
"Justru itu mom, walaupun dia udah dewasa kita sebagai orang yang lebih tua harus membimbingnya agar gak salah arah, kita harus perhatiin di.."
"Dia bukan anak mommy, jadi untuk apa mommy memperhatikannya? Anak mommy cuma dua Kelvin dan Kerrent" Potongnya dengan cepat.
Ada dua hal yang Kahfi tidak terima, pertama namanya bukan Kelvin lagi tapi Muhammad Al Kahfi, kedua ternyata ibunya belum bisa menerima Shesil sebagai anak ayah dari perkawinan kedua nya, karena istri kedua nya meninggal jadi Shesil tinggal disini.
"Ini bukan nasihat, tapi..untuk apa menyimpan dendam? Semua orang pernah melakukan salah, Allah saja maha pemaaf, dan kita sebagai manusia yang lemah ini tidak bisa memafkannya, dalam islam memafkan itu mulia. Ini semua sudah takdir dari Allah.."
Ibunya terdiam
"Dan mom, namaku adalah Muhammad Al Kahfi, semoga mom bisa menerimanya..meskipun begitu, aku akan selalu jadi anak mommy"
....
"Mau kemana kamu?" Tanya Tuan Hartono
"Pergi" balas Aleysha malas. Sejak kapan Ayahnya bisa duduk santai sambil meminum kopi? Setaunya..Ayahnya sangat sibuk.
"Kamu tidak malu?"
"Malu kenapa?" Jawabannya disertai nada menantang.
"Kamu mabuk mabukan lalu meracau gak jelas di kantor, sebenarnya kamu mau buktikan apa?! Mau semua orang tau Ayah gak bisa didik anaknya?!" Nadanya meninggi, ini yang membuat Aleysha takut, dan rasanya ingin menangis.
"Bukannya fakta? Kenapa Ayah harus malu? Kalau ini bohong, Ayah boleh marah"
"Ayah gak mengajari kamu bersikap gak sopan yah?!" Nada bicaranya tinggi
"Tentu, Ayah kan gak mengajari Aleysha apa itu rasa sopan santun!"
"Berani kamu melawan Ayah?!"
Aleysha diam, dia hanya masih menghormati ayahnya. Orang tua mana yang tidak sakit hati dengan anaknya yang melawan, sehingga Pak Hartono sempat emosi. Melihat tak ada perlawanan, dia menarik nafas.
"Adrean..!" Panggil Pak Hartono
Beberapa detik kemudian, Adrean Dkk menghadap nya, kadang Aleysha menganggap bahwa Adrean dkk adalah siluman jin yang pergi entah dimana dan muncul dimana mana.
"Tolong awasi dia, jangan sampai berulah" titahnya
"Tolong kamu ingat janji kamu, kalau kamu berulah sekali lagi..Ayah pastikan, tidak ada ijin sampai kapanpun!" Tegasnya lalu berlalu pergi
Aleysha mengepalkan tangannya.
.....
![](https://img.wattpad.com/cover/132575599-288-k136262.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleysha
Short StorySetiap orang punya masa lalu, Jangan hakimi aku, jangan salahKan aku yang dulu. Cukup ingat kan saja bahwa dulu aku begitu menyimpang. Orang kata, setiap manusia seperti berjalan di bumi yang bulat, sekeras apapun kita berubah pada akhirnya kita kem...