Los Angeles, California.
"Sam, bisa ke ruanganku sekarang?" perintah sebuah suara saat aku mengangkat telepon yang ada di meja kerjaku.
"Yes, sir."
"Oke, terima kasih." Putus. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju sebuah pintu bertuliskan 'Direktur Utama' yang letaknya hanya 10 langkah dari meja kerjaku.
"Silahkan masuk." Kata suara didalam ruangan setelah aku mengetuk pintunya. Mengikutinya, akupun membuka pintu dan masuk kedalamnya.
"Good afternoon, sir. Ada yang bisa kubantu?" tanyaku.
"Silahkan duduk."
"Terima kasih." Akupun mengikuti perintahnya dan duduk.
"Begini.. Kau tahu bukan tentang kepindahan tugasku ke luar negeri bulan depan nanti?" Tentu saja aku tahu, bodoh! Jangan. Tolong jangan katakan kalau si tua bodoh ini akan memecatku.
"Ya, aku tahu." Jawabku mengangguk.
"Jadi begini..aku ingin memberi tahumu bahwa—" Bip. "Oh sebentar." Sial. Sial. Sial. Mengapa ponsel itu berbunyi tidak tepat pada waktunya? Apa ponsel tak berguna itu tidak tahu bagaimana suasana hatiku saat ini? Aku sedang kalap dan bingung, bodoh! Bagaimana jika aku dipecat karena kepindahan si tua bodoh ini ke luar negeri?!
"Maaf, sampai dimana kita tadi?" Oh. Dia sudah selesai menelpon rupanya.
"Tentang kepindahanmu ke luar negeri dan kau ingin memberi tahuku sesuatu, sir." Jawabku.
"Ah ya.. Sam, karena kerjamu selama 2 tahun belakangan ini sangat baik, aku ingin kau ikut bersamaku untuk melanjutkan pekerjaanmu di London."
"A-Apa kau bilang?" ucapku terbata karena masih sulit mencerna perkataannya.
"Apa kau keberatan jika kau ikut ke London dan tinggal disana? Kau tenang saja, semua biayamu disana akan ditanggung perusahaan." Lanjutnya.
"B-Baiklah, aku bersedia."
Dasar bodoh! Masih bertanya apakah aku bersedia atau tidak? Ugh, tentu saja aku bersedia! Siapa yang tidak mau? Aku baru saja memulai karir di dunia perbisnisan tetapi sudah bisa dipindahtugaskan ke luar negeri?!
"Oke, mulai besok kau bisa mempersiapkan semuanya dan kurasa cukup, sekarang kau bisa lanjutkan pekerjaanmu."
"Yes, sir. Thank you." Aku beranjak dan keluar dari ruangan.
Oh hai. Perkenalkan, namaku Sam. Samantha Borgens. Umurku 22 tahun dan aku bekerja sebagai seorang sekretaris dari direktur utama sebuah manajemen artis di Los Angeles yang bernama ART Management. Iya, si tua bodoh itu adalah atasanku. Mengapa aku terlihat sangat membencinya? Jelas, itu karenanya yang amat sangat semena-mena padaku dan beberapa rekan kerjaku.
"Sam! Ada apa? Kau dipecat?!" tanya Anna, salah satu teman dekatku di kantor.
"Tidak, Anna. Ternyata dia tidak memecatku."
"Lalu?" tanya Anna lagi.
"Dia mengajakku ikut bersamanya ke London!" ucapku histeris.
"What?! Apa dia sudah gila? Dia mengajakmu ke London?!"
"Iya. Gila? Kenapa gila?"
"Tentu saja gila! Dia mengajakmu ke London untuk menikahimu, bukan? Kau harus menolaknya, Sam!" ucap Anna memegang kedua tanganku seraya memberi tatapan memohon.
"Stupid Anna! Tentu bukan untuk dinikahi! Aku diajaknya kesana untuk melanjutkan pekerjaanku sebagai sekretarisnya!"
"Oh." Hanya itu respon yang bisa Anna berikan. Dan kalian tahu? Kini wajah Anna tengah menampilkan raut wajah ter-bodoh yang pernah kulihat selama 2 tahun berteman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape The Fate
FanfictionHow can I miss you if you never would stay, if you need time I guess I'll go away. Inside me now there's only heartache and pain, where's the fire you have become the rain. © 2014 Candyzzle.