Escape The Fate

Prologue

"Kau pikir aku serius dengan ucapanku pagi itu?" Ia menyeringai, "Tentu tidak."

"Jadi maksudmu apa berkata seperti itu pada--"

"Tentu saja aku hanya berniat menenangkanmu yang histeris karena melihat keadaan kita yang tidak mengenakan sehelai benangpun saat itu! Hei, kau pikir dengan aku melakukannya bersamamu itu berarti aku mencintaimu? Ingat, Sam, kita dibawah pengaruh alkohol malam itu!"

"Jadi kau tidak pernah...mencintaiku?"

"Bermimpilah setinggi mungkin. Aku tidak mungkin secepat itu mencintaimu, Samantha. Bahkan mendekatimu saja atas dasar paksaan, bagaimana mungkin aku bisa mencintaimu?!"

Aku menundukkan kepalaku tidak ingin pria di hadapanku ini melihat air mata yang sudah bercucuran deras di pipiku.

"Dan yang perlu kau ingat, malam itu kau yang memaksaku untuk melakukannya. Sialnya adalah, aku juga sedikit mabuk maka dari itu aku menerimanya!"

Air mataku jatuh jauh lebih deras dari sebelumnya. Ya Tuhan, dada ini sesak bukan main mendengar ucapan-ucapan darinya.

"T-Tapi...aku mencintaimu."

Pria di hadapanku berbalik dan menatapku yang sedang menangis berat. Kulihat rahangnya mengeras juga mukanya memerah menahan amarah. 

Detik selanjutnya ia mengerang seraya menjambak kasar rambutnya sendiri, "Aku tidak perduli!" Teriaknya lalu pergi meninggalkanku yang masih saja mengeluarkan air mata.

Aku mulai merasa dunia menolakku. Ini tidak adil. Kalian pikir menjadi di posisiku enak? Kalian pikir dengan menyembunyikan identitasku di hadapan publik itu membuatku nyaman? Kalian pikir menjadi seorang yang 'bukan dirinya' itu enak? Lalu apa kalian pikir memendam perasaan dalam waktu yang tidak sebentar itu menyenangkan? Jawabannya jelas, tidak. Tidak sama sekali. Aku tersiksa.

Apa? Kalian bilang ini semacam takdir? Persetan dengan takdir! Aku benci kehidupanku yang sekarang! Aku hancur, hina, dan sama sekali tidak berharga. No, I don't want to stuck here in this fuckin' bad fate! All I want is escape the fate.