Louis's POV
Eleanor Calder is calling..
"Ya?"
"Louis, aku kan sudah memberi tahumu untuk memberiku kabar terlebih dahulu tentang kepergianku ke London." Aku segera menjauhkan ponsel dari telingaku serta mengerutkan dahi. Ada apa dengan wanita ini?
"What?"
"Aku sedang dalam perjalanan menuju London. Preston menjemputku secara tiba-tiba." Jelasnya membuat mulutku membentuk huruf 'O'.
"Oh? Um, maafkan aku. Aku lupa memberi tahumu." Aku mengangkat kedua alisku lalu menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.
"Yeah, I already knew it. See you in London, babe." Mendengar ucapannya, mulutku tertarik keatas menampilkan senyuman pertamaku pagi ini.
"Be careful, sunshine." Click. Tanpa jawaban, sambungan telepon diputus dari sebrang sana.
Walau telepon sudah terputus, senyuman tadi masih terukir diwajahku. Sounds cheesy.
"Kau sudah mulai gila, ya?" aku menoleh dan menemukan Harry dengan tatapan herannya.
"Shut up."
"Biar kutebak! Pasti kau baru saja menerima telepon dari Eleanor."
"Kalau sudah tahu untuk apa kau bertanya." aku kembali memainkan ponselku.
"Memangnya aku bertanya? Sepertinya tidak." Harry mengangkat kedua bahu serta alisnya.
"Whatever." Aku beranjak menuju dapur apartemen Paul, manajer kami.
Sebenarnya aku dan yang lain juga bingung kenapa akhir-akhir ini kami sering sekali disuruh berkumpul di apartemen Paul. Tapi kami juga tidak bisa membantah.
"Boys, kalian harus datang tepat waktu bersama para gadis kalian." Ucap Paul mengingatkan kami tentang ulang tahun Simon untuk entah yang keberapa kalinya.
"Hey Harry, kau datang dengan siapa?" tanya Zayn.
"Tentu saja dengan Gemma." Jawab Harry lalu menampilkan sederet giginya yang sangat rapih.
"Kau Liam?" kini Zayn beralih menatap Liam.
"Sophia."
"Memang kalian masih bersama?" kini giliranku bertanya. Setahuku dan yang lainnya, Liam sudah berakhir dengan Sophia.
"Tentu." Liam mengangkat kedua bahunya, sedangkan yang lain mengangkat kedua alis masing-masing.
"Niall, kau sendiri datang dengan siapa?" Zayn kembali membuka suara. Anehnya, Niall yang biasanya sangat excited terhadap acara yang dihadiri oleh kami, kini memasang wajah terdatarnya.
"You will see." Yang awalnya sedang merebahkan dirinya di sofa, kini ia beranjak menuju pintu apartemen, "Aku ada urusan, see you guys." Lalu ia keluar dengan sedikit membanting pintu.
Aku, Zayn, Liam, dan Harry hanya bertukar pandang akibat tingkah Niall yang benar-benar aneh. Jarang sekali Niall menampilkan wajah datar serta dingin seperti tadi. Paling tidak jika ia menampilkannya pun, itu dalam keadaan ia sedang lapar atau menahan kentut.
"What's wrong with him?" Harry bertanya seraya menatap Paul dan yang lainnya.
Tanpa menjawab, Paul masuk ke dalam kamarnya. Dapat kulihat semburat cemas serta merasa bersalah diwajahnya sebelum ia masuk ke kamarnya. Aku benar-benar bingung, sebenarnya ada rencana apalagi sekarang?
Sam's POV
Pagi ini aku terlambat bangun –seperti biasa yang membuatku kembali melewatkan sarapan sebelum berkerja hampir satu hari penuh. Aku hanya bisa menarik napas lalu membuangnya ketika sampai di depan gedung setinggi 300 meter dengan tulisan serta lambang Modest! Management yang terpampang jelas disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape The Fate
FanfictionHow can I miss you if you never would stay, if you need time I guess I'll go away. Inside me now there's only heartache and pain, where's the fire you have become the rain. © 2014 Candyzzle.