Kau menatap kedua orang di depanmu tanpa berkedip. Kau tidak begitu yakin kalau ini nyata. Karena kalau pun ini mimpi, kau akan bangun secepatnya karena dunia khayalan itu membunuhmu!
Yang ada di pikiranmu saat ini adalah, bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa Levi dan Akashi yang biasanya ada di laptop atau smartphone mu kini ada tepat di depan matamu? Apa karena poster di dinding kamarmu ini? Mereka yang tadinya di dalam poster kemudian keluar begitu saja dan akan kembali masuk ke dalam poster bila malam tiba. Ckck.. Pemikiran yang konyol.
[Readers : itu pemikiran lu thor, pe'a] *author di gampar pake bokong Aomin—bokong panci maksudnya -_- secara bokong panci sama Aomine sebelas dua belas lah. Oke oke kita lanjut.
"Jangan melototiku seperti itu, bocah!"
Kau tersadar mendengar suara Levi yang membuatmu bikez(?) Sementara Akashi sedikit tersenyum menatapmu.
"Aku tidak tau kenapa kami ada di sini. Kami pikir kau tau penyebabnya. Bisa kau jelaskan?"
suara ramah Akashi membuatmu mengalihkan atensi pada pemuda bersurai merah itu. Akashi oreshi kah? Dalam hati kau sedikit bernafas lega. Untung bukan Akashi bokushi, kalau dia, mungkin aku akan diintrogasi menggunakan gunting lucknut itu. Pikirmu.
Di samping Akashi, Levi mendengus kesal bercampur bosan dan sebagainya. Bagaimana tidak? Ia sedang asik-asiknya terbang sana-sini dengan 3D Maneuver Gear bertarung melawan umat titan tiba-tiba langsung terdampar di kamar super duper berantakan ini. Tangan Levi jadi gatal ingin membersihkan kamar yang cocok dijadikan gudang ini.
Kau cukup terdiam beberapa saat, kemudian berdehem pelan. "Err... Akashi, Levi.. aku.. sebenarnya juga tidak mengetahui apa penyebab kalian muncul di dimensi ini, sungguh. Tapi mungkin ini adalah nikmat Tuhan yang diberikan padaku" katamu tersenyum sok manis. Padahal senyum asem. [ *auth dibacok readers]
Levi menatapmu tajam setajam golok yang ada di tempat penyimpanan di rumahmu.
"Jangan berbohong, bocah! Kau pasti tau alasan kami di sini! Dan kenapa kau mengetahui nama kami???!"Oke, kau merasa terpojok sekarang. Kau mencoba untuk sabar. Untung kau ganteng kalau tidak aku ingin memitesmu seperti kutu, cebol! Innermu berteriak kesal. Namun hanyalah hayalan semata karena kau tidak bisa melawan orang terkuat dan segesit Levi Ackerman ini.
"Levi, sabarlah. Jangan menyudutkannya seperti itu" Akashi berkata. Mimpi apa? Akashi membelamu? Dan lagi.. kenapa Akashi tau nama Levi? Apa tadi mereka berkenalan? Hah sudahlah, tidak penting untuk dipikirkan.
Levi membalas perkataan Akashi dengan dengusan. Matanya tak lepas menatapmu tajam. Sementara kau bukannya merasa takut, tapi malah ingin mencolok mata itu dengan garpu yang entah sejak kapan kau genggam.
"Hah.. sungguh, aku tidak tau bagaimana bisa kalian ada di sini, di kamarku. Lalu masalah soal nama, aku tau karena aku melihat kalian dari anime yang ku download di [situs anime fav] ku"
Akashi dan Levi hanya menatapmu dengan raut aneh. Entah bingung, heran atau apalah itu.
".... aku tau data kalian. Kau, Akashi Seijuuro, lahir 20 Desember, kapten tim basket saat di Teiko, mendapatkan gelar Kiseki no Sedai bersama Kise, Aomine, Midorima, Murasakibara dan Kuroko. Kau memiliki mata emperor eye dan memiliki kepribadian ganda. Kemudian, kau masuk ke Rakuzan Kōkō dan menjadi kapten di tim basket di sana. Lalu setelah itu, kau bergabung dengan Vorpal Swords melawan Jabberwock tim dari Amerika yang menghina pemain basket Jepang, diakhiri dengan kemenangan tim Vorpal Sword.
Lalu kau, Levi Ackerman, lahir 25 Desember, Heicho dari pasukanmu. Bawahan komandan Erwin Smith. Rekan dari Hange Zoe. Kau orang terkuat dalam melawan Titan yang kekuatanmu setara dengan seribu prajurit. Kau juga menghabisi Eren Jeager dalam persidangan agar Eren tidak dihukum dan dipercayakan padamu. Tim mu semuanya telah mati karena si titan wanita, Annie Leonhard. Terakhir, kalian akan bertarung melawan the beast Titan tapi sayangnya akan muncul di Singeki no Kyojin season 3"Katamu panjang lebar. Menjelaskan semua yang kau ketahui tentang dua pria ini. Sedangkan Levi dan Akashi menatapmu dengan mata membulat tak percaya, berpikir mungkin kau seorang cenayang atau paranormal atau apalah itu.
"Oi oi, jangan melototiku seperti itu" katamu meniru perkataan Levi sebelumnya. Mereka berdua kembali tersadar atas rasa keterkejutan mereka. Kau melihat jam, matamu membulat sempurna. Jam 7 pagi. Tamatlah kau.
Bak si kilat kuning dari konoha(?) kau langsung melesat menuju kamar mandi, mengerjar waktu untuk pergi ke sekolah. Sedangkan Akashi dan Levi hanya diam menatap pintu tak berdosa yang begitu saja kau banting. Ckck..
.
Lima belas menit kemudian kau keluar dari kamar mandi, sudah dengan seragam sekolahmu yang untungnya sudah disiapkan di kamar mandi. Sejenak, kau memperhatikan kamarmu yang tadi bak gudang, sudah bersih bak kamar seorang putri. Kau melihat Levi dan Akashi yang duduk di atas sofa, tampak raut lelah dari wajah mereka. Ternyata merekalah yang membersihkan kamarmu, tak disangka mereka baik juga. Kau tersenyum tipis. Jadi tidak perlu mencari pembantu lagi. Pikirmu licik.
Tanpa berkata, kau mengambil tasmu dan langsung melesat untuk kedua kalinya keluar kamar, sebelum menghilang kau berteriak pada mereka.
"TERIMAKASIH SUDAH MEMBERSIHKAN KAMARKU. AKU AKAN KEMBALI NANTI, SAMPAI JUMPA!!"
Wuss~
Kau pun menghilang secepat angin.Levi yang mengetahui itu, wajahnya langsung berubah. Perempatan siku-siku muncul di dahinya.
"Ck.. bocah itu menghindari kita! Kalau dia kembali, aku akan memberinya pelajaran!" Levi tentu kesal. Akashi di sebelahnya terkekeh pelan. Ia mengusap rambut merahnya itu.
"Jangan terlalu keras padanya. Dia tidak tau kenapa kita di sini. Tapi yang pasti... dia berhutang pada kita" Akashi menunjukkan seringai tipisnya. Di tangannya sudah ada gunting keramat sementara bola matanya sudah berubah warna. Gawat. Ini akan menjadi sesuatu yang buruk.
.
.
TBC...
Duh, kok rada anu ya(?)
Wwkkw.. pendek chap ini.
Tunggu selanjutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Must Choose
Fiksi PenggemarApa yang kau lakukan saat dua pria 'pendek' ada di rumahmu? LevixReader!Akashi×Reader Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama