quattro

19 4 0
                                    

"Kamu, Alicia,"

"Ah, ada apa, ya?"

Pandangan pria itu kaku, menatap penuh. Otaknya terus memutar ulang memori kecilnya.

"Halo?"

Bagai ditodong senapan, tubuhnya terguncang dan isi kepalanya kembali terbangun.

"Ah,"

"Alicia! Tanggung jawab, dong! Gue harus nulis ulang catatan, nih! Kalo nggak gitu, nanti Pak Alfonso nggak mau nilai catatan gue!" celotehnya panjang lebar.

"Aduh, m-maaf, Aku tadi nggak sengaja!"

Abellia hanya duduk, diam.

"Tapi gimana, nih, catatanku harus ditulis ulang!"

Namun, tanpa diminta, gadis itu tertunduk, seperti dirundung rasa menyesal, tidak berani bertemu pandang dengan laki-laki itu.

Dan sepertinya, muncul perasaan iba di hati laki-laki tersebut.

"Aku maafkan, namaku Arthur, dan temui aku di kelas usai pelajaran hari ini sebagai gantinya,"

Derap langkahnya datang, lalu menjauh.

***


"Apakah definisi surya sebenarnya?


Apa ia hanya menginginkan pengakuan?

Atau ia hanya ingin pajang kelebihan?

Memang,

Surya memanglah terbaca

Sebagai sebuah karya

Tapi bukan untuk dipuja

Hanya ingin merasa ada,"

Alicia hanya termangu, melihat rekan sekelasnya membacakan lembaran sastra. Berkali-kali ia memainkan bolpoin merah muda di tangan kanannya.

"Al, kamu yakin mau nemui dia sendirian?"

"Al?"

"Hah? Apa?"

"Kamu yakin mau nemui laki-laki itu sendiri?"

"Iyalah,"

"Kamu nggak takut?"

"Takut kenapa, sih?"

"Kamu 'kan nggak kenal dia?!"

Hening.

"Kamu nggak mau aku temani?"

Hening

"Tolong, aku ingin menyelesaikan ini sendiri,"

Hening.

***


"Alicia?"

Gadis tersebut, Alicia, masih membersihkan peralatan dari bangkunya.

"Ah, iya?"

"Namaku Arthur,"

"Ya, Ehm, Arthur?"

"Maaf, aku hanya ingin menanyakan,"


"Ya?"


Alicia hanya bisa bergelagat kebingungan, Pria ini hanya memutar-mutar isi kepalanya.

"Kamu tahu Ibu Almara?"



belloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang