Harry terus bertarung dengan pemikirannya yang berusaha memecahkan keanehan ini, hingga akhirnya Zayn menyenggol pundaknya. Bukannya kaget karena ia dipaksa kembali ke alam sadarnya, Harry kemudian menatap sinis ke arah Penelope. Bahkan Penelope yang menyadarinya meremas kaos yang ia kenakan.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, kakinya sedikit bergetar saat Harry menatapnya dengan mata menggelap. "Ikut denganku," ajak Harry.
"Ke ... mana?" tanya Penelope gugup, takut.
"Aku rasa aku tahu di mana kakakmu."
Mata Penelope melebar. Ia terlihat bahagia, namun di samping itu ada garis wajahnya yang tak bisa Harry tafsirkan. "Sungguh?"
Selagi Harry mengangguk, Niall berseru keras dan ia berlari mendekat menghampiri Harry. Kulitnya yang putih pucat makin tampak pucat kali ini, dan tubuhnya bergetar hebat. Mungkin Niall takut Harry akan menerkamnya nanti.
Niall menelan salivanya susah payah, bahkan napasnya sedikit tersenggal.
"Ada apa?" Harry bertanya dengan suara dalam, berat, serta sedikit emosi yang tersisa.
Niall menggeleng pelan, mengusir ketakutannya dan kemudian mengangkat wajahnya dengan berani menatap Harry. Namun lidahnya seakan-akan kelu untuk berkata-kata. Ia hanya bisa berbicara tak jelas, membuat Harry ingin sekali menampar Niall.
"Katakan!" sentak Harry.
"Sial, Nyonya Payne hilang!"
Harry melebarkan matanya. Dengan sisa emosi yang ada, bahkan dirasa emosinya sudah terisi ulang akibat Niall barusan, Harry menarik kerah baju Niall. Mata gelap Harry membuat Niall gemetar di setiap inci tubuhnya. "Mengapa bisa beliau lepas dari pengawasanmu?"
"Maafkan aku, Harry. Perutku sakit sekali dan membuatku harus ke kamar mandi. Setelah itu aku memastikan apakah Flora sudah sadar atau belum, dan kemudian saat aku turun untuk begantian memastikan Nyonya Payne, tak ada orang sama sekali. Bahkan kamarnya masih rapi."
Harry melepas cengkramannya pada kerah baju Niall dan segera kembali masuk ke dalam. Ia melebarkan pintu kamar Nyonya Payne, persis seperti apa yang Niall katakan. Zayn baru tiba bersama Penelope, keduanya tercengang begitu melihat kondisi kamar yang sunyi dan ... semakin gelap.
Ketika ketiganya masuk ke dalam dan memastikan, Niall tiba. Pria itu ikut masuk dan kemudian matanya berkaca-kaca. "Aku tidak bermaksud mengabaikannya, Harry."
Zayn merasa iba akan Niall. Emosi Harry sepertinya benar-benar sudah menguasai segala sesuatu yang ada di dalam tubuhnya. Pun Zayn mendekat ke arah Niall dan memeluknya sejenak, membuat Niall sekali-kali menyeka air matanya dalam pelukan Zayn. "Sudahlah, Niall. Tidak ada waktu untuk menyalahkan diri sendiri."
Dan seketika tubuh Harry menegang. Ia berbalik menghadap ketiga nyawa yang ada di belakangnya. Zayn mengernyitkan dahinya menyadari ekspresi wajah Harry yang berubah. "Ada apa, Harr?"
"Situasi di sini gelap. Seperti ... "
Harry mengingat saat ia mendapati rumah Flora yang kacau balau kemarin. Suasana gelap, auranya, udara dingin yang membuatmu ingin berlari karena seperti ada yang mengawasimu. Semuanya sama persis, hanya saja ini lebih rapi. Siapa pun itu yang menculik Nyonya Payne, ia berhasil tanpa menimbulkan suara dan akibat fatal seperti yang terjadi di rumah Flora.
Dan secara tiba-tiba, Penelope kemudian mengeluarkan ringkikan kudanya. Gadis itu segera menutup mulutnya begitu ketiga pria yang bersamanya menatap aneh. Ia menelan salivanya dan kemudian menatap Harry khawatir.
Gadis itu hampir tak bisa bernapas normal, dapat dilihat dari garis wajahnya. "Penyihir hitam itu sudah mendapatkan orang-orang terdekatmu. Dia yang melakukan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Utopian
FanficNegeri dongeng adalah sebuah tempat di mana kau akan menemukan banyak sekali makhluk khayalan yang sejatinya tidak nyata. Tempat di mana anak-anak kecil menemukan kebahagiaan dalam mimpinya. Juga tempat di mana segala sesuatunya dapat menjadi kenyat...