Ten.

5.4K 586 17
                                    

Mingyu melakukan banyak hal di dalam kamarnya sedari tadi. Berdiri, berjalan kesana kemari, duduk di atas ranjangnya, kemudian mengulang kembali kegiatan sebelumnya. Mingyu nervous luar biasa dengan setelan tuxedo hitam miliknya.

Hari ini Mingyu dan Wonwoo resmi melangsungkan pertunangannya. Sejujurnya, Mingyu sudah siap dengan semuanya, namun rasa gugup tetap menerpanya ntah mengapa.

Mingyu duduk diatas ranjangnya, memainkan jemarinya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Mingyu, mari turun."

Suara Nyonya Kim menginterupsi dirinya untuk segera berdiri dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya mantap. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Wonwoo, tak ada yang lain.

✴✴✴

Disinilah Mingyu dan Wonwoo sekarang, ditengah-tengah puluhan manusia yang sekarang menempati rumah milik keluarga Kim. Ekor mata Mingyu masih setia dengan pemandangannya sekarang, menatap wajah Wonwoo yang sekarang resmi menjadi tunangannya.

Dapat Mingyu lihat Wonwoo menundukkan kepalanya, telinganya memerah —atau lebih tepatnya sangat merah— dengan lengkungan sabit di bibirnya. Wonwoo tersenyum di sampingnya, namun malu untuk memperlihatkan wajahnya.

"Wonwoo,"

Pemuda dengan tampilan tanpa kacamata bundarnya harus menoleh ke arah suara di samping kanannya. Mingyu dapat melihat semburat merah yang tercetak dengan jelas di pipi tirus milik Wonwoo.

"Jadilah kekasihku."

Dapat Mingyu lihat Wonwoo merenggut kesal, kemudian memukul lengan kekar milik Mingyu.

"Kita sudah bertunangan, apakah kau gila berbicara seperti itu?!"

Mingyu hanya terkekeh pelan disana, mengusap surai kecokelatan milik Wonwoo dengan gemas. Pemuda tanpa kacamatanya itu hanya mengerucut lucu, kemudian menutup matanya lucu menikmati usapan yang diberikan Mingyu seperti anak kucing.

Mingyu mengecup kening Wonwoo dengan lembut dan mencubit pipi tirus Wonwoo dengan gemas. "Kau menggemaskan."

Wonwoo membuka matanya lebar dan melemparkan tatapan tidak setuju. "Aku laki-laki, Mingyu!" ucapnya sebal sambil menatap manik mata milik Mingyu.

Mingyu tersenyum disana, kemudian mengecup sekilas bibir pink milik Wonwoo. Matanya tetap menatap ke arah tunangannya yang sekarang menunduk menutupi wajahnya. Semburat merah di pipi Wonwoo muncul lagi dan lagi.

"Aku mencintaimu, Wonwoo."

Berawal dari tubrukan yang terjadi di punggung Mingyu hingga menjadi teman sekelas bukanlah hal yang mudah untuk Mingyu. Menahan diri, ingin mendekati pemuda disampingnya, mengenalnya lebih jauh itu sangatlah rumit untuk Mingyu.

Untuk berkenalan dengan Wonwoo, Mingyu butuh keberanian yang besar karena sifat Wonwoo yang menurut Mingyu —saat belum mengenal Wonwoo dengan baik— sangatlah dingin kepada sekitarnya, kecuali dengan pemuda mungil yang mengakui mendeklarasikan dirinya sebagai teman sehidup semati Jeon Wonwoo.

Dan sekarang, semua keinginan tersebut bagaikan disambut baik oleh Dewi Fortuna. Bertunangan dengan Wonwoo bukanlah hal yang terpikirkan oleh Mingyu sebelumnya karena sulit sekali berkenalan dengan pemuda disampingnya.

Nyatanya, sekarang mereka bertunangan.

Mempersatukan diri dengan ikatan yang melekat pada cincin titanium di jari manis tangan kiri milik keduanya.

Mingyu tersenyum, mungkin seperti ini cara Tuhan mempersatukan mereka. Dengan ketidaksengajaan, memberikan satu buah kimbap dan susu kotak strawberry, menikmati gaya cafe didekat sekolah yang menurut Wonwoo cocok untuk lansia, dan lain sebagainya.

Mingyu bahagia untuk kesekian kalinya karena pemuda dengan marga Jeon disampingnya, Jeon Wonwoo yang sekarang tersenyum simpul ke arahnya.

"Aku juga mencintaimu, Mingyu."

✴✴✴

Jihoon menatap pemuda yang selalu menjadi temannya dengan tatapan penuh kebingungan. Wajahnya mengkerut tatkala melihat senyuman diwajah Wonwoo dengan lebar.

"Ya! Kau gila tersenyum begitu?!" hardik Jihoon dan dihadiahi dengan pukulan di kening pemuda mungil itu.

"Diam saja kau kerdil!"

Jihoon mengerucutkan bibirnya, kemudian mengikuti arah tatapan Wonwoo yang sekarang mengarah ke lapangan basket. Jihoon mengerutkan keningnya kembali.

"Kau.... melihat si tinggi Mingyu?"'

Wonwoo mengangguk dengan senyuman.

"Ya, mengapa?" ucapnya santai. Mata Jihoon membuka lebar, kemudian menepuk pundak Wonwoo dengan pelan.

"K-Kau! Kau menyukai si tiang itu?!"

Wonwoo dengan badge tingkat dua hanya tersenyum simpul disana. Matanya masih menatap ke arah pemuda tan dengan tangan yang tengah melambungkan bolanya. Senyumnya tak pernah luntur semenjak mengetahui pemuda itu saat masa orientasi. Pemuda yang mengunci objek penglihatannya.

Dia adalah Kim Mingyu.

"Iya, aku menyukainya."

🌸🌸🌸

FIN

Creating Love ※ Meanie✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang