Second - JAML

2.1K 108 6
                                    

Don't forget to comment and vote ☆

️️️️ㅤㅤ

️️️️ㅤㅤ

️️️️ㅤㅤ

️️️️ㅤㅤ
Tungkai terhenti kala sampai pada barisan pintu yang ia cari. Mata sipit itu kian di perkecil, berusaha menyamakan angka tertera yang disebut oleh sosok di sebrang telephone.

️️️️ㅤㅤ
“halo Ray, sudah sampai?” tanya suara di sebrang sana.

️️️️ㅤㅤ
“Sudah, makasih ya Mbak Lita. Maaf merepotkan,” puan di sebrang sana hanya terkekeh menanggapi.

️️️️ㅤㅤ
“Kamu kayak sama siapa aja sih? It's okay, cepat temui Dendi, anak itu ceroboh sekali.”

️️️️ㅤㅤ
Ray hanya tersenyum maklum, kemudian ponsel ia matikan lagi. Dahi ia pijat kecil, terasa pening dalam sekejap. Bagaimana tidak, sosok yang dititipkan padanya saat ini berada di salah satu ruangan yang membuat Ray berspekulasi hal negatif.

️️️️ㅤㅤ
Mbak Lita adalah wanita yang ia kenal baik saat di ia mengenyam pendidikan di kota pelajar, Indonesia. Hutang budi membuatnya harus menjaga Dendi, anak tiri dari wanita itu.

️️️️ㅤㅤ
Ia dorong pintu coklat tersebut, kemudian bau obat menyeruak pada indra penciuman. “Dendi,” sapa pria itu saat melihat sosok remaja tengah tertawa menatap layar 36 inchi di hadapan.

️️️️ㅤㅤ
“Oii Dattebayo!” sapa Dendi dengan cengiran andalan laki-laki itu.

️️️️ㅤㅤ
Ray menghela napas, entah kenapa jadi sangat menyebalkan ketika mendengar Dendi selalu menirukan cara berbicara karakter Anime terkenal itu.

️️️️ㅤㅤ
“Kenapa bisa disini?” tanya Ray, walaupun ia tahu tragedi yang terjadi dari Mbak Lita. Tetap saja ia harus menanyakan kembali, agar ia tahu Dendi berbohong atau tidak.

️️️️ㅤㅤ
“Ahh.. jatuh dari tangga sekolah, sedikit terbentur tapi tidak apa-apa kok,” ujar Dendi sambil menunjukan kepalanya yang di perban.

️️️️ㅤㅤ
Ray meringis, apa bocah ini tidak merasakan sakit? Senyuman selalu terbit disana. Kemudian netra sang pria kembali melirik layar menyala, Anime favorite bocah itu telah mulai.

️️️️ㅤㅤ
“Kamu yakin tidak apa-apa?” Dendi mengangguk, namun matanya tetap fokus pada tontonan yang di nanti.

️️️️ㅤㅤ
“Hem.. Sorede Idesu Nii-chan¹” Dendi meyakinkan.

️️️️ㅤㅤ
“Okay.. Sudah makan siang?” Ray mengusap kepala Dendi yang tengah menonton sembari melontarkan tanya.

️️️️ㅤㅤ
“Sudah, tapi boleh Dendi minta burger?” tanya laki-laki itu, kini netra hitam itu menatap sang lawan bicara. Ray pun tersenyum, lalu mengangguk.

️️️️ㅤㅤ
“boleh, asal sembuh dulu. Oke?” Dendi mendengus, namun akhirnya mengangguk juga.

️️️️ㅤㅤ
Pria itu pun memilih duduk di single sofa pada ruangan. Menatap langit-langit kamar rumah sakit dengan punggung bersandar pada sofa.

Japan And My LectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang