『14』
"Jika kau ditanyai apakah kau suka nonton film, katakan padanya jika kau lebih suka membaca buku."*****
Harta, ilmu, dan petuah hidup. Mungkin itu adalah beberapa hal yang bisa ditinggalkan orangtua kepada anaknya. Lebih-lebih ketika mereka pergi untuk selamanya, tiga hal itu menjadi sangat berarti. Yah, setidaknya itu yang kurasa.
Aku masih ingat, di awal masuk Tanbang High School, mendiang appa berpesan seperti ini: "jika ditanyai apakah kau suka nonton film, katakan padanya jika kau lebih suka membaca buku."
Harus kuakui, itu adalah petuah yang amat konyol. Aku tidak suka buku. Benda itu membosankan, bahkan lebih membosankan dari bioskop gratis di dekat rumah yang memutar film animasi tikus dan kucing secara berulang. Walau banyak orang berprinsip buku jendela ilmu, aku tidak bisa menganut prinsip itu. Faktanya, jendela ilmu saat ini adalah internet, bukan buku.
Namun semuanya berubah sejak aku mulai berpacaran dengan Kim Taehyung. Ia salah satu anggota dari 'tujuh freak namja' di sekolah. Tampan, unik, dan karismatik. Penampilannya? Oh, ayolah, bayangkan saja kalian melihat seorang anak sekolah yang gemar bolos, plus baju carut-marut yang justru membuatnya makin terlihat tampan.
"Be mine?"
Itulah dua kata yang Taehyung ucapkan saat memintaku menjadi kekasihnya. Mungkin beberapa gadis akan tersentuh, tapi tidak denganku. Sungguh itu adalah momen paling menggelikan sebab ia mengatakannya tepat selepas dari toilet. Siapa tahu dia habis buang hajat dan belum cuci tangan. Ya, itu hanya prasangka dan aku yakin Taehyung tidak seperi itu.
Setelah menjawab 'ne' dan melonjak-lonjak girang, seharian aku membongkar isi lemari, mencari baju yang perfect untuk kencan pertamaku dengan Taehyung (yang pasti juga akan tampil sempurna nanti).
Akan tetapi, kuberitahu kalian, jangan pernah sekalipun berekspektasi terlalu tinggi terhadap lelaki. Taehyung benar-benar jauh dari bayangan 'tampil sempurna dengan kemeja mahal dan celana panjang rapi'. Ia hanya mengenakan celana selutut, hoodie hitam, serta sepasang sepatu abu-abu yang cukup kotor. Namun penampilan tersebut lah yang sukses membuat jantungku berdegup tak karuan.
"Taehyung-ssi!"
"Oh, Cha Ae Rin!" Ia melambai singkat sembari tersenyum. "Kau suka menonton film? Kudengar ini adaptasi novel dan pemeran utamanya ... coba kuingat ... Dakota Johnson." Aigoo, siapa pula itu Dakota Johnson?
"Sejujurnya, aku lebih suka membaca buku daripada menonton film. Tapi, ya, ayo kita menonton film."
"Kau suka membaca buku?" Taehyung tampak terkejut mendengar pengakuan yang sebenarnya bohong itu.
"Ya, aku suka." Oke, mungkin sekarang aku terlihat pandai sebab aku tak yakin Taehyung tahu banyak mengenai buku.
"Benarkah? Lalu kau lebih suka yang mana, Gaston Leroux atau Mary Shelley?"
"Siapa mereka? Pemeran film yang kau bicarakan tadi?"
"Tidak, tidak, mereka penulis sastra klasik. Jadi mana yang menurutmu lebih menakjubkan? Ya, aku pribadi lebih menyukai Mary Shelley. Karyanya menakjubkan ...," Dan serentetan bahasan sastra, yang tidak kumengerti sama sekali, mulai mengalir dari mulutnya.
Setelah berlagak pintar, sekarang aku malah berakhir bodoh. Oh, appa, untuk pertama kalinya aku ingin mencintai buku seperti Taehyung. Aku ingin ... menganut prinsip dan petuahmu.
****
Mohon kitik dan sarannya, kawan-kawan😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge: 25 Days of Flash Fiction
Fanfiction『FAILED』 ーKarena hidup punya banyak rasa yang harus dikisahkan agar menjadi sejarahー