IDF~11

11 1 0
                                    

Jangan pernah menilai seseorang dari luarnya saja, karena belum tentu yang kamu nilai dari luar itu tidak sebanding dengan yang ada di dalamnya.

Pagi pagi sekali, tepatnya pukul 05:30 Ney sudah sampai di sekolah. Rasa kantuk masih menyerangnya, karena biasanya dia berangkat pukul 06:30, padahal masuk sekolahnya pukul 06:45.

Ney berjalan sambil sesekali menguap melewati koridor yang sepi karena masih tidak ada siswa disana. Merinding. Itulah yang di rasakan Ney sekarang. Ya meskipun dia gadis pemberani, tapi kalau menyangkut hal hal yang berbau horor, jangan tanyakan lagi, dia takut. Tapi dia tetap melanjutkan langkahnya, mencoba menyerang rasa takut itu. Ini semua cuma demi Neo. Karena biasanya Neo berangkat pagi pagi sekali.

"Ayo Ney, lo gak boleh takut. Lo harus berjuang demi Neo. Masa sama gini aja takut. Ayo Ney ayo Ney, bentar lagi nyampek  kelasnya Neo".
Ney mencoba menyemangati dirinya sendiri dalam hati untuk meng hilangkan rasa takut itu.

Saat sampai di depan pintu kelas Neo, tepatnya di kelas XI Ipa1, dia bernafas lega. Karena akhirnya dia bisa melewati tempat yang menyeramkan itu. Menurutnya.

" Hufft, untung aja udah sampek. Eh, Neo udah datang apa belum ya?".
Tanpa basa basi, dia memasuki kelas itu. Saat sampai di ambang pintu, dia melihat seorang cowok sedang sibuk memainkan ponselnya. Ney kemudian melanjutkan langkahnya untuk masuk karena dia tahu, kalau itu adalah Neo.

Ney lansung duduk di bangku sebelah Neo. Melihat ada sosok yang hadir di sampingnya, Neo menoleh. Dia terkejut melihat Ney disini, tapi dia menutupi keterkejutan itu dengan tampang datarnya.
"Ngapain ni cewek kesini?"

"Hai yo...lo udah makan belum. Nih gue bawain bekal buat lo"
Ney mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ney mengeluarkan kotak makan tupperware berwarna hijau, kemudian membukanya.

"Nih, kebetulan tadi cuma ada sandwich du rumah, jadi aku bawa ini aja. Kuy makan, enak lo"
Ney mencemot satu sandwich dan memberikan pada Neo. Tapi Neo tidak berniat untuk menerima sandwich itu.

" Nih ambil, jangan malu malu dong. Oh, I know, lo mau gue suapin? Ok kalau gitu".
Ney mengarahkan tangannya berniat untuk menyuapkan sandwich itu, tapi Neo lansung menyentakkannya, hingga sandwich itu berakhir di lantai.

"Gue. Gak. Butuh. Pemberian. Lo"
Ucap Neo dengan menekankan setiap katanya.

" Gak bisa gitu dong. Gue udah bela belain bangun pagi cuma buat lo. Kalau bukan karena itu, gue gak bakal mau berangkat sepagi ini. Lo harusnya hargain dong yo"

" Siapa suruh belain gue?"
Setelah mengucapkan itu, Neo lansung melenggang pergi meninggalkan kelas sambil mendorong meja kasar di dekat  tempat duduk Ney. Menyadari itu, Ney lansung berdiri mengejar Neo.

" Neo, Neo, tunggu! Lo mau kemana?"
Ney mempercepat langkahnya untuk mengejar Neo. Tapi tiba tiba Neo berhenti dan itu sontak membuat Ney menabrak punggung lelaki itu.

"Aww"
Ney meringis kesakitan, karena jidatnya terbentur oleh punggung keras Neo.

" Lo apaan sih, berhenti seenak lo"
Neo membalikkan badan dan menatap Ney tajam.

" Berhenti ngikutin gue!"
Ucap Neo dengan lirih, namun terdengar menakutkan.

" Lo kenapa sih akhir akhir ini sikap lo berubah? Emangnya apa salah gue?"

"Lo gak perlu tau itu"

" Gue perlu tahu yo. Gue disini juga perlu tau, biar gue bisa memperbaiki kesalahan yang gue lakukan ke lo itu"

" Lo gak bakal bisa memperbaiki itu semua".

" Gue bisa yo, asal lo gak diem aja kayak gini. Kalau lo diem aja, mana gue tahu letak kesalahan gue".

In De Fantasie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang