5 🌞 BENCI

29 4 0
                                    

Semenjak kejadian di kantin beberapa hari yang lalu, antara Juan dan Carmell mulai menunjukan benih kebencian diantara mereka. Bukan benih cinta.

Apabila Juan dipertemukan dengan Carmell, bisa-bisa Juan pulang dengan luka lebam-lebam di wajahnya. Mereka berdua sama-sama mempunyai tabiat keras kepala.

Buktinya saat ini mereka 'tak sengaja' bertemu. Carmell menatap Juan dengan tajam, sedangkan, Juan menatap Carmell dengan tatapan meremehkan.

"Gue baru tahu, kalo ternyata cewek nakal bisa belajar juga," sindir Juan saat melihat Carmell membawa buku paket IPS dari perpustakaan. "Bacot." Ketus Carmell dan berlalu dari Juan.

Juan masih tak menyerah. Ia masih saja menyindir Carmell. "Dasar cari perhatian! Mentang-mentang pake tindik aja langsung famous," sindir Juan lagi.

Carmell yang mendengar itu seketika mukanya merah menahan amarah. Carmell berbalik dan menghadap Juan. Tangannya langsung meraih satu buku paket IPS dan melemparnya tepat di muka Juan.

"Diem kan mulut lo? Mulut pake nyindir mulu. Tuh, rasain!" ucap Carmell dan tertawa terbahak-bahak. Juan merasa dipermalukan oleh Carmell dan tak terima.

Sekarang mereka menjadi tontonan di koridor kelas 11. Kesal, Juan mengambil buku paket itu dari lantai dan melemparnya balik ke Carmell. Lemparan Juan tak sebagus Carmell, lemparannya justru mengenai Bu Diah.

"Siapa yang melempar buku?!" bentak Bu Diah dan memegang buku IPS yang dilempar Juan tadi. "Murid baru yang sok belagu, Bu! Juan!" pancing Carmell.

Bu Diah langsung menghampiri Juan yang hanya beberapa meter jarak darinya. Dengan cepat, Bu Diah menjewer teling kanan Juan dan mambawanya ke ruang BK.

Carmell tertawa terpingkal-pingkal sampai matanya mengeluarkan air mata. "Rasain! Sok berani lo ke gue!" teriak Carmell yang membuat Juan bertambah kesal.

Kali ini kesialan menimpanya. Semua itu lagi-lagi karena Carmell. Juan meringis kesakitan dan terpaksa menjadi tontonan siswa-siswi yang lain.

"Aduh, bu! Sakit bu! Sakitnya tuh disini bu," rengek Juan agar jeweran maut Bu Diah berhenti dan kepas dari telinganya. "Biarin! Sekarang saya bawa kamu ke ruang BK! Biar dapat poin!" ucap Bu Diah tegas.

"Yah, bu jangan dibawa BK dong," Bu Diah malah semakin meremas-remas telinga Juan. "Nanti ibu saya kasian loh, bu" sambungnya.

"Ibu nggak peduli! Kamu baru masuk aja udah bikin ulah!"

"Bukan saya bu! Itu Carmell!

"Tuh, nggak ngaku kalo salah? Udah tau salah malah nyalahin orang lain!"

"Tapi emang bener loh, bu!"

Seumur-umur, baru kali ini Juan berada di ruang BK. Tepatnya penjara 'kecil' bagi siswa yang suka cari gara-gara. Disinilah Juan berada. Duduk berhadapan dengan Pak Bagus-guru BK paling galak.

Pak Bagus sibuk mencatat di buku Tatib milik Juan. Juan melirik apa yang ditulis Pak Bagus. Poin Pelanggaran. Bermain fisik dengan guru dan bertingkah kurang ajar didepan guru. Total poin: 15 poin.

"Loh, pak? Saya nggak salah! Yang salah Carmell pak!" ucap Juan tak percaya dia sudah mendapat 15 poin dalam waktu 3 hari. "Memangnya Carmell kenapa?" tanya Pak Bagus seraya melepas kacamata bacanya. "Dia duluan yang cari masalah pak!" koar Juan.

Pak Bagus malah tertawa mendengar ucapan Juan. Juan mengerutkan kening. Bingung apa yang membuat Pak Bagus tertawa. Apa ada yang lucu?

Juan mendengus sebal. Pasalnya, Pak Bagus tak henti-hentinya tertawa. "Pak, Carmell juga tindikan loh pak! Nggak bapak poin atau dikeluarin dari sekolah gitu?" tanya Juan dan akhirnya tawa Pak Bagus terhenti.

"Iya bapak sudah tau," jawab Pak Bagus santai. Juan membelalakan matanya. "Kok gak dikeluarin sih pak?!"

"Kami semua nggak bisa ngeluarin Carmell gitu aja, Juan. Ada alasannya dan itu rahasia," Rahasia? Apa rahasianya?, pikir Juan.

"Apa kamu bisa jaga rahasia?"

•BADGIRL•

BADGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang