8 🌞 LEBIH DEKAT

24 2 1
                                    

Sepanjang ia berjalan di koridor, bibirnya yang indah tidak pernah lepas untuk tersenyum. Hatinya sangat senang hari ini dan ia sudah merencanakan apa yang akan ia lakukan untuk membalaskan dendamnya pada Juan. Rencana yang pastinya akan membuat dia malu.

Hari ini juga, Carmell berangkat ke sekolah sangat pagi. Kelas masih sepi, bahkan Jordan belum datang. Daripada bosan, Carmell memilih untuk bermain game yang menurutnya sangat seru, hago. Ia sangat suka main werewolf. Game yang sangat menantang.

Saat bermain, Jordan datang dan mengerutkan dahinya. Tumben Carmell dateng pagi-batinnya dan berjalan mendekat ke arah sahabatnya itu. "Mel!" Sapa Jordan sambil menyentil bahu Carmell. Carmell menoleh sekilas dan tersenyum. "Bentar gue masih sibuk main game."

Jordan menghela nafasnya. Ternyata tindik yang tersematkan di hidung Carmell masih belum dilepas juga. Tapi, jika dilihat-dilihat, Carmell semakin cantik jika dilihat dari samping. Apalagi saat wajahnya saat sedang serius. Bikin gemas.

"Tuh kan! Tujuh emang werewolf! Udah gue bilang nggak percaya! Kalah kan!" Omel Carmell tak terima jika orang baik kalah dengan kelompok werewolf. Jordan terkekeh melihat ekspresi Carmell yang sedang marah. Mirip anak kecil yang tahu tidak dibelikan permen oleh orangtuanya.

"Udah kali marahnya. Itu kan cuman game doang." Hibur Jordan.

"Tapi, gue nggak terima aja gitu. Gue kan penerawangnya. Seharusnya kalo nomer 7 tadi dibunuh, kelompok baik gak bakalan kalah! Ah, bikin gue bete aja sih!"

"Emang game bisa buat bete ya?" Goda Jordan. Carmell menatap Jordan kesal. Ia ingin meluapkan segala kekesalannya pada Jordan saat ini.

"Bisa lah! Ugggh! Rasanya pingin gue hancurin tuh game, gue hack!" Jordan malah tertawa keras. Carmell benar - benar seperti anak kecil yang marah - marah tidak jelas hanya karena game yang dimainkan kalah. Untungnya Jordan tidak terlalu suka dengan yang namanya game. Dia lebih suka dengan buku karena itu lah game sesungguhnya di dunia.

"Malah ketawa. Lo sih kebanyakan baca buku! Coba deh lo mainin nih game!" Suruh Carmell sambil menyodorkan handphone-nya ke arah Jordan. Jordan mengerutkan dahinya menatap Carmell yang menantang dirinya. Bukannya tidak mau, ia malas jika berhubungan dengan game.

"Males gue. Lo aja deh yang main." Tolak Jordan halus.

"Jordan Styles, sahabat gue paling baik sedunia, bisa nggak lo turunin aja permintaan gue? Katanya lo sahabat gue." Ucap Carmell dan bertingkah pura-pura ngambek. Ini sifat asli Carmell sebelum kedua orangtuanya meninggal.

Terpaksa, Jordan menuruti kemauan sahabatnya ini. Daripada masalah akan semakin parah, lebih baik ia mengalah. Jordan memainkan game Werewolf yang kira-kira membutuhkan waktu 3 menit untuk memainkannya.

Carmell mendekat ke arah Jordan untuk melihat peran apa yang di dapatkan oleh Jordan. Carmell bertingkah biasa saja, namun tidak untuk Jordan. Dalam hati, ia merasa deg-deg-an berada sedekat ini dengan Carmell. Bau shampo rasa stroberi menyeruak di hidungnya. Membuat Jordan gagal fokus.

"Yah, lo cuman dapet peran warga." Keluh Carmell sambil mengerucutkan bibirnya.

"Lebih enak lah kalo jadi warga. Kalo mati malah lebih alhamdulilah lagi,"

"Enggak enak dong! Lebih enak kalo punya jabatan penting disana kayak jadi penerwang, penjaga atau bahkan bisa jadi werewolf-nya."

"Terserah deh. Kalo menurut gue lebih enak jadi warga."

"Iya deh, serah. Lo bener-bener introvert orangnya." Kata Carmell. Jordan melirik Carmell sekilas dan mengangguk pelan. Dia membandingkan antara sifatnya dengan sifat Carmell.

Gue tau, gue nggak cocok jadi sahabat lo. Sahabat yang pendiam dan nggak bisa bikin lo tertarik sama gue.

•BADGIRL•

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BADGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang