Seperti hujan bulan ini, kamu berbisik pelan di daun telinga. Menatap dia dengan tanya di mata.
Hendak ke mana lagi setelah ini?Selayak hujan campur candu. Kamu menjelajahi ruang tubuhnya. Mengetuk hatinya. Menutup matanya. Membuka sisa-sisa cinta yang tak lagi menyatu.
Dia tak pernah tahu!
Kamu hendak berhenti sejenak. Melirik bola matanya. Berharap ia berhenti dengan pintamu! Padahal dia sebatas singgah sebentar.
Pada hujan bulan ini.
Kamu sedikit tertawa. Meneguk candu. Menelan air mata yang sekian hari tumpah di ruang jemarimu.
Kamu begitu melupa cara seperti apa dilakulan di pojok sana. Menyumbatnya atau harus menampung luka yang kian membanyak.Pada bulan penuh sendu.
Kamu ingin berbisik di hatinya.
Bagaimana cara menyimpan luka dengan bijak?Apa hujan pura-pura!
Pura-pura badai.
Pura-pura petir di hatimu?Kami sedikit ngilu bulan ini.
Kamu tertawa lantang, kalau hujan tak mampu turun lagi di rumahmu! Tapi menggugurkan dedaunan di halaman rumahnya.Pariaman, 25 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...