#4. NAMM{Harris}

677 73 1
                                    

Abaikan typo yang merajalela 👌
Follow ig: nisasaniunuy1
Tapi kalian kasih tau nama ig kalian ya, soalnya di private

Selamat membaca...

🍁🍁🍁

Matahari sudah turun dari persinggahan nya, langit berubah menjadi gelap, kini digantikan oleh sang rembulan yang menduduki tahta matahari sebelumnya.

Aku membereskan pakaian milik tuan Dhean, tidak ada tugas yang berguna untukku disini selain menjadi seorang pembantu. Jelas saja tidak ada, masa iya aku menjadi seorang pengasuh yang mengasuh lelaki lebih dewasa dibandingkan diriku. Dan tidak mungkin lelaki itu mau. Makanya tugasku hanyalah hal sepele saja.

Setelah selesai, aku berpamitan dengan Nyonya besar. Pergi pulang dengan berjalan kaki tidaklah buruk, dan mungkin hanya membutuhkan waktu sepuluh sampai lima belas menit.

Aku sampai didepan rumah. Tumben sekali rumah sepi, tak seperti biasanya. Aku melihat ke sekeliling, tak menemukan tanda-tanda keberadaan ayah, yang kulihat hanyalah sebuah koper berwarna hitam didepan pintu.

Badan ku bergetar tak percaya, aku segera lari masuk kedalam, tapi nyatanya pintu terkunci, ku berlari kearah jendela, melihat apakah masih ada barang didalamnya, tapi nyatanya tak ada satupun barang. Tanpa kusadari air mata ku turun, apakah ayah meninggalkan ku?

"Harris" suara seseorang mengintrupsiku. Aku berbalik, melihat orang yang memanggilku. Dia adalah Dio.

"D-dio? Sedang apa kau disini?," tanyaku dengan nada bergetar, mencoba menahan air mataku supaya tidak jatuh. Jangan menangis, jangan... Batinku menyuruh agar tak menangis, tetapi sialnya hati bertolak belakang dengan badanku. Aku menangis kencang, dan terisak .

Kulihat Dio berjalan mendekat, tangan nya terulur menarik tanganku, hingga aku jatuh kedalam pelukannya.

"Kamu kenapa?," tanyanya, tangannya mengelus rambut ku.

"Rumah... Hiks... Apa... Hiks... Yang.... Terjadi...? Hiks, " jawabku.

"Pemilik rumah ini menjual rumahnya kepada Naura, sepupuku yang baru saja menikah. Memangnya ada apa dengan rumah itu?," tanya Dio. Dio melepas pelukan kami, dan menatap mataku bingung.

Setelah merasa baikan, aku bercerita kepada Dio tentang rumahku. Rumah yang memiliki bayak kenangan, mulai dari yang bahagia, sedih, dan rumah itu-rumahku- menjadi saksi bisu tentang kematian mamaku yang dibunuh oleh beberapa maling, hingga ayah bisa menjadi terpuruk akan kematian mama.

Tapi, tanpa sepengetahuan aku, ayah menjualnya begitu saja, membawa semua uang yang baru saja menjadi gajiku dihari pertama bekerja. Yang ayah tinggalkan hanyalah sebuah koper milikku yang hanya berisi pakaianku. Bahkan aku tidak tahu dimana sekarang letak foto mama yang sebelumnya berada di meja belajarku. Padahal foto itu adalah barang berharga terakhir milikku.

"Harris... Bukankah kamu sudah diterima bekerja di rumah Nyonya? Jadi kamu bisa tinggal disana. Nyonya Shinta pastilah senang jika kamu mau tinggal disana," kata Dio.

Dengan tidak yakin aku mengangguk, Dio tersenyum. Aku mengambil koper milik ku, tetapi dicegah oleh Dio. Dio mengangkat koperku, dimasukkannya kedalam bagasi mobilnya. Aku berjalan membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang yang berada disebelahnya.

Tak perlu banyak waktu. Kami sampai di depan rumah Nyonya, dan Dio masih tetap memaksakan dirinya untuk membawa koperku.

Kami datang disambut oleh Nyonya dengan senyum hangat miliknya, setelah Dio berbicara dengan Nyonya bila aku ingin tinggal disini, Dio mengantarku ke kamar yang akan menjadi milikku sementara waktu.

Not Anymore, Mr.Mute [MXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang