0.1

3.8K 355 24
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 6 pagi. Tapi Rui masih terlihat setia untuk menempel pada tempat tidurnya. Ia masih lelah, ia tidur sangat malam. Itu semua karena pacarnya, Changbin. Changbin lupa untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan padahal sudah pekerjaan rumah tersebut sudah harus dikumpulkan keesokan harinya. Alhasil, Rui harus membantu Changbin menyelesaikan pekerjaan rumahnya via skype. Terkutuklah Changbin!, batin Rui seraya bangun. Matanya masih setengah terpenjam. Ia masih ingin bemalas-malas di tempat tidurnya. Ia bisa saja melakukannya jika ia tidak mengingat bahwa pelajaran pertamanya adalah fisika dengan guru yang super killer.

Rui pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Setelah selesai melakukan rutinitas pagi, Rui pun mengambil handphone-nya dan sekadar memeriksa pesan-pesan yang masuk. Ia juga menyempatkan waktu sebentar untuk menelepon Changbin untuk memeriksa apakah ia sudah bangun atau masih berada di alam mimpinya. Rui memencet nomor Changbin, meletakkan handphone-nya di telinga dan menunggu jawaban dari Changbin.

"Siapa?" terdengar suara serak khas baru bangun ketika telepon akhirnya tersambung.

"Changbin! Cepetan bangun! Kamu pasti belum bangun kan!" sergah Rui langsung.

"Santai bos. Ini juga baru bangun" jawab Changbin dengan suara santai. Aslinya mah, uda gelagapan takut diomelin Rui kalau – kalau ia terlambat datang kerumah Rui untuk menjemputnya. Changbin pernah ketiduran dan terlambat datang menjemput Rui, hasilnya dia diomelin Rui sepanjang perjalanan ke sekolah.

Setelah sambungan telepon terputus, Changbin pun segera ngancir ke kamar mandi. Ia bersiap-siap secepat mungkin. Ia tidak ingin mendengar omelan Rui sepanjang perjalanan ke sekolah. Bisa-bisa telinganya terbakar.

Di sisi lain, Rui sedang memakan sarapannya dengan santai sambil menunggu Changbin datang menjemputnya. Ia makan sambil senyum-senyum. Karena ia tahu bahwa Changbin pasti sedang bersiap-siap dengan sangat cepat karena takut datang terambat menjemput Rui.

"Ih senyum-senyum sendiri. Kerasukan ya lo?" celetuk Donghan, abang Rui sambil berjalan menuju meja makan.

"Apaan sih, pagi-pagi udah ganggu aja. Makan sarapan lo deh. Biar otaknya bekerja" celetuk Rui tidak mau kalah.

"Punya adek gini amat" kata Donghan sewot.

"Punya abang gini amat" kata Rui balik.

"Ya deh, yang udah ada pacar" kata Donghan sambal memutar matanya.

"Makanya cari pacar gih! Katanya ganteng, pacar aja gak ada" kata Rui sambil memeletkan lidahnya.

Adu mulut kedua saudara itu pun berhenti saat suara motor pun terdengar dari luar rumah. Rui pun bergegas menghabiskan sarapannya, mengambil tas, dan memakai sepatunya.

"Eh kayaknya itu Changbin deh, dah abang!" pamit Rui

"Heh gak ada sopan santun ya lo sama abang sendiri!" teriak Donghan. Ia hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya yang selalu terlihat senang bertemu Changbin.

Setelah memberi salam kepada abangnya, Rui pun segera berlari keluar sebelum mendengar kekesalan abangnya. "Changbin!" sapa Rui bersemangat. Changbin hanya senyum melihat kelakuan Rui. Setelah Rui naik ke motor Changbin, mereka pun segera berangkat ke sekolah sebelum terlambat.

Dulunya terlambat adalah salah satu hal biasa bagi Changbin. Ia sudah sering datang terlambat. Bahkan bisa dibilang hampir setiap hari. Saat itu, terlambat masih terhitung sebagai pelanggaran ringan yang telah dilakukan Changbin. Ia sering bolos sekolah, bersikap tidak sopan pada guru, merokok, dan terlibat dalam tawuran antar sekolah. Bisa dibilang biang keroknya. Tapi itu dulu. Changbin sudah berubah sejak ia mengenal Rui. Yah walaupun kadang masih ada iseng-iseng dikit tapi tidak apalah, setidaknya gak separah dulu. Kalau sekarang ia mengingat dirinya yang lalu, ia akan merasa sangat miris. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan dirinya. Sebagai anak tunggal yang berasal dari broken home, mungkin itu adalah salah satu hal yang tidak bisa dihindari. Dan tentu saja, dukungan dari teman-temannya memberi efek yang sangat besar dalam perubahan sikap Changbin. Setelah berubah, Changbin baru sadar bahwa sebenarnya ia mempunya teman-teman yang sangat baik dan yang akan selalu mengkhawatirkan dia. Ia berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan teman-temanya.

eucatastrophe › changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang