0.3

1.3K 218 12
                                    

Putih. Itulah hal pertama yang dilihat Changbin saat membuka matanya. Kepalanya terasa sangat sakit. Ia mencoba untuk menggerakkan tanganya. Ia dapat melihat bahwa tangannya sedang diinfus. Ia mencoba untuk duduk tapi tubuhnya terasa sangat sakit saat digerakkan. Sepertinya ia berada di rumah sakit. Tapi apa yang terjadi? Mengapa ia berada di rumah sakit?

"Loh? Changbin? Lo sudah bangun?" Changbin melihat ke asal suara dan ternyata itu adalah Chan, salah satu temannya. Teman – temannya semua berada di sana. Hanya saja mereka kelelahan dan sudah ketiduran. Chan juga awalnya sedang tidur tapi ia terbangun karena suara kesakitan Changbin. "Eh, jangan terlalu memaksakan diri lo." Kata Chan seraya membantu Changbin untuk duduk. Setelah selesai membantu Changbin, Chan berusaha untuk membangunkan teman – temanya. Melihat teman – temannya yang terlihat mengantuk dan kelelahan, Changbin merasa sangat bersalah.

Setelah semua teman – temanya terbangun, mereka berjalan menuju ranjang Changbin dan berdiri di sekelilingnya. Mereka melihat Changbin dengan tatapan khawatir. "Lo uda gapapa kan?" tanya Hyunjin, temannya. Changbin menatap delapan temannya satu persatu. Ia tersenyum dan menganggukkan kepala. "Gue uda gak apa – apa kok" jawab Changbin meyakinkan.

"Syukurlah" ucap Seungmin.

"Tapi.. apa yang terjadi? Kenapa gue berada di rumah sakit?" tanya Changbin. Semua teman – temannya saling melihat. Tidak ada yang berani membuka suara mereka.

"Tadi... Lo kecelakaan. Motor lo ditabrak oleh pengendara mabuk yang berlawanan arah." Kata Woojin, akhirnya membuka suara walaupun sebenarnya ia masih tidak tega.

Tiba – tiba saja terlihat sepasang sinar yang mendekat ke arah mereka, "CHANGBIN!! AWAS!!" Changbin dapat mendengarkan teriakan Rui dari belakang saat mobil tersebut mendekat kearah mereka. Changbin berusaha untuk menghindar hanya saja mereka sudah terlalu dekat dan mobil tersebut mendekat dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dalam sekejap mata, Changbin dapat merasakan tubuhnya terhempas ke udara dan jatuh ke aspal. Tubuhnya terasa sangat sakit. Ia dapat melihat darah yang mengalir dari kepalanya. Tapi ia tidak peduli, karena sekarang yang berada di kepalanya hanya Rui. Rui jatuh tidak jauh dari Changbin. Changbin dapat melihat banyaknya darah yang mengalir dari Rui. Ia berusaha untuk mendekati Rui. "Rui.. B-bertahanlah" kata Changbin kesusahan. Tidak lama kemudian terdengar suara ambulans dan orang – orang yang berada di sekeliling. Dan semuanya berubah menjadi gelap.

Tiba – tiba saja Changbin teringat dengan sesuatu, "Rui?! Bagaimana dengan Rui?!"desak Changbin kepada teman-temanya. Sekali lagi, teman – temannya tidak tahu harus bagaimana dan tidak ada yang berani membuka suara mereka.

"Changbin, lo harus tabah ya?" kata Jeongin kepada Changbin. Changbin menjadi merasa lebih khawatir. Ia tahu pasti sesuatu yang sangat buruk sudah menimpa Rui.

"Rui.. sempat kritis." Ucap Felix. Changbin merasa sangat terkejut, "Lalu? Bagaimana keadaanya sekarang?!" tanya Changbin sambil berusaha menahan emosinya, suaranya sudah terdengar bergetar. "Keadaannya sudah lebih baik sekarang. Ia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Hanya saja.." Changbin merasa sangat lega saat ia mendengar bahwa keadaan Rui sudah lebih baik, tapi ketika ia mendengar kata 'hanya saja' ia kembali merasa sangat khawatir. Felix tidak tega untuk melanjutkan ucapannya, karena itu kata – katanya dilanjutkan oleh Minho, "hanya saja sekarang ia sedang koma karena pendarahanya yang cukup parah. Dan para dokter tidak tahu kapan ia akan bangun. Kita hanya bisa menunggu." Saat Minho selesai mengucapkan kata – katanya, dunia Changbin terasa runtuh. Ia tidak percaya bahwa Rui sedang koma. Itu semua karena dia sendiri. Ia gagal dalam menjaga Rui. Padahal ia sudah berjanji pada diri sendiri bahwa ia akan menjaga Rui.

eucatastrophe › changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang