0.6

1K 185 8
                                    

Hari ini seperti biasa, Changbin datang menjenguk Rui yang berada di rumah sakit. Ia berjalan di lorong dan segera masuk ke dalam ruangan Rui. Ketika ia menutup pintu dan membalikkan badannya, matanya membulat. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia bahkan sempat bepikir ia masuk ke ruangan yang salah. Tapi tidak mungkin! Donghan berada di kamar ini, berarti ia tidak salah memasuki kamar. Rui yang setiap kali sedang tertidur saat ia datang menjenguk sudah terbangun. "R-Rui..?" kata Changbin terbata – bata. Tapi, ada hal yang aneh, Rui terlihat mengerutkan dahinya. Ia kemudian berpaling dan menghadap ke Donghan dan bertanya, "Itu...siapa?" Donghan terlihat terkejut dan segera mengalihkan pandangannya ke Changbin.

Changbin sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Bunga yang ia bawa terlepas dari genggamannya. Rui.. tidak mengingatnya? "Lo.. beneran gak ingat dia siapa?" tanya Donghan kepada adiknya. Rui hanya menggelengkan kepalanya. "Itu..itu tidak mungkin...Lo ingat gue dan nama lo, bagaimana mungkin lo gak ingat dia?" kata Donghan. Dokter yang masih berada di sana segera menghampiri Rui dan memeriksanya. "Sepertinya.. ia mengalami amnesia sebagian. Ia tidak melupakan semuanya, hanya sebagian dari memorinya. Tapi jangan khawatir, ia akan mengingatnya suatu saat. Kalian dapat membantunya, tapi jangan terlalu memaksakan ia juga." Jelas dokter tersebut. Setelah selesai menjelaskan, ia segera permisi dan keluar meninggalkan ruangan Rui.

Perasaan Changbin menjadi campur aduk. Ia merasa senang karena Rui akhirnya terbangun dari komanya tapi ia juga merasa sangat sedih dan terpuruk dengan kenyataan bahwa Rui tidak mengingatnya. Ia segera keluar dari ruangan Rui.

Sejak Rui bangun, Changbin tidak datang menemui Rui. Ia selalu datang ke rumah sakit dan kemudian hanya berdiri di depan ruangan Rui untuk melihat keadaan Rui. Ia tidak pernah masuk. Karena ia masih sangat terpuruk.

Seminggu setelah Rui bangun dari komanya, ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Donghan mengantar Rui ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Rui melihat sekeliling kamarnya. Kemudian matanya menangkap sesuatu. Matanya tertuju ada foto – foto yang tertempel di depan meja belajarnya. Kebanyakan foto tersebut adalah foto dirinya dengan Changbin. Donghan yang melihat adiknya sedang meneliti foto – foto tersebut datang menghampirinya. "Lo ingat sesuatu dari foto – foto tersebut?" tanya Donghan. "Tidak semuanya. Tapi.. bukankah laki – laki ini yang datang saat gue bangun?" Donghan hanya menganggukkan kepalanya memberi jawaban. "Siapa dia..?" tanya Rui.

"Kan udah gue ceritain." Jawab Donghan.

"Maksud gue namanya, astaga. Lo gak pernah kasih tahu gue namanya!" kata Rui balik. Donghan hanya cengengesan dan menjawab, "Oh namanya.. Changbin."

"Hah? Jadi biasa dipanggil Bin dong?" Donghan tertawa terbahak – bahak mendengat perkataan adiknya.

"Iyah" kata Donghan. Dan Rui hanya tertawa karena perkataannya sendiri. Tiba – tiba saja sebuah cuplikan memori muncul di pikiran Rui.

"Kenapa kamu terlambat?! Tahun ajaran baru baru saja mulai sudah terlambat, dasar!" teriak seorang guru. Tiba – tiba saja seorang laki – laki dengan penampilan urakan lewat jauh dibelakang Rui dan guru tersebut langsung menjerit, "EH!! LO JUGA!! BARU AWAL SEKOLAH AJA UDA TERLAMBAT"

"Kalian ini! Masih murid aja udah terlambat, kalau udah kerja gimana?! Lari lapangan tiga kali sekarang juga dan lo, Changbin lari lima kali!"

"Ah.. ibu kok pilih kasih sih" protes Changbin
"Sudah lari sana!"

Saat lari Rui bahkan sempat menanyakan namanya, "Nama lo siapa tadi? Changbin? Berarti biasa dipanggil Bin dong?" Laki – laki tersebut pun mendengus kesal dan mengatakan, "Bodo amat dah!"

"Rui?? Lo napa melamun?" kata Donghan membuyarkan lamunan Rui.

"Oh?? Tidak ada apa – apa."

eucatastrophe › changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang