Part 3 - Incident

29.7K 1.3K 19
                                    

Happy reading💕
___________________

"Hei, bangun Shella." Tepukan ringan di kedua pipinya dan suara kakaknya membuat Shella mengerang kecil di dalam alam mimpi.

Clara berdecak kesal. Adiknya memang selalu saja malas untuk bangun pagi. Inilah hal yang paling jengkel menurutnya karena harus membangunkan seorang pig. Apakah Shella adalah seekor piggy yang malas? Sepertinya iya.

Shella akhirnya membuka matanya dengan terpaksa ketika merasakan cahaya matahari yang menembus ke dalam kamar dan mengganggu tidur nyenyaknya. Melalui sudut mata, dilihatnya Clara sedang membuka tirai di kamar miliknya.

Gadis itu spontan berbalik memunggungi cahaya matahari yang sangat mengganggu itu. Ia juga menggunakan bantal untuk menutupi kedua telinganya dari panggilan Clara.

"5 menit lagi, janji," ucap Shella dengan mata yang kembali terpejam. Dia bergelung ke dalam selimut lembut putihnya.

Mendengar itu, Clara mengomel pelan dengan mata yang melihat ke arah adiknya. Dia sudah mendengar kalimat itu berulang-ulang. "Kau sudah mengatakan hal itu sedari tadi," ujar Clara dengan kesal.

"Kau tahu? Sekarang sudah jam 9 pagi. Kau telah tertidur terlalu lama," sambung Clara.

Shella langsung membuka matanya terkejut. Ia terduduk dengan kedua matanya yang membulat besar.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" pekik Shella yang sekarang telah turun dari atas ranjang. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Bagus, jadi sekarang kau menyalahkanku? Siapa yang tadinya tidak ingin bangun?" sindir Clara.

"Tetapi tetap saja ini salahmu. Kakak tidak berusaha lebih keras untuk membangunkanku. So, this is not my fault," bela Shella di dalam kamar mandi.

Mulut Clara menganga lebar mendengar pembelaan dari adiknya itu.

What the hell?

Jadi sekarang semua ini salahnya?

Setelah susah payah membangunkan piggy satu ini, Clara malah dipuji dengan sedemikiannya.

Geez, dia baru tahu jika adiknya sekarang telah berubah menjadi pintar. Bahkan dia sendiri juga tidak bisa mengalahkan otak cerdik Shella. Well, Mungkin sebaiknya Clara harus bertepuk tangan untuk adiknya.

****

Shella menghentak-hentakan kakinya kesal sembari menyumpahi kakaknya itu. Mulutnya mengomel-ngomel tidak jelas bersamaan dengan kata-kata kasar yang telah tersusun rapi di benaknya.

Akibat kakaknya, dia harus dipermalukan seperti ini. Demi Tuhan, dia benar-benar sial memiliki kakak seperti itu.

Setelah dari rumah, Shella tadi langsung buru-buru pergi ke kampusnya, mengingat jam sudah menunjukkan hampir pukul 10. Bahkan rambutnya dirapikan dengan kelima jarinya karena tidak sempat disisir. Huh, dia pasti terlambat.

But, begitu sesampainya di depan gerbang, dia malah diketawai oleh seorang satpam yang kebetulan sedang berjaga di sana.

"Ini hari Minggu, Dek."

Kalimat yang diucapkan oleh satpam tadi masih terngiang di benaknya. Bisa-bisanya Clara tidak memberi tahu jika hari ini adalah hari libur. Ia benar-benar akan mengutuk kakaknya begitu sampai di rumah.

Bruk...

Gadis itu terjatuh di lantai sedetik setelah kepalanya menabrak sesuatu yang kokoh. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Sepertinya Shella baru saja menabrak beton yang kuat hingga membuatnya sedikit pusing.

"Kau tidak punya mata, hah?" sembur Shella berapi-api seraya berusaha berdiri. Dia langsung melirik ke sekitarnya dengan jengkel karena orang-orang itu tengah menatapnya seolah-olah dia adalah makhluk alien yang baru turun ke bumi.

Pria di depannya lantas menautkan kedua alisnya, heran dengan perempuan ini. Kenapa malah dia yang di salahkan?

"Hey girl, kau tadi yang tidak melihat jalan dan menabrakku. Jadi di sini aku yang menjadi korbannya," ucap lelaki itu tanpa berniat menolongnya.

"Kenapa kau tidak menyingkir ketika aku mau menabrakmu? Berarti kau tidak menggunakan matamu dengan baik. Mata digunakan untuk melihat, bukan hanya menjadi pajangan wajah," seru Shella. Ia telah berdiri dengan dagu yang diangkat, menatap pria itu tajam. Jika saja badan lelaki ini tidak terlalu tinggi, maka ia tidak akan repot-repot untuk mendongak menatap wajahnya.

Kerutan di dahi pria itu semakin banyak, pertanda bahwa ia merasa aneh dengan wanita ini. Apakah ia baru saja diceramahi oleh si aneh ini? Jadi maksudnya, ia yang menjadi pelakunya?

Hell....

"Out of mind, girl? Aku tadi sudah berjalan di tempat yang benar, tetapi kau malah menabrakku dan menuduhku begitu. Well, kau baru saja melakukan suatu tindakan kejahatan yang tidak bisa kumaafkan." Pria itu bersedekap, menatapnya dari atas ke bawah.

Satu kata untuk wanita ini. Pendek.

Shella melotot, ia mengangkat dagu setinggi-tingginya. Shit, bahkan lehernya mulai terasa sakit karena diangkat hingga sedemikian tingginya.

"Hei Tuan yang terhormat, kau tadi baru saja menjatuhkanku ke lantai. Tidakkah kau pikir, kau baru saja membahayakan nyawa seseorang. Use your brain boy," ucap Shella jengkel.

Pria itu memegangi dagunya, persis seperti orang yang sedang berpikir keras. Ia kemudian beralih menatap Shella, kembali meneliti badan wanita ini. "Maybe, kau terlalu..... lemah dan pendek?" teliti pria itu.

Shella melebarkan matanya, tidak percaya dengan kalimat yang baru saja dilontarkan pria itu. Apa pria ini baru saja menjelekkannya? Hanya karena orang ini lebih tinggi darinya begitu?

"Kau tahu lady, aku tadi tidak mendorongmu ataupun melakukan sesuatu hal yang disengaja. Kau yang tiba-tiba menabrakku dan terjatuh dengan sendirinya," jelas lelaki itu.

Shella semakin menatapnya tajam, seakan-akan matanya bisa berubah menjadi pisau tajam dalam waktu sesingkat mungkin. "Tubuhmu yang terlalu besar seperti beton kuat, bahkan tadi aku sedikit pusing setelah kejadian tabrak lari tadi," ujar Shella dengan tangan yang menunjuk ke arah tubuh pria itu.

Lelaki itu membuka mulut, hendak memprotes perkataan wanita ini. Tetapi kembali terkatup begitu telinganya menangkap suara yang tidak asing.

"Kakak." Suara pria lain menyapa di antara pertengahan pertempuran sengit mereka.

To be continue....

Don't forget to vote and comment💛

31 December 2017

My Dangerous Boy✅ {TURNER SERIES #1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang