Part 6 - A Piggy

21.4K 923 6
                                    

Happy reading💕
_________________

Shella mengerang kecil dan membuka mata birunya dengan perlahan. Ia menatap ke sekeliling kamarnya seraya mengucek mata.

Gadis itu berusaha untuk duduk, dengan mulut yang menguap lebar. Di atas nakas, novelnya telah tergeletak dengan keadaan tetap terbuka. Well, Shella tertidur saat membaca buku.

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 12, yang artinya Shella sudah tertidur selama 2 jam.

Setelah seluruh kesadarannya mulai terkumpul pada raganya, ia kemudian bergerak turun dari kasur dan berjalan menuju ke pintu kamar. Tetapi, ketika Shella hendak memegang knop pintu, seseorang telah membuka pintu dari luar.

Bau sedap langsung menyeruak masuk ke dalam hidung Shella dan membuatnya menjadi lapar. Matanya melihat ke arah kakaknya yang memakai celemek berwarna pink.

Kakaknya tengah berkacak pinggang, mengamati Shella yang terlihat seperti baru bangun tidur. Adiknya ini memang sangat malas. Pekerjaannya hanya tidur, mandi, makan, membaca, dan tidur lagi.

Shella benar-benar adalah seorang piggy.

Gadis itu mendengus kesal, mengingat perbuatan kakaknya tadi. Ia berjalan melewati Clara dengan tidak acuh, seakan-akan kakaknya sedang tidak berdiri di depannya. Atau mungkin seorang makhluk tidak kasat mata.

Melihat itu, Clara melotot ke arah adiknya.

Sungguh tidak sopan.

Dengan gerakan cepat, Clara berlari menyusul Shella kemudian memukul kepala adiknya. Pukulan yang lumayan keras itu ternyata disambut baik oleh ringisan dari adiknya.

Rasakan.

"Dasar adik tidak sopan," ujar Clara dengan tangan yang masih setia memukul kepala adiknya, tidak peduli dengan ringisan sakit dari Shella. Adik durharka.

Setelah dirasa cukup, Clara kemudian menghentikan pukulannya dan memberikan tatapan kesal kepada adiknya.

"Kau gila, Kak." Shella mengelus kepalanya saat pukulan menyakitkan dari sang kakak telah selesai. Ia kemudian memelototi kakaknya yang hanya berjalan melewatinya dengan tidak peduli.

Kejam......

Sepertinya ia harus cukup bersabar ketika menghadapi nenek sihir di rumahnya. Dasar kakak tidak berprikemanusiaan.

Kadang ia berpikir, apa kakaknya ini memang saudara kandungnya? Atau mungkin ayahnya yang salah mengambil bayi di rumah sakit? Atau lebih parahnya jika Shella bukan anak dari keluarga kakaknya?

Geez, pikiran Shella telah melantur ke mana-mana. Sangat tidak masuk akal.

Shella kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur karena perutnya sudah berbunyi keras. Ia lapar.

Makanan sudah ditata dengan rapi di meja makan, membuat Shella semakin lapar ketika melihatnya.

Dengan tergesa-gesa, Shella langsung duduk di kursi makan dan memakan masakan Clara. Tangannya terlihat bergerak gesit saat memasuki makanan itu. Ia tampak seperti orang yang sudah tidak diberi makan selama berhari-hari.

Ayolah, ini sangat sedap sekali.

Clara memang pintar jika dalam soal keahlian memasak makanan. Sedangkan Shella pandai dalam keahlian memakan masakan kakaknya. Tapi walaupun begitu, tubuh Shella tidak gemuk dan tetap terlihat cantik. Well, seksi too.

Gadis itu memang harus banyak bersyukur dengan badannya ini. Tidak dengan Clara yang harus repot jika berat badannya naik. Setiap hari, kakaknya harus selalu menjaga pola makannya, sementara adiknya bebas memakan apa pun yang dia mau.

Shella mengulum tawanya ketika Clara menatapnya dengan pandangan yang menurutnya itu berlebihan. Ayolah, mengapa Clara melihatnya dengan tatapan iri?

"Tidak mau?" goda Shella. Ia mengangkat sendoknya yang terisi penuh dengan makanan, kemudian digoyangkannya ke kiri dan ke kanan dengan sengaja.

"Diamlah." Clara menarik kursi yang berada di samping adiknya dengan sedikit kesal. Ia sangat berharap adiknya akan menjadi gemuk setelah ini. Rasakan lemak yang tumbuh di badanmu itu nanti.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Shella. Jangan berpikir aku sudah lupa," ujar Clara dengan tangan yang menopang dagunya.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Kemarin terjadi macet di jalan, sehingga aku sedikit pulang kemalaman," ujar Shella tidak acuh. Tatapan intimidasi dari kakaknya tidak membuatnya takut sedikit pun.

C'mon, ini hanya masalah kecil. Dia tidak perlu mengatakan hal itu kepada kakaknya, apalagi Clara yang cerewetnya seperti ibu-ibu membuatnya enggan untuk bercerita dengan kakaknya.

"Aku tidak percaya dengan ucapanmu," kata kakaknya masih dengan tatapan mengintimidasi.

Shella mengela napas. Ia mengunyah potongan makanan terakhirnya, kemudian menatap ke arah piringnya yang telah kosong." Aku sudah mengatakannya dengan jujur. Terserah kakak mau percaya atau tidak," ujar Shella malas.

Ia lantas memilih untuk bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan meninggalkan dapur tanpa mencuci piring kosongnya.

"Tolong dicuci piringnya, Kak. Dan aku juga akan keluar sebentar. Thank you my lovely sister." Shella langsung pergi begitu saja, bahkan sebelum kakaknya membalas ucapannya tadi.

****

Seorang gadis tengah duduk di taman. Matanya menatap kosong ke arah depan, seolah raga tanpa jiwa. Berkali-kali ia juga terlihat menghela napas dan memejamkan matanya.

Terkadang, udara segar di taman itu dengan nakalnya meniup-niup rambut halusnya hingga sedikit berantakan. Gaun putih polos miliknya juga sedikit berkibar-kibar.

Beban yang diangkutnya tadi sepertinya telah terhapus sedikit, membuat batinnya berteriak merasakan rasa lega.

"Shella. Apa itu kau?" Suara bariton yang sangat dikenalnya dengan baik itu membuat jiwanya terkumpul dengan cepat. Hatinya kembali merasakan tusukan pisau yang tak kasat mata, sedangkan logikanya menjerit-jerit marah.

To be continue.....

Don't forget to vote and comment💟

8 January 2018

My Dangerous Boy✅ {TURNER SERIES #1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang