Maysa Ts
Bisa dibilang pagi ini bukan salah satu pagi terbaikku. Diawali dengan bangun yang tepat waktu, sarapan dengan nasi goreng spesial, dan diantar ke sekolah oleh Papa.
Aku berjalan menyusuri lorong sekolah ini dengan santai. Aku tidak harus lari terbirit-birit menuju ke barisan karena hari ini tidak ada upacara ataupun apel.
"Woy!" seseorang menepuk kedua bahuku dari belakang.
"Apaan sih Ra, pagi-pagi udah ngagetin orang aja" aku memasang tampang keki ke Zahra.
"Lagi, lo santai-santai aja hari ini. Berarti lancar dong PR nya?"
Tunggu dulu, PR?
Aku merasa tidak ada PR hari ini. Semalam aku sudah mengecek semua buku tulis ku dan tidak ada note tugas disana. Apa Zahra hanya menakut-nakuti ku?
"PR apaan sih?"
"Itu loh PR Biologi yang di kertas folio, tugas dari minggu lalu"
Aku menegang.
Tidak, ini tidak mungkin. Kenapa aku bisa melupakan tugas yang satu itu.
Seketika aku tersadar dan langsung menarik Zahra menuju kelas.
"Sial, gue lupa tugas yang satu itu"
Sudah ku bilang, bukan pagi yang baik bukan?
***
Kalian harus tau, sesampainya aku di kelas tadi aku langsung meminjam tugas milik Zahra untuk ku contek. Dalam keadaan terdesak seperti ini sih aku tidak ingin bersusah-susah untuk mencari sendiri jawabannya.
sudah disediakan dari si pemberi contekan kenapa tidak di manfaatkan, lagi pula pemiliknya juga ikhlas untuk di contek buktinya ia memberikan jawaban miliknya.
Oh iya walaupun aku menyontek tapi aku ingin membagikan sedikit ilmu dari pelajaran bahasa indonesia yang ku pelajari kemarin. Sebenarnya kata yang benar untuk contek adalah sontek dan kalau dijadikan kata kerja menjadi mensontek.
Setidaknya itu ilmu yang ku dapat di pelajaran kemarin.
Nah trik terakhirnya adalah jangan mengumpulkan soal dengan jarak kertas yang berdekatan dengan si sumber. Beri jarak paling tidak dengan 5 tugas milik orang lain agar guru tidak sadar akan jawaban kalian.
Hebat kan aku?
"hmm kak Maysa" ku tolehkan kepalaku ke asal suara. Dia Arumi, siswi kelas sebelas ipa 2 yang menjadi salah satu anggota ekstrakulikuler fotografi, dan kebetulan aku lah ketuanya.
"Iya, kenapa Rum?" aku menyeruput sedikit es teh manisku.
Kebetulan saat ini sedang jam istirahat jadi aku dan teman-teman ku saat ini tengah berada di kantin dengan berbagai macam hidangan tersaji diatas meja.
"Nanti jadi kan kumpul ekskul sekaligus rapat buat pameran?"
Aku melirik ke arah Ila dan Dita yang sedang terkikik dengan ponselnya. "ehm, iya jadi. Atur aja nanti anak-anaknya, terus suruh ngumpul di tempat biasa."
Arumi pun menganggung lalu berbalik menjauh keluar kantin berasama teman yang menemaninya tadi.
Tiba-tiba saja dihadapan ku sudah tersaji sepiring sate lengkap dengan lontongnya.
"Abis lo lama mikirnya, jadi gue pesenin itu aja tadi" Ternyata Dita yang memesankan sate ini untuk ku.
"Thanks"
"Btw, lo ganti kepengurusan ekskul kapan May?"
Hmm, iya sekarang aku sudah lelas dua belas yang mana berarti harus fokus dengan segala ujian yang menanti di depan mata. Agak berat rasanya akan melepas kepemimpinan sebagai ketua ekskul, karena dengan mengikuti ekskul aku jadi lebih mudah bersosialisasi dengan teman-teman dan memperdalam hobi ku di bidang fotografi.
"Maysa ya, ketua ekskul fotografi?" Belum sempat aku menjawab pertanyaan Dita seorang siswa laki-laki datang menghampiri ku.
"Kenapa ya?"
"Gue mau gabung di fotografi bisa?"
Aku mengernyit.
"Kan udah ada jadwalnya nanti sore ngumpul lo bisa join, emang lo gak di kasih tau?"
Agak malas sebenarnya membahas tentang ekskul di jam istirahat seperti ini. Mengganggu waktu makan ku yang berharga.
"Oh sorry, gue baru jadi gak tau. Oke kalo gitu nanti sore gue ke kelas lo." Lalu cowok itu pergi berlalu begitu saja.
Ha? ke kelas?
Setelah ia pergi aku pikir dia bukan anak kelas dua belas seperti ku karena aku hafal wajah-wajah teman seangkatan ku. Pasti dia dari kelas bawah, tetapi kalau dilihat wajahnya juga asing bagi ku.
"Itu anak baru kelas sebelas itu kan?"
"Iya, dia coklat-coklat manis ya"
Astaga ada apa dengan otak Ila, apa maksudnya dengan coklat manis?
"Mana gue tau itu anak baru apa bukan"
"Eh--eh tapi dia bakal ke kelas kita kan pas pulang sekolah. Aduh gue jadi deg-deg an"
"Apa sih La biasa aja, mukanya biasa suaranya biasa malah gayanya kayak urakan gitu kenapa lo puja-puja" Nampaknya Dita mulai gerah.
Kalau ku perhatikan cowok yang menghampiri ku tadi ya memang perawakannya persis seperti yang dijabarkan Dita. Dia tinggi, rambutnya hitam legam yang tebal, seragamnya lengkap namun nampak asal-asalan, dan ya dia hitam----manis.
Eh!
***
Mungkin bukan bakat saya buat nulis panjang-panjang tapi seneng rasanya bisa update hehehehejangan lupa baca cerita me yang lain!

YOU ARE READING
Bad School Boy
Teen FictionINI NEW VERSION DARI CERITA BAD SCHOOL BOY DI AKUN @azkaaulia. YANG DISANA GAK DILANJUTIN KARENA LUPA PASSWORD AKUN, JADI BISA BACA DISINI UNTUK KELANJUTANNYA. TERIMA KASIH. Berawal dari satu kejadian 'menakjubkan' yang di buat oleh Delvin agar ia b...