Delvin Will
"Ini hari pertama kamu di sekolah baru lho Vin, janji sama mamah gak nakal lagi gak bandel lagi mamah capek" perempuan paruh baya itu dengan telaten memakaikan dasi bewarna abu-abu ke leher anaknya.
Hari ini hari pertama Delvin kembali sekolah, dengan sekolah yang baru. Di sekolahnya yang terakhir sebelum ia dikeluarkan ia membuat kenang-kenangan berupa gambar tokoh kartun di dinding sekolahnya dengan pilok. Itu juga alasan mengapa ia bisa di keluarkan.
Kalau di lihatkan dari penampilan, tampang Delvin ini gak bisa dilewatkan begitu saja. Perawakannya tinggi, berkulit sawo matang namun memiliki senyum semanis es teh yang pakai gula, lesung pipit di kanan dan di kiri dan jangan lupa rambut dengan potongan kekinian yang dibalut dengan gel rambut.
"Yaudah mah, kalo capek mending Delvin home schooling aja"
"Itu enak di kamu ya" Delvin meringis karena telinganya yang di jawil mamah nya. Padahal itu adalah alternative terbaik untuknya. Bayangkan sudah dua kali dalam dua tahun ia berganti sekolah.
Delvin duduk di meja makan dan mulai membuat roti isi buatannya di sebelah kirinya ada adiknya yang masih berumur empat tahun sedang mengaduk-ngaduk bubur. Yaks apa semua anak kecil makannya seperti itu? Sedang di ujung meja, ayah dari Delvin datang dan mulai memakan sarapannya. "Jangan buat ulah lagi ya Delvin"
Papah Delvin ini sebenarnya bukan ayah kandung, ia ayah tiri. Ayah kandungnya telah meninggal satu tahun yang lalu karena sakit. Delvin sangat membenci ayah tiri nya ini, kenapa? Karena ia hanya menjadi parasit di rumah ini. Di awal pernikahan dengan mamah nya ia tampak seperti penyelamat bagi keluarganya, mempunyai pekerjaan yang mapan di salah satu perusahaan swasta, perhatian dan murah senyum membuat Delvin akhirnya merelakan sang mamah untuk menikah lagi.
Namun di awal-awal pernikahan tiba-tiba ia di pecat dan menjadi pengangguran. Kerjaannya sehari-hari hanya meminta uang pada mamahnya untuk alasan bsnis yang tidak jelas hasilnya. Untung mamah nya adalah designer yang cukup terkenal, jadi keluarga mereka masih bisa makan walaupun tanpa uang si parasit itu. Bahkan sampai sekarang ia masih belum dapat pekerjaan dan hanya keluar rumah dengan alasan tidak jelas.
Saat Delvin sudah sampai di ruang tamu dan akan mengambil kunci mobil miliknya ternyata kunci itu sudah di ambil terlebih dahulu oleh papahnya.
"Balikin kunci gue!"
"kalo kamu mau naik mobil, kamu harus papah anter, kalo masih gak mau yaudah kamu jalan kaki aja"
Delvin sudah tidak bisa menahannya lagi, ia lantas maju dan menarik kerah baju papahnya. "Delvin!"
Sang mamah datang dan coba meraik lepas cengkraman anak nya. Ia tau kali ini suaminya sudah kelewatan, tapi kalu sampai anaknya kelepasan bisa gawat juga. "Delvin udah, kamu naik motor kamu aja. Nih"
Delvin mengambil kunci itu, lalu mencium tangan mamahnya. "Pokoknya aku mau besok kunci mobil aku balik"
Delvin memarkir motornya lalu berjalan memasuki gedung sekolah barunya. Sekolahnya ini bisa di bilang adalah sekolah yang terbaik di lihat dari lulusannya yang banyak mendapat beasiswa. Murid-muridnya pun bukan dari kalangan biasa, rata-rata mereka berasal dari kalangan atas yang ke sekolah di antar pakai mobil pribadi. Tapi anehnya di parkiran tadi tidak banyak ada bnyak mobil di sana.
Di lorong yang panjang ini ia mencari ruangan yang bernama 'Tata Usaha' namun belum juga nampak. Malah sekarang pandangannya terpaku pada gadis mungil yang berlari menuju teman di depannya. Kulitnya putih dan rambutnya di kuncir ekor kuda, senyumnya nampak saat akhirnya ia bisa menyusul temannya.
"Lo telat May?" Tanya temannya yang berambut ikal.
"As you can see, tadi angkotnya lama." Lalu mereka berdua pu lari menuju kedalam gedung sekolah.
Sekiranya itu yang bisa di dengar Delvin dari percakapan mereka berdua. Tak lama juga Delvin menemukan ruang Tata Usaha lalu masuk kedalamnya.
May..
"Kamu lahir tahun 1999 tapi masih kelas sebelas? Pernah gak naik?" Delvin mengernyit, ini Pak Aceng kalo ngomong enak banget ya. Pak Aceng adalah pegawai TU yang saat ini sedang mengurus surat kepindahannya. Mungkin karena factor usia jadi ya, begitu kalau bicara.
"Enggak Pak, enak aja. Emang Bapak gak pernah liat anak kelas sebelas yang lahirnya tahun 99 juga? Lagian saya kan cuma telat.. TK"
Pak Aceng dan seluruh pegawai yang mendengar percakapan mereka pun tertawa. Beliau bahkan sampai melepas kaca mata minus nya lalu mengusap matanya. "Kamu tampang serem, tapi telat masuk TK"
Semprul.
***
Agak beda ya dari yang versi lama, namanya juga revisian dan juga menurut gue yang versi ini lebih rapih dan terarah. Doakan saja kalo emg ini cepet lanjutnya..
Jangan lupa Vote Comment Share.
INI BUKAN COPAST ATAU PLAGIAT EMG BENERAN DARI AKUN GUE YG LUPA SANDINYA.
Thanks.

YOU ARE READING
Bad School Boy
Fiksi RemajaINI NEW VERSION DARI CERITA BAD SCHOOL BOY DI AKUN @azkaaulia. YANG DISANA GAK DILANJUTIN KARENA LUPA PASSWORD AKUN, JADI BISA BACA DISINI UNTUK KELANJUTANNYA. TERIMA KASIH. Berawal dari satu kejadian 'menakjubkan' yang di buat oleh Delvin agar ia b...