Dia selalu mengikutiku. Kemanapun aku pergi. Bahkan dari TK, SD, SMP ... hingga sampai SMA. Dan anehnya, kami selalu berada dikelas yang sama. Dan lebih parahnya lagi, aku selalu duduk sebangku dengannya. Ah, kurasa ini semua bukanlah sebuah kebetulan. Tapi ini semua sudah diatur oleh Tuhan.
Ya, semacam TAKDIR !!!
Kami bertetangga. Mama-nya selalu bilang, "Groo-ya, titip Seongwoo ya."
Dan akupun hanya bisa mengangguk pasrah dengan permintaan tulus dari si mama Seongwoo.
Ong Seongwoo--pria culun berambut mangkok dan beralis tebal yang berpenampilan super aneh, culun dan selalu membuatku ingin tertawa saat melihatnya.
Singkat cerita, aku tak tau kalau dia telah menyimpan perasaan suka padaku selama bertahun-tahun.
Seperti biasa, aku selalu menyuruhnya membawakan tas dan beberapa bukuku sepulang sekolah. Tidak hanya itu, aku juga beberapa kali menyuruhnya menyelesaikan tugas sekolahku. Ya, dia memang culun dan memalukan, tapi setidaknya... dia sangat berguna untukku.
Suatu hari, aku dikagetkan oleh si culun Seongwoo yang tiba-tiba saja menembakku di depan kelas. Entah setan apa yang telah merasuki dirinya hingga dia seberani ini menembakku dengan disaksikan oleh teman sekelas. Benar-benar nekat.
"Groo-ya, ma-u-kah ka-u men-ja-di pa-car-ku?" dengan terbata-bata kalimat itu berhasil keluar dari mulutnya.
Aku sangat mengenal Seongwoo. Aku yakin dia butuh waktu lama untuk berlatih menjadi sepemberani ini. Bisa jadi berminggu-minggu. Mungkin juga berbulan-bulan. Ah tidak, kurasa dia butuh waktu bertahun-tahun.
Setangkai bunga mawarpun sukses ia sodorkan padaku. Aku tersenyum bengis. Aku bisa melihat tangan dan kakinya tengah bergetar hebat. Bahkan akupun bisa mendengar bunyi detak jantungnya yang berdetak kencang.
Hey! Bahkan aku tak bisa menahan tawa saat kulihat matanya tak berani menatapku.
"Kau ingin aku menjadi pacarmu?"
Pria itu menggangguk cepat, diiringi senyum polosnya yang tanpa dosa.
Akupun tersenyum sengit.
Byuuurr
Sebotol Coca-Cola telah sukses kusiramkan ke kepalanya. Alhasil, sebagian rambut, wajah dan pundaknya basah oleh air Coca-Cola. Aku tertawa puas.
"Ngaca dulu!"
Aku meninggalkan Seongwoo begitu saja tanpa dosa. Tak perduli hancur dan remuk yang kini tengah Seongwoo rasakan.
Aku sempat meliriknya sesaat. Dan... Oh my god ! Yang benar saja, sepertinya pria culun itu tengah menangis di antara riuh tawa teman-teman sekelas.
***
Keesokan harinya,
Seperti biasa, pagi yang cerah, mentari bersinar dengan indahnya, aku berangkat sekolah dengan berkendara sepeda motor kesayangku. Tapi... entah kenapa, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Aku tak melihat Seongwoo tengah menungguku di depan rumah seperti biasanya. Aku bertanya-tanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WANNAONE FANFICTION || Special Series
FanfictionKumpulan fanfiction dengan cast WannaOne