09. Om Minhyun || Minhyun

257 9 0
                                    

Om Minhyun


Braakkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Braakkk

Papa menutup pintu dengan kasar. Sumpah ya, demi celana boxer Patrick, rasanya aku ingin pingsan saat papa menemukan Test Pack yang seingatku sudah kubuang ke dalam tong sampah kamar mandi. Aku sungguh tidak tau kenapa Test Pack itu bisa berada di tangan papa. Ah, rasanya aku ingin terjun ke kolam ikan saat itu juga.

"Apa ini, hah? Siapa yang melakukannya? Mau ditaruh dimana muka papa kalau sampai orang-orang tau kau hamil di luar nikah? Apalagi kau belum lulus S-M-A! Puas kau, Dira! Papa sudah bekerja keras untuk sekolah kamu, agar kamu bisa menjadi orang sukses. Tapi apa balasan kamu, hah? Kamu sudah membuat papa kecewa." Teriak papa sambil menunjukkan Test Pack itu padaku.

"Itu...itt...tu...anu, Pa...itu..." Aku sungguh bingung harus berkata apa.

"Ita itu ona anu apa, hah? Ngomong yang bener!" bentak Papa yang sudah bertanduk banteng.

"Maafin Dira, pa. Dira bener-bener nyesel." Ucapku disela kegiatanku menangis histeris.

"Papa mau sekarang juga kamu telepon pria tak tau diri itu dan suruh dia datang kemari!" bentak papa.

"Tt--ttapi, pa ..."

"Sekarang!!!"

"I--iya, pa."

Dengan gugup aku menekan tombol telepon ke nomor Daniel, kekasihku. Dan tak lama kemudian Daniel mengangkat telepon dariku.

"Hai, sayang. Kenapa menelepon? Apa kau merindukanku?" suara Daniel mengalun dengan merdunya.

"Dan, ak--kku, ak--kku hamil. Kamu harus tanggung jawab. Kamu harus nikahin aku." Ucapku tanpa berbasa-basi.

"APA? HAMIL? MENIKAH? Tapi, Dir... aku masih S-M-A. Masa depanku masih panjang. Aku tidak bisa, Dir." Jelas Daniel.

"Tapi, Dan... ini anak kamu. Kalau kamu gak mau nikahin aku, bagaimana nasibku dan anak ini?" jelasku.

"Anakku? Yang benar saja? Kau bahkan tidak punya bukti kalau itu adalah anakku. Bisa saja itu adalah anak pria lain. Maaf, Dir... mulai sekarang kita putus. Jangan ganggu aku lagi!"

"Tapi Dan.... " Belum selesai aku bicara, papa telah merebut ponsel itu dariku.

"Halo, Kudanil! ... "

"Daniel, pah... bukan Kudanil... "

"Halah, aku tak perduli. Mau Daniel, Kudanil, ataupun Kuntil sekalipun, yang penting kamu harus tanggung jawab. Kamu harus menikahi anak saya!" teriap papa melalui telepon.

WANNAONE FANFICTION || Special SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang