11. Last Kiss || Jinyoung

173 7 1
                                    

Aku terus berusaha meraih tangannya yang tengah berusaha meraih tanganku juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terus berusaha meraih tangannya yang tengah berusaha meraih tanganku juga. Tak perduli sakitnya kaki dan tubuhku yang telah remuk, juga tengkuk dan dahiku yang terus mengeluarkan darah karena hantaman keras mobil yang telah berlalu pergi.

Tak kubiarkan sedetikpun mataku lengah dan berpaling darinya. Meski pandanganku telah buram dan semakin menggelap. Bibirku terus memanggil namanya meski lirih dan tak terdengar.

Tes

Tes

Tes

Tetes demi tetes air mata terus mengalir dari pelupuk mataku. Aku tak menangis karena sakit luar biasa kaki dan tubuhku yang remuk, ataupun sakit dikepalaku yang nyaris membuatku tak mampu bernafas lagi. Tapi aku menangis karena melihatnya tengah kesakitan tubuhnya terjepit oleh mobil. Dan memejamkan matanya untuk selama-lamanya setelah tangannya tak mampu lagi meraih tanganku yang tergeletak tak berdaya.


'Jinyoung'


Yang baru saja menyandang status sebagai suamiku 10 menit yang lalu ...

.

.

Aku terus menatapi cincin pernikahan yang baru saja 10 menit yang lalu melingkar di jari kami.


Pandanganku memburam ...
Dan semakin gelap ...


Kurasakan sakit luar biasa di kepalaku. Hingga membuatku pingsan tergeletak begitu saja diantara kerumunan orang yang tengah menatapku panik dan penuh tanya.

| Flashback on |

Mobil kami melaju cepat di jalan toll. Sepertinya Jinyoung sudah tak sabar untuk segera sampai di apartemen yang akan menjadi tempat tinggal kami. Ya, ini adalah malam pertama kami. Dan kami baru saja menyandang status sebagai suami istri beberapa menit yang lalu.

Aku bahagia?

Ya... tentu....

Tentu saja aku bahagia ...

Semua orang pasti akan bahagia jika menikah dengan orang yang dicintainya.

Tapi.....

Aku tak menyangka jika kebahagiaan yang baru saja kurasakan akan berakhir secepat ini.

.

.

Saat mengemudi, Jinyoung sesekali menyempatkan dirinya memegang tanganku dengan mesra. Dari genggaman tangannya, aku bisa merasakan hangat cintanya menyetrumku dengan liarnya.

Jinyoung juga masih sempat menatapku disela kegiatannya mengemudi, seolah ia ingin menggelutku saat itu juga.

"Hey, berhentilah menatapku seperti itu. Kau sedang mengemudi, sayang." Ucapku pada Jinyoung yang saat ini tengah tersenyum menggoda.

"Hari ini kau cantik sekali, sayang. Rasanya aku tak ingin berhenti menatapmu." Sahut Jinyoung sambil menyempatkan tangannya membelai surai hitamku yang terurai bebas.

"Hey, jangan mulai menggombal." Aku tersipu malu.

.

.

Deggg

.

.

Jantungku berdetak kencang saat jemari tangan Jinyoung membelai paha putihku. Kurasakan suhu tubuhku berubah panas. Dan akupun hanyut dalam tatapannya yang kulihat sangat berhasrat.

Aku tak sanggup berkata, bahkan tak mampu menolak saat Jinyoung mendaratkan bibir merahnya ke bibirku. Akupun semakin berhasrat saat Jinyoung mulai melumat bibirku, dan kurasakan tangan Jinyoung meraih tubuhku saat lidah kami bertemu.

.

.

Braakkkk

.
.

| flashback end |

Semua terjadi begitu cepat. Bahkan aku tak sadar bagaimana bisa aku terhampar disini, bermandikan darah dengan beberapa pecahan kaca yang masih tertinggal di wajah, tangan dan kakiku.

Aku tak mampu menggerakkan tubuhku. Seakan mati rasa. Aku hanya bisa menangis menatapi tubuh Jinyoung yang telah tak bernyawa.

Bagaimana bisa...??

Bagaimana bisa ini terjadi...???

Kenapa harus seperti ini...????



"Jinyoung-ah, jangan tinggalkan aku."

Pandanganku semakin menggelap. Aku merasakan lelah luar biasa. Bahkan aku tak mampu menahan mataku untuk tidak terpejam.

...


Fin

WANNAONE FANFICTION || Special SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang