Part 3

297 8 0
                                    

Matahari mulai beranjak untuk bersembunyi kembali dan merelakan cahayanya untuk sang bulan kembali bersinar

###

"Tha turun yuk kata bibi makan malamnya udah siap" kata kakak gue

"Ya lo duluan aja nanti gue nyusul" jawab gue seadanya

"Udah lah Tha, kita bareng-bareng aja turunnya"

"Ya udah, iya-iya bentar" kata Agatha yang mulai menuruni ranjang dan merapikan rambut

"Yuk kita turun" ucap Agatha

Sesampainya di dapur aroma makanan begitu menyengat sampai membuat perut Agatha semakin lapar dan ingin segera menikmatinya.

"Eh non Devina sama non Agatha udah turun" sapa bi Lasmi

"Iya bi, papa sama mama belum pulang ya bi" tanya Agatha pada bibi

"Aduh non, tadi tuan sama nyonya udah pulang non, terus tuan sama nyonya pergi lagi katanya mau ke luar kota" kata bibi

"Makasih ya bi, infonya. Sekarang kita makan aja Tha, gue tau lo udah laper" kata kak Devina membuyarkan lamunan Agatha

"Gue enggak nafsu makan kak, gue kembali ke kamar aja ya" jawab Agatha tanpa menghiraukan kak Devina lagi

"Tapi non" cegah bibi

"Udah bi, biarin Agatha nenangin pikiran dulu nanti biar Devina yang bawa makanannya ke kamar Agatha" jawab Devina yang langsung diberi anggukan oleh bi Lasmi

"Kapan sih dek kamu itu bisa terima papa sama mama" batin Devina

###


Agatha POV

Di lain tempat seorang gadis sedang melamunkan tentang bagaimana hidupnya yang lebih indah.

"Andai masa kecil gue bisa diulang pasti gue bahagia banget" oceh gue

"Udah lah dek, papa sama mama itu kerja buat kita buat mencukupi kebutuhan kita" tiba-tiba ada seseorang yang gue sudah tau itu suara siapa tanpa harus menengok

"Mau sampai kapan kamu kayak gini terus, mau sampai kapan kamu jadi anak berandal" tanya kakak gue

"Ini tuh hidup gue, suka-suka gue mau gimana. Toh juga kagak ada satupun orang yang peduli sama gue" sarkas gue, tanpa ba-bi-bu mulai mengambil kunci motor dan meraih jaket abu-abu kesukaan gue

"Lo mau kemana malem-malem kek gini" tanya kakak gue dengan nada satu oktaf lebih tinggi

"Suka-suka gue mau kemana" jawab gue tak kalah tinggi

Tanpa peduli angin malam yang katanya kagak baik buat kesehatan. Gue melajukan motor dengan sangat kencang yang kebetulan jalanan mulai sepi. Ya pastinya sepi, siapa juga yang mau keluar jam 10 malam kayak gini. Tak tahu arah dan tujuan, motor yang gue kendarain mulai melaju lambat hingga berhenti di sebuah taman dimana tempat bermain masa kecil gue dulu.

"Mungkin duduk disini buat hati gue sedikit lebih tenang" ucap gue sambil mendudukan diri di kursi yang berada di taman

"Angin malam selalu buat gue tenang, dan nyanyian alam selalu buat gue nyaman" masih dengan posisi yang sama namun kali ini sambil mendongakkan kepala

"Bintang selalu menjadi saksi saat diri gue rapuh. Ingin sekali gue menjadi bintang di langit sana. Dengan ikhlasnya dia bersinar untuk semua orang"

Pagi yang cerah, jam weker membangunkan gue dari mimpi indah semalam.

"Argh, mata gue masih ngantuk banget. Mager bat dah mau berangkat sekolah" celoteh gue sambil meraba meja mencari jam yang berisik sedari tadi

"Anjing, gue terlambat ini. Aelah, gara-gara jam 3 tadi gue baru bisa tidur jadinya gue terlambat" berjingkat turun dari atas ranjang menuju kamar mandi

5 menit kemudian gue udah keluar dari kamar mandi dengan seragam yang lengkap. Gue menyambar jaket yang tadi malem gue taruh di sofa dan langsung lari ke luar rumah tanpa berpamitan lebih dulu.

Gerbang sekolah pastinya sudah ditutup yang mana sekarang sudah menunjukkan jam 8 lebih 15 menit.

"Fix, gue beneran terlambat ini. Oh ya gue panjat pagar samping aja"

"Napa ni pagar jadi tinggi bat yak, perasaan kemarin kagak segini deh. Ah, bodo amat penting gue masuk sekarang"

Gue melayangkan tas gue agar enggak menghalangi aksi gue nantinya. Hap, dan berhasil gue sekarang udah ada di dalam sekolah. Sepertinya Dewa Neptunus tidak berpihak kepada gue karena di ujung koridor sudah terlihat singa yang sangat mengerikan menatap ke arah gue seakan gue daging yang siap diterkam.

"Plok . . . plok . . . plok, bagus ya kamu udah terlambat masih manjat pagar terus bajunya keluar dan itu rambut kayak lampu lalu lintas" suara Bu Martini, guru paling killer and guru paling tertib di sekolah ini

"Oh shit, kenapa harus ketemu sama singa disini sih" gerutu gue

"Agatha, kamu tadi bilang apa" sentak Bu Martini yang ternyata sudah didepan gue

"Eh, ibu cantik banget deh hari ini"

"Agatha, ibu ulang sekali lagi tadi kamu bilang ibu singa iya kan" sentaknya sekali lagi dengan tatapan mengintimidasi

"Eh anu buk itu, ehm, enggak kok bu tadi saya tidak bilang kayak gitu. Lha kan berarti ibu sendiri yang ngakuin kalau ibu itu singa" jawab gue seadanya

"Agatha" teriaknya

"Iya bu, apa aelah, saya juga masih denger kali bu orang ibu ada di depan saya pake teriak segala nanti bisa pecah gendang telinga saya bu" jawab gue sambil nutup telinga

"Agatha kamu itu ya ibu beri" belum sempat ucapannya selesai sudah gue potong

"Eh bu, itu ada pak kepsek melambaikan tangan kayaknya ibu disuruh kesana deh" kata gue sambil menunjuk koridor kelas 12 yang kenyataannya tidak ada orang sama sekali

"Mana Tha" toleh Bu Martini kearah yang gue maksud tadi lalu tak akan gue sia-siakan kesempatan ini buat kabur

"Mana sih Tha" ucap Bu Martini kembali dan menoleh ke arah dimana tadi gue berdiri

"Abygail Agatha Aqueresa, berani-beraninya kamu kerjain ibu awas nanti kalau ketemu ibu enggak akan lepasin" teriaknya ketika melihat gue sudah lari menuju kelas

Belum sampai gue di depan kelas , lalu

Buukkhh





Hallo guys ketemu lagi sama author 😘😀 , aduh maaf ya 🙏 author bisanya nulis kayak gini 😢. Jangan lupa di votement ya guys sama kasih kritik dan saran nanti bakal author terima dengan lapang hati 😀😊😇.

ABC (Aku, Benci, dan Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang