3

29 3 0
                                    

"Sedang apa disana?" seakan ada petir yang menyambar mereka berdua, Tsukiatsu melepaskan tangan nya dari Saiara. Dengan nafas yang memburu, Saiara merutuki nasibnya.

"Ikuti aku, jangan bicara sepatah pun. Ikuti permainan nya. Dasar anjing bodoh." ucap Tsukiatsu setengah berbisik, iapun berdiri dan memainkan poni nya yang menutupi mata.

"Ba.. Baik." Saiara tergugup gugup, teringat akan kejadian beberapa detik yang lalu. Anjing bodoh?

"Kenapa? Oi oi, pakai CD mu. Perempuan macam apa kau ini huh? " kali ini dengan suara yang agak keras dari sebelumnya, Tsukiatsu melirik CD berwarna pink yang masih menggantung di lutut Saiara.

"Baiklah.. Hadap sana." dengan rasa malas bercampur malu, Saiara akhirnya memakai CD nya saat Tsukiatsu menghadap pintu dan tidak melihat Saiara.

"Sudah? Dengar, apapun yang aku katakan jangan membantah. Mengerti? "

"Baik."

"Pegang " Tsukiatsu menyerah kan alat pembersih kamar mandi yang tadi.

"Apa?" tak sempat dijawab, Saiara sudah memegang alat alat tersebut.

Mungkin ini bagian dari permainan nya.

Mereka pun keluar dari ruangan sempit dan lembar itu, dan mendapati tiga orang perempuan yang menganga tak percaya.

"Kenapa? Oi iler mu netes. " Tsukiatsu melipat tangan nya di dada. Dan mereka pun menyeka iler nya yang menetes.

"Apa yang kalian lakukan didalam?" tanya salah satu dari mereka.

Tsukiatsu hanya melirik Saiara, seperti kode mata. Mereka pun ikut melirik Saiara. Lalu dengan santai nya, Tsukiatsu berjalan keluar meninggalkan tiga gadis bergosip dan satu gadis aneh yang bengong atas kepergian Tsukiatsu.

"Kau? "

"Oh, ini. Permisi." Saiara menyerahkan alat alat yang ia pegang kepada ke tiga perempuan tadi. Iapun membungkuk kan badan nya dan langsung ngacir ke kelas.

#⃣ #⃣ #⃣

"Saiara-san "

Merasa namanya dipanggil, Saiara menengok kebelakang.

"Oi, jalan mu cepat sekali." Hinata menghampiri  Saiara, dengan napas yang masih tersenggal-senggal.

"Oh, Huh? " Saiara meneliti wajah disebelah nya, wajahnya seperti tak asing lagi.

"Kau ingat aku? Aku Amaya Hinata yang tadi pagi menjadi teman mu. Kenapa? Kau tidak ingat?" Hinata memasang berbagai macam ekspresi di wajahnya, ia melakukan cara apapun agar dikenal oleh Saiara. Sosok misterius menurutnya. Ya, meskipun cara yang ia lakukan justru terlihat bodoh di mata Saiara.

"Ah, ya. Kau Ayam? " terpaksa Saiara pura-pura mengenal nya agar ia berhenti melakukan hal bodoh lainnya.

"Hee? Aku Hinata, Amaya Hinata. Tapi kalau kau mau memanggil ku dengan panggilan kesayangan, tidak apa apa." Hinata nyengir. Saiara mendecih.

"Kau mau ikut ke kantin? " tanya Hinata.

"Boleh, aku lapar." Saiara tersenyum miring, ia memukul muncul perutnya yang kosong.

"Baiklah, teman. Let's go! "

Di SMA AKIKO, terdapat dua kantin. Kantin utama berada di dalam sekolah, kantin yang higenis. Khusus pelajar disana. Kantin kedua berada di belakang sekolah, tempat para berandalan bolos dan melakukan aktivitas terlarang di kantin belakang. Seperti merokok, pacaran, dsb.

SMA AKIKO memang bukan sekolah terfavorit disana, tapi meskipun begitu sistem keamanan disana tidak bisa diragukan lagi. Se bagus bagusnya sekolah pasti ada saja murid nakal didalam nya, begitu pun SMA AKIKO. Sistem keamanan disini berlaku hanya jika kenakalan yang bersangkutan ke cyduk langsung oleh guru saja. Murid murid disini memang ikut menjaga keamanan, namun mereka terlalu lemah untuk mengadu kan nya kepada guru.

"Whoa.. Ini kah kantin di sekolah, hebat. " Hinata melihat sekeliling kantin, cukup luas memang jika di kategori kan sebagai kantin menurut nya.

" Apaan kau ini. Semua kantin juga seperti ini, apa kau tak pernah sekolah?. " Saiara dikursi nya. Hinata menggeleng.

" Tidak, aku sekolah dirumah sakit. Sekarang aku sudah sembuh. Baik, mari kita pesan makanan. " ucap Hinata, menggosok gosok kedua tangan nya. Sedangkan Saiara masih memikirkan kata-katanya.

"Oi Ayam, bisa kau yang pesan kan? Aku malas berdiri lagi." Saiara bersyukur ada orang yang bisa ia suruh-suruh, karena sekarang ia benar-benar malas untuk berdiri.

"Ah, begitu. Siap laksanakan. " Hinata segera berdiri dari kursi nya dan melakukan penghormatan kepada Saiara.

Beberapa menit kemudian, Hinata datang membawa pesanan nya.

"Pesanan datang, silakan di nikmati." ucap Hinata, seperti pelayan sungguhan. Ia meletakkan piring dan sajen lainnya di meja dan di tata dengan rapih. Iapun kembali duduk di posisi nya semula dan merapat kan kursi ya.

"Selamat makan." ucapnya dengan semangat 45.

"Selamat makan." ucap Saiara, dengan nada rendah.

"Ummm, oishi. " Hinata sibuk memuji makanan yang ia makan, sedangkan Saiara hanya sibuk memakan saja hingga hanya menyisakan piring dan alat makannya.

"Ummm, kimochi."

"Oi Ayam, bisa kau yang bayar kan? Pakai uang mu saja, aku malas bayar." ujar Saiara, Hinata melotot.

"Eh? Cepat sekali habisnya, kau pemalas tapi urusan makan cepat sekali. Hebat. " Hinata meletakkan sumpit nya. Iapun melanjutkan makannya hingga habis.

"Habis ini, kau tidak mau ke kelas?" tanya Hinata yang sedari tadi hanya duduk duduk tidak jelas di kantin yang hanya menyisakan mereka berdua.

"Aku malas berdiri. " ucap Saiara, menenggelam kan kepala nya di meja kantin.

"Kau malas berdiri?" tanya Hinata dengan wajah oon. Saiara mengangguk.

"Tapi kau tidak malas berjalan 'kan? " lanjutnya, tambah oon. Saiara mengangkat kepalanya.

"Baka! " (*oon atau bodoh) ucap Saiara, Hinata nyengir.

"Yuk kita ke kelas. Mau aku gendong? " ujar Hinata. Saiara menatap malas Hinata.

Hari itu Hinata mengalami kesialan tak berujung dengan mendapatkan teman semalas Saiara. Belum lagi kali ini ia akan terlambat masuk kelas, dan besok ia akan bertemu dengannya lagi. Saiara Asami, cewek ter malas Antimainstream di dunia yang dikenal Hinata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAISUKE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang