tiga. langit dan laut

79 19 0
                                    

/ Langit
dan laut
dan hal-hal yang tak kita bicarakan
biar jadi rahasia menyublim ke udara
hirup
dan sesalkan jiwa /

Banda Neira - Langit dan Laut

31st December 2017
Montauk, New York
08:20 PM

"Luke...apa kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Elana hati-hati.

Luke terdiam. Tidak salah lagi, Elana adalah perempuan yang dilihatnya menangis di elevator sebuah hotel di Bali dan perempuan yang juga menangis di terminal bandara Soekarno-Hatta.

Luke mengenalinya dari awal ia melihat Elana di pinggir kolam siang tadi. Wajahnya tidak berubah. Kini terlihat lebih hidup. Tidak sepucat dulu.

"Us?" Luke tercekat. "Kayaknya nggak pernah, deh."

Bohong.

Elana terlihat lega. "Okay..gue cuma ngerasa muka lo nggak asing."

Luke tersenyum kecil. Tidak berkata apa-apa. Biar saja pertemuan tersebut menjadi hal yang tidak perlu mereka bicarakan.

"Mau main?" tanya Luke. "Ping pong?"

Elana berdiri sambil mengangguk, mengikuti Luke dari belakang. Beberapa langkah, ia berhenti, memanggil Luke pelan.

Luke menoleh, menatap Elana dengan tanda tanya.

Lalu Elana tersenyum, "Blue." ujarnya menatap langit. "Also Blue." tambahnya sambil menatap laut.

Kemudian ia menatap Luke dengan pandangan yang tidak bisa Luke artikan. "And blue." ujarnya menatap iris mata Luke yang jernih, yang kini menatapnya dengan penuh rahasia. Ketika Luke pikir Elana sudah selesai berbicara, ia menarik tangan perempuan itu.

Langit, laut, dan hal-hal yang tidak mereka bicarakan. Luke tahu, jika ia mengatakan bahwa benar mereka pernah bertemu beberapa tahun lalu, luka lama yang ada di diri Elana akan muncul kembali. Mengusik pikirannya, melemahkannya. Meski Luke tidak tahu luka apa itu, ia memilih untuk diam.

✨✨✨

"Hey lads! Enjoying the party so far?" Luke menyapa ramah teman-temannya yang tengah asyik bermain ping-pong.

"Fuck mate! The coolest party ever," sahut seorang lelaki yang memiliki tato di tangannya bertulisakan 'mali-koa'

Luke tersenyum lebar. "Um everyone, this is Elana."

Elana tersenyum, takut. "Elana," ujarnya memperkenalkan diri.

Orang-orang tersebut mengangguk. "I'm Calum, his best friend." balas lelaki bertato itu. "And this is Ashton. We go to the same university."

Elana tersenyum, "Nice to meet you, Calum, Ashton."

"Oh where's Mike?" tanya Luke kepada mereka.

"Hanging out with pretty hot asian," balas Calum tak acuh.

"Oh, that's my friend, by the way," Elana tersenyum kecil.

"I see," balas Calum meneguk beer di gelasnya.

"So you wanna play?" tanya Luke kepadanya.

"Hm..I think I prefer watching instead of playing," Elana tidak yakin ia akan menikmati permainan itu.

Luke mengelus rambut perempuan itu lembut. "I'm not going to play then,"

"Why?"

"Not in mood to," jawab Luke mengedikkan bahunya.

Elana terkekeh. "So you're in mood for what?"

"I don't know," Luke menatap dirinya. "Let's just continue our tour."

Lalu setelah meninggalkan teman-temannya yang diiringi dengan kalimat seperti, 'nice one Luke' atau 'be safe you guys' yang membuat Elana tak nyaman, Luke membawanya ke dalam rumah.

Suasana semakin ramai, pasangan dimana-mana, kolam renang penuh, musik semakin keras dan gelas alkohol di lantai. Elana mulai merasa tidak nyaman.

Seperti tahu kekhawatiran perempuan itu, Luke membawanya ke ruangan yang lebih tenang. Membuka sebuah pintu putih yang kokoh.

Di ketika Luke mempersilakan ia memasuki ruangan itu, Elana sadar, ini kamar tidur Luke.

Dan seketika, Elana merasakan diirnya gemetaran, panik menghampiri dirinya dalam hitungan detik.








New Year's Day / lrh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang