TRIGGER WARNING
/ bersembunyi di balik tirai
memandang jalan
gadis kecil ingin keluar
menantang alam /Banda Neira - Di Atas Kapal Kertas
31st December 2017
Montauk, New York
09:40 PM"Nggak masalah kalau lo nggak sanggup cerita, El," bisik Luke pelan. "It's ok, you don't have to tell me anything."
"Tapi gue harus, harus cerita," balas Elana tersedak akibat tangisannya. "It's finally the time I open up to someone, Luke."
Luke tersenyum. "Go on, sweetheart. Tapi janji ke gue, kalo lo nggak kuat, lo harus berhenti, El. Gue nggak akan maksa. Dan gue nggak bakal cerita ke siapa-siapa. Ini bakal jadi rahasia kita berdua, lo nggak perlu khawatir. Jadi gue mau lo percaya sama gue."
Elana terdiam lama. "Gue percaya sama lo, Luke." Mungkin Elana tidak sempat memikirkan kenapa ia sampai mau menceritakan mimpi buruk terbesarnya beberapa tahun ini kepada orang asing yang baru ditemuinya beberapa jam lalu. Yang dia tahu, dia hanya melakukannya.
Karena dia percaya Luke.
Elana mengangguk, memulai cerita. "Gue deket banget sama papa, Luke. Jauh lebih deket dibanding hubungan gue dengan mama. Tahun 2011, papa meninggal karena kanker. Gue yang waktu itu sedih banget harus ngadapin perubahan sikap mama. Mama jadi lebih sensitif, gampang marah dan jarang ada di rumah.
Gue nggak punya kakak atau adek, gue sendirian. Dan disitulah gue berteman sama orang-orang yang gue sesali sampai saat ini. Tahun baru 2013, gue diajak temen gue tahun baruan di Bali, dan konyolnya, gue nekat pergi kesana sendirian.
Waktu mama telepon karena khawatir gue nggak ada di rimah, gue jawab gue di Bali dan setelah itu kita nggak kontakan lagi. Dan tepat tanggal 31 Desember 2013," Elena menelan ludahnya sendiri, memejamkan matanya sejenak sebelum melanjutkan.
"I met this man. Mungkin sekitar usia 21 tahunan, gue nggak tahu. Awalnya dia baik. Lalu dia mulai ngelakuin hal-hal yang buat gue nggak nyaman. Dia ngajakin gue ke kamar hotelnya, maksa gue minum alkohol dan minta nomer telepon gue. Gue menjauh. Tapi tepat di malam tahun baru, gue ketemu dia lagi di bar. Dan dia melakukan sesuatu yang gue nggak mau, gue nggak nyaman, yang buat harga diri gue rendah."
Elana menangis. "Gue malu sama diri gue sendiri, Luke. Gue malu. Dan besoknya gue ketemu dia di restoran hotel and he was calling me slut, bitch, whore and I'm so mad at him, Luke. I swear I'm so mad at him but the worse part is, I'm also mad at myself, Luke."
Bahu perempuan itu berguncang akibat tangisannya. "Gue ngerasa kalo itu semua salah gue." Elana menggelengkan kepalanya, amat menyesali kejadian tersebut. "Jadi gue langsung beli tiket untuk balik ke Jakarta saat itu juga. Satu bulan setelah kejadian itu..."
Elana menggelengkan kepalanya. Tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Luke merapatkan tubuhnya ke tubuh perempuan itu. Menepuk punggungnya lembut, tetap menjaga jarak. "Are you still going to continue it, El?"
Elana menatap mata Luke. Dan Luke bisa tahu bahwa tatapan Elana penuh dengan rasa benci dan penyesalan untuk dirinya sendiri.
"Gue jijik sama diri gue sendiri!!" Elana menjerit keras.
"Shh...don't say that," balas Luke sambil berusaha untuk tetap tenang. "Take a deep breath.." entah kenapa hati Luke tidak mau dan tidak sanggup jika harus melihat perempuan itu begitu terluka.
Elana menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Satu bulan setelah kejadian itu, I did a suicide attempt, Luke. I tried to kill myself because I can't take it anymore."
"Gue cerita ke sahabat gue tentang kejadian di Bali, dan dia nyalahin gue, Luke. Mereka nanya,'emang lo pakai baju apa?' Lalu gue mikir kematian papa adalah salah gue, mama yang menjauh adalah salah gue, kejadian di Bali adalah salah gue dan saat itu gue ngerasa kalo gue nggak punya tujuan hidup, Luke. Gue hanya ngancurin hidup orang tanpa kasih manfaat apa-apa.
So I tried to kill myself. Dan Mama waktu itu nggak sengaja masuk kamar mandi gue dan ngeliat darah dimana-mana. Waktu itu gue langsung dibawa ke rumah sakit dan Tuhan kasih gue kesempatan untuk hidup.
Sehabis kejadian itu mama datengin banyak dokter dan psikiater, gue cerita banyak hal dengan mereka. Tapi mungkin kehilangan papa adalah kesedihan terbesar gue sampai saat ini dan akhirnya, 3 tahun yang lalu gue memutuskan untuk ke New York."
Elana menatap Luke dan Luke menatapnya balik. Dengan gerakan perlahan jari jemari Luke mengelap air mata di pipi perempuan itu. "Makasih." ucapnya lirih menanggapi cerita panjang perempuan itu.
"Makasih karena lo kuat dan mau nyeritain ini semua ke gue," Luke menatapnya dalam. "Makasih karena udah percaya sama gue."
Sedetik kemudian, ia merasakan hangatnya tubuh Luke disekitarnya, memeluknya erat sambil berbisik, "Makasih karena lo ada disini sekarang."
Elana juga tidak mengerti, ketika ia membutuhkan 1 bulan untuk akhirnya bisa membuka diri kepada para dokter dan psikiater, namun ia hanya butuh beberapa jam untuk percaya dan menceritakan kisah hidupnya kepada Luke.
Diantara milyaran orang di dunia ini, kenapa Luke? tanyanya dalam hati.
Lalu Elana membalas pelukannya sambil bertanya, "cowok yang gue temuin di lift waktu di Bali itu lo kan, Luke? Lo cowok yang minjemin gue sapu tangan kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
New Year's Day / lrh ✔
Fiksi PenggemarKetika malam tahun baru punya banyak cerita. ❌❌❌ Triggered warning Myvapourx 2018