Oops! Episode 3

12 3 0
                                    

Jam dinding sudah menunjukan pukul 9 pagi. Matahari sudah bersinar dengan cerahnya. Menemani langkah manusia menjalankan aktivitasnya hari ini. Namun hal berbeda justru didapati dalam kamar sebuah apartement di pinggir kota Seoul.

Kamar tersebut gelap gulita, tidak ada pencahayaan. Sinar matahari tak dapat masuk terhalang oleh gordyn yang sengaja dipasang pemilik kamar.

Seorang pemuda masih terlelap dalam tidurnya. Seprai dan selimutnya sudah tidak beraturan begitupun dengan guling dan bantal yang telah berserakan di lantai bawah kasurnya.

Laptop yang masih terbuka serta kertas-kertas partitur yang berserakan di sekitar tubuhnya menjadi teman tidur pemuda itu semalaman. Oh bukan, pemuda itu baru saja terlelap pagi buta tadi sekitar pukul 5 dini hari.

'So take my hands Let's dance
oneul bameun uri Boogie tonight
woo hoo woo hoo
Tonight i bam
michidorok uri Boogie tonight
woo hoo woo hoo'

Pemuda itu mulai bergerak gelisah dalam tidurnya. Merasa terganggu oleh nada dering telefon ponsel genggamnya.

Dengan mata yang masih tertutup, ia meraba-meraba permukaan kasur tempatnya terlelap berusaha menemukan ponsel yang telah mengganggu tidurnya.

Merasa frustasi tidak dapat menemukan ponselnya. Ia mendudukan dirinya kasar dan membuka matanya paksa. Ingatkan pemuda itu untuk mensilent mode ponselnya jika ia sedang tidur. Karena dering ponsel itu sangat mengganggunya. Sungguh.

Ia menyingkirkan kertas-kertas partitur yang berserakan dengan kasar hingga beberapa dari kertas itu menjadi lecek. Tak lama ia berhasil menemukan benda kecil sialan itu dan segera mengangkat panggilan telefonnya tanpa melihat layar. Ia sudah hafal siapa yang akan menelefon nya pagi-pagi begini. Dan tetap tidak akan mengakhiri panggilannya sampai pemuda itu mengangkatnya. Sahabatnya.

"Woo Jin, lu tau? Seberapa besar keinginan gue buat ngebunuh elu sekarang?" ucap pemuda itu dingin.

"Good Morning prince, maafkan telah mengganggu tidurmu. Tapi kau harus segera berangkat ke kampus jika tidak ingin mengulang kelas di tahun depan" ucap sahabat pemuda itu diseberang sana dengan nada seperti seorang pelayan membangunkan tuannya.

"Gue gak harus ngulang kelas, kalo gue bolos sekarang. Absen gue masih aman" ucap pemuda itu sembari kembali menidurkan tubuhnya di atas kasur.

"Oh! No, no, no. Kita ada kuis hari ini. Dan jika kau tidak lupa bobot penilaian kuis sangat berpengaruh untuk kelulusan"

"Cepatlah bersiap Bae Jin Young! Gue bakal jemput setengah jam lagi. Gue tunggu di lobi. Jangan tidur lagi. Atau Gue juga bakal ikutan gak lulus" ucap Woo Jin kembali dengan nada sedikit mengancam.

Panggilan itu pun langsung diputus sepihak oleh Woo Jin. Jin Young kemudian menghela nafas kasar dan membanting ponselnya ke kasur lagi.
Jin Young pun bangun dan mengarahkan tubuhnya ke kamar mandi untuk bersiap ke kampus.

Dia menyesalkan sahabatnya yang sering kali memiliki beragam ide yang dapat membuatnya terpaksa melakukan hal yang tidak ingin Jin Young lakukan, seperti sekarang Woo Jin bisa saja langsung menuju ke kampus tanpa harus menjemputnya terlebih dahulu dan ikut kuis. Tapi ia justru sengaja menjemput Jin Young agar Jin Young masuk kelas.

20 menit kemudian Jin Young sudah berada di dalam lift yang akan mengantarnya menuju lobi apartemennya. Masih dengan muka bantalnya, ia bersandar pada dinding lift. Perjalanan lift ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit mengingat kamar nya berada di lantai 20.

Saat pintu lift terbuka, sudah ada sosok pemuda memakai kaos belang merah hitam yang dilapisi oleh jaket musim dinginnya yang berwarna hitam beserta celana jeans gelapnya serta sepasang sepatu sneakers tersenyum lebar kearah Jin Young.

For GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang