Atala Syafa. Gadis 17 tahun yang menjadi primadona di sekolah. Tubuh tinggi dan langsing, kulit putih bersih, rambut hitam sepinggang menambah kecantikan wanita tersebut. Banyak anak-anak di sekolah maupun luar sekolah yang memujinya. Seperti pagi biasanya, banyak pujian dan ucapan yang diberikan penggemarnya.
"Pagi Ata! Cantik banget!"
"Kak Ata cantik banget sih!"
"Kak jangan cantik-cantik, bikin gue makin suka nih!"
"Selamat pagi bidadariku!"
"Selamat pagi Kak!"
"Pagi kak!
"Cantik banget kak!"
"Cantik mulu kak, ga bosen ya?"
Dan masih banyak lagi pujian dan ucapan yang diberikan. Ata hanya menanggapi mereka dengan senyuman. Dimana Ata tidak tahu, senyuman yang Ata berikan, memiliki efek yang luar biasa bagi yang melihatnya. Mimisan berjamaah misalnya.
"Makin jadi aja fans lo"goda Luna. Sahabat Ata sejak kecil.
"Udah biarin aja mereka."jawab Ata enteng.
Mereka berdua berjalan memasuki kelas mereka. 11 Farmasi 3. Ata pergi menuju mejanya, dan seperti biasanya, banyak cokelat dan bunga mawar yang berada di meja Ata. Ata mengambilnya lalu membagikannya kepada teman-teman satu kelasnya. Luna melihat Ata sebentar, lalu berjalan menghampirinya. Meletakkan tasnya di kursi sebelah Ata.
"Ta, dari sekian banyak penggemar lo, ga ada gitu satu yang lo suka?"tanya Luna saat Ata selesai membagikan cokelat dan bunga mawar.
Ata hanya mengangguk. Luna menghela napas pelan. Sahabatnya ini sangat sulit jatuh cinta setelah kejadian tidak mengenakkan di masa lalu.
"Lo... belum bisa ngelupain dia ya?"tanya Luna hati hati.
Ata menatap Luna sebentar lalu tertawa. Luna yang kebingungan dengan kelakuan sahabatnya ini hanya bisa mengkerutkan keningnya.
"Udah berapa kali gue bilang Lun. Gue udah move on kok. Gue cuma mau jalanin waktu gue yang sendiri ini. Gue ga mau jatuh di lubang yang sama lagi." jelas Ata lalu tersenyum pada Luna.
"Tapi, masa lu mau jomblo seumur hidup?"
Ata memukul kepala sahabatnya itu. Kalau ngomong tidak pernah disaring dulu.
"Sakit bego!"
"Makanya kalo ngomong tuh disaring dulu pake ayakan nomer 100. Biar alus."
Luna mendecak kesal. Lalu duduk di samping Ata.
"Terus, kapan lo jatuh cinta lagi, Ta?"
Ata memutar tubuhnya menghadap Luna.
"Sampai nanti waktunya." jawab Ata enteng.
Merasa kurang puas dengan jawaban Ata. Luna mendecak kesal.
"Ya kapan wirosableng?!"
Ata hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu. Luna merasa, bicara soal jatuh cinta lagi dengan sahabatnya ini sangatlah boros. Ia memilih pergi ke kantin untuk membeli roti dan susu karena dia belum sarapan.
🌜🌌🌜
"Makin lama, makin cantik aja si Ata. Gue jadi tambah semangat ke sekolah." ucap seorang pemuda. Sebut saja Dirga.
"Apalagi senyumnya tadi. Manis banget. Lebih manis dari es tehnya mbak Sari." ucap pemuda lain. Sebut saja Udin.
"Lebay lo semua!"
Kedua pemuda tadi langsung mengarahkan tatapan tajam kepada pemuda lain yang diketahui namanya Reihan.
"Ngomong apa lo barusan?"
"Lebay lo semua!"
Satu pukulan mendarat mulus di kepala Reihan. Sang empu meringis kesakitan lalu menyumpahi orang yang baru saja memukulnya.
"Sakit bego!"
"Makanya kalo ngomong tuh diayak dulu biar alus."kesal Udin.
"Emang siapa sih Ana, Ama itu?"tanya Rei.
"Ata bego!"
"Iyalah itu. Emang siapa sih dia?"
Kedua temannya melotot bersamaan. Bagaimana bisa, seorang Ata yang cantik bak bidadari, most wanted sekolah Rei tidak tahu?
"Gila! Lo ga tau Ata?"
Rei mengangguk mantap.
"Gila! most wanted, Ata Syafa. Anak kelas 11 Farmasi 3 yang cantiknya tiada tara. Lo ga tau?"
Sekali lagi Rei hanya mengangguk. Rei memang tidak tahu siapa Ata yang mereka maksud dan tidak ingin tahu.
"Makanya kalo maen tuh jangan cuma di perpus doang! Sesekali tuh puterin kelas 10 11 biar lo tau, bibit unggul di sekolah kita."
"Kurang kerjaan banget."ucap Rei lalu berdiri dari kursinya.
"Udah ah, gue mau pergi."ucap Reihan lalu pergi.
"Mau kemana lo?heh kutil kuda!"panggil Udin sedikit berteriak.
"Paling juga ke perpus tuh anak. Kayak ga tahu kebiasaan dia aja."
"Oh ya, lupa gue."
Hehehe gimana pendapatnya?
Bingung ngecutnya 😭