Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa mulai meninggalkan sekolah satu persatu. Ada juga siswa yang masih berada di sekolah. Biasanya mereka si kutu buku atau mereka yang mengikuti ekstrakulikuler seperti basket, voli.
Ata memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Beberapa temannya sudah ada yang meninggalkan kelas. Tinggal Ata, Gea, Luna, Thomas, dan si kutu buku Hana.
"Lun gue bareng ya. Bang Ando pulang sore soalnya." ucap Ata setelah selesai memasukkan bukunya.
"Yah maaf Ta. Gue mau nemenin Bunda ke rumah Tante gue."
"Yah...gue pulang sendiri dong." ucap Ata sambil mempoutkan bibirnya.
"Gue balik dulu ya guys!" pamit Thomas.
"Eh eh... Tomcat lu tebengin nih si Ata." suruh Luna saat melihat Thomas hendak berjalan meninggalkan kelas.
"Yah gue ada janji sama gebetan gue."
"Emang lo punya gebetan?" sindir Ata.
"Heh! sembarangan. Muka tampan kayak gue gini pasti punyalah. Siapa sih yang ga tahan sama kegantengan Thomas." ucap Thomas percaya diri lalu mengedipkan sebelah matanya.
Ata pura-pura muntah setelah mendengar perkataan Thomas. Ata berpikir, bagaimana bisa ada manusia yang spesiesnya seperti Thomas. Ata akui, Thomas itu memang tampan, ya karena dia blasteran. Tapi semua pemikiran itu lenyap seketika, setelah mengetahui sifat aslinya.
"Mending lo pergi sekarang! daripada gue gampar." suruh Ata.
"Yeu siapa juga yang mau lama-lama disini." ucap Thomas lalu melengos pergi.
"Dasar bulepotan!" kesal Ata setelah Thomas meninggalkan kelas.
Luna tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu. Mereka suka sekali ribut. Sekalinya akur, hanya bertahan 1 menit setelah itu ribut lagi.
"Ya udah gue cabut dulu ya!" pamit Luna lalu meraih tasnya dan langsung pergi.
"Hati-hati cui!" teriak Ata di tempat.
Ata melambaikan tangannya. Ata menghela nafas panjang. Sekarang tinggal Ata, Gea dan Hana. Tidak mungkin ia pulang bersama mereka. Mereka punya kegiatan sendiri-sendiri. Gea ada rapat OSIS, sedangkan Hana, ia memilih membaca obat-obat penting yang tebalnya hampir 1000 halaman.
"Terpaksa naik angkot deh." ucap Ata pada dirinya sendiri. Ia berdiri dari kursinya, lalu berpamitan pada Gea dan Hana.
Ata berjalan keluar kelas. Ia melihat ke arah langit. Tidak seperti tadi pagi yang warnanya cerah, sore ini langit terlihat lebih murung. Warna kelabunya menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.
"Jangan hujan dulu, please jangan hujan dulu."
Ata melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah. Ia memutuskan untuk menunggu angkot di halte dekat sekolah. Tapi rencananya gagal total. Belum sampai di halte, hujan turun dengan derasnya.
"Waa! basah, basah!!" teriak Ata sambil berlari cepat menuju halte. Ia tidak mau basah kuyup.
Sesampainya di halte, seragam Ata tidak terlalu basah. Tasnya juga masih aman. Hanya sepatu dan rambutnya yang basah. Ata menghela nafas lega.
"Untung aja gue larinya cepet tadi." ucap Ata sambil membersihkan air yang membasahi dirinya.
Ata menatap ke arah langit, hujan semakin deras saja. Wajah Ata yang semula cerah, berubah menjadi sedih. Senyuman yang selalu menemani wajahnya hilang begitu saja.
"Kok gue jadi baper gini." ucap Ata dengan tawa hambarnya.
Ia kemudian duduk di halte. Ata menatap kakinya yang ia goyang-goyangkan. Suasananya sangat hening. Hanya suara hujan yang terdengar.