7. Nomor Tak Dikenal

316 16 0
                                    

Kau tahu, apa yang paling kusuka? Melihatmu mencintaiku.

~Reihan Adinegara~

Langit jingga telah berganti malam. Berjuta bintang dan bulan yang tersenyum manis menambah indahnya lukisan Tuhan. Seorang pria tengah bersender pada balkon kamarnya, ditemani secangkir cokelat panas dan juga beberapa cemilan. Sesekali ia membalas beberapa pesan masuk.

"Rei." panggil seseorang dari luar.

"Masuk aja pa."

Pria berumur 45 tahun itu masuk ke kamar anaknya. Ia langsung berdiri di samping Rei, mengambil cokelat panasnya dan meminumnya tanpa dosa.

"Papa!! itu kan punya aku!" teriak Rei.

Papanya hanya tertawa tak berdosa. Rei mencebikkan bibirnya.

"Minta dikit doang."

"Terserah Papa aja."

Rei kembali menatap jutaan bintang di langit. Papanya melakukan hal yang sama. Entah apa yang dipikirkan kedua insan manusia tersebut. Tidak ada yang tahu kecuali mereka sendiri dan Tuhan.

"Kamu kangen Mama ya?"

"Hm."

"Mama kamu pasti lagi ngeliatin kita. Dia pasti ngomel ngomel karena udah jam segini kita ngga buru-buru tidur." ucap Papa Rei.

Rei tertawa pelan. Papanya benar. Mamanya suka sekali memarahinya dan juga Papanya jika jam 9 lebih mereka tidak lekas tidur.

"Mama udah bahagia disana Pa. Dan kita juga harus bahagia disini." ucap Rei.

Papa Rei mengangguk setuju. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia sangat merindukan istrinya. Mama Rei meninggal 4 tahun lalu karena kecelakaan. Waktu itu menjadi hari paling menyedihkan bagi kedua laki-laki tersebut. Rei yang kehilangan Mamanya sedangkan Papa Rei kehilangan istrinya yang sangat ia cintai itu.

Tapi seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengikhlaskan kepergian sosok perempuan yang sangat mereka sayangi itu.
Kita tidak bisa melupakan kepergian, yang bisa kita lakukan adalah merelakannya.

"Ya udah papa ke kamar dulu ya." pamit Papa Rei.

"Good night Pa." ucap Rei tulus. Tak lupa dengan senyum.

"Kamu juga." balas Papanya.

Papa Rei meninggalkan Rei sendirian. Kesunyian kembali menyelimuti Rei. Ia menghela nafas panjang.

Drttt drtt

Ponsel Rei bergetar. Ia melihat ada satu nama muncul di notifikasinya. Tapi ia tak memperdulikannya. Rei memilih diam menatap bintang sambil memakan cookies cokelatnya.

Drrtt drttt

Sekali lagi, tapi Rei tak peduli.

"Ganggu banget." ia mematikan ponselnya.

Rei membereskan gelas dan cookiesnya. Ponselnya ia lempar begitu saja ke kasur. Ia berbaring di kasur king sizenya. Ia berencana tidur. Sebelum memejamkan matanya, tak lupa ia menyetel alarm pukul 05.00.

"Selamat malam Ma." ucapnya sebelum akhirnya terpejam.

~~~

Ata mondar mandir tak karuan di kamarnya. Sedari tadi ia memikirkan bagaimana kalau pemilik buku yang dititipkan Bu Susi marah.

"Ngga Ta. Dia bakal maklumin itu." ia mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Tapi kalo buku itu penting gimana. Ntar gue di marah-marahin, di suruh hormat bendera, lari lari ga jelas di lapangan. Ah!! jangan sampe, jangan sampe!"

Ata mengalihkan pandangannya ke meja belajarnya. Buku yang dititipkan Bu Susi masih tergelatak disana. Buku itu seakan menghantui pikiran Ata.

"Iya iya besok lo gue balikin ke pemilik lo!" ucap Ata pada buku tersebut.

Jika orang lain melihat, mungkin ia seperti orang gila sekarang.

Drrt Drrt

Ponsel Ata bergetar. Ia mengambil ponselnya yang terletak di nakas. Satu nomor tak dikenal mengiriminya pesan.

+6282325xxxxxx
Ata

Alis Ata bertaut. Ia tak tahu nomor siapa itu. Karena sangat penasaran ia membalasnya.

Ata
Iya, ini siapa?

+6282325xxxxxx
Ata, kamu ngga ingat?

Oke, sekarang Ata mulai takut. Ia tak membalas pesan tersebut. Ia mematikan ponselnya lalu mencoba pergi ke alam mimpinya. Bertemu dengan pangeran tampannya.

Di sebuah panti asuhan, seorang pria sedang bermain bersama anak-anak panti. Ia terlihat senang sekali. Ata yang melihatnya dari kejauhan juga tersenyum melihatnya. Ia jadi teringat dengan seseorang. Seseorang yang telah berhasil mendobrak hati Ata yang terkunci lama. Seseorang yang menjadi cinta pertama Ata. Seseorang yang mampu membuat Ata selalu merasa dicintai. Tanpa disadari, air mata Ata yang ia tahan daritadi meluncur bebas membasahi pipinya. Pria yang sedang bermain tadi mengetahui keberadaan Ata lalu menghampirinya. Memeluknya dengan erat. Menyalurkan kehangatan dan ketenangan. Pelukan itu berhasil membuat Ata tenang. Ia tersenyum dalam pelukannya. Laki-laki yang masih belum terlihat wajahnya oleh Ata. Laki-laki misterius yang selalu berhasil membuat Ata nyaman dan bahagia disisinya.

Pendek?/ emang iya 😢

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang