Reihan sedang duduk manis sambil membolak-balikkan halaman buku yang ia baca. Ia memilih membaca buku pertolongan pertama kecelakaan di lab. Ia mencermati kata demi kata, menyimpannya kedalam memori otaknya yang berkapasitas besar.
Reihan Adinegara. Sosok pria yang diidolakan para siswi di SMK Bhakti. Tubuh atletis, rahang yang tajam, berwajah tampan, kulit putih bersih, membuatnya semakin digilai oleh para siswi. Sering kali Rei mendapatkan bunga dan cokelat dari para penggemarnya. Tapi Rei tidak menanggapinya. Ia malah membagikan hadiah mereka kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Baca teman sekelasnya.
“Lama-lama bosen juga.” ucap Rei sambil menguap.
Rei menutup buku yang baru saja ia baca sampai halaman 20. Kemudian mengembalikkannya ke rak. Rei berjalan meninggalkan perpustakaan.
“Udah selesai bacanya?” tanya penjaga perpustakaan yang namanya Pak Widi.
“Udah pak. Lama-lama bosen juga. Saya balik ke kelas dulu ya!”pamitnya.
Pak Widi melambaikan tangannya pada Rei. Sepanjang koridor perpustakaan, banyak pasang mata yang menatap Rei kagum. Siapa lagi kalau bukan penggemar Rei yang tergabung dalam ReiLovers. Cukup berlebihan bukan? tapi kenyataannya begitu. Siswi SMK Bhakti yang menyukai Rei membuat satu klub penggemar yang namanya ReiLovers. Mereka sangat heboh tiap kali Rei mengikuti acara atau lomba disekolah.
Pada awalnya Rei terkejut saat mengetahui dia memiliki klub penggemar. Tapi semakin kesini, ia mulai terbiasa. Bahkan dengan teriakan mereka yang memanggil nama Rei, atau sekedar memuji Rei. Ia mulai terbiasa dengan itu semua, yang Rei lakukan hanya tersenyum merespon mereka.
“Argh, Rei senyum ke gue itu!”
“Ngga, ngga. Rei senyum ke gue!”
“Senyummu mengalihkan duniaku mas!”
“Manis banget sih!”
Pangeran gue!”
“Rei follback IG gue ya!”
Yang Rei lakukan hanya terus berjalan, tanpa menanggapi teriakan para penggemarnya. Ia melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.
Bugh!
“Aw, pantat gue.” rintih seseorang yang sedang terjatuh di hadapan Rei.
Rei menatap orang tersebut. Tidak ada niatan menolong sama sekali.
Ata yang masih mengaduh karena nyeri di pantatnya memandang orang dihadapannya kesal. Ia berdiri, menggunakan tangannya sebagai tumpuan lalu membersihkan roknya.
“Heh lo! ngapain cuma liatin doang?” tanya Ata kesal.
“Kenapa?”tanya Rei singkat.
Mulut Ata menganga. Tak percaya dengan kata yang baru saja keluar dari mulut Rei.
“Lo tanya kenapa? wah parah nih orang.”
Ata berjalan mendekati Rei.
“Lo udah nabrak gue, dan lo masih tanya kenapa? lo merem apa?!” Ata mulai emosi.
“Gue? nabrak lo? yang ada lo kali nabrak gue!” bentak Rei sambil menunjuk Ata dengan telunjuknya.
Ata sempat termundur karena Rei menujukknya. Tapi ia kembali memaki Rei.
“Heh setan! lo ngomong apa barusan? gue nabrak lo?”
“Woi! melek dong! disini gue yang jadi korban, bukan lo. Pantat gue jadi sakit nih gara-gara lo.”
Ata memegangi pantatnya yang terasa nyeri.
“Gue bilang, gue ga nabrak lo! jelas-jelas lo yang salah. Jalan tapi kepalanya nunduk.” Ucap Rei masih kesal dengan Ata.
Ata yang merasa tidak terima, makin tersulut emosinya. Ia melangkah lebih dekat ke Rei. Memandang pria tersebut dengan wajah marahnya.
“Lo salah! titik ngga pake koma!” ucap Ata lalu pergi.
Rei menatap kepergian Ata dengan marah-marah. Sedangkan Ata pergi meninggalkan Rei dengan memegangi pantatnya yang masih terasa sakit.
“Dasar cewek ngga jelas!” kesal Rei.
Rei kembali melanjutkan langkahnya ke kelas dengan perasaan kesal pada Ata.
Ata sampai di kantor guru. Ia masuk ke dalam lalu menghampiri Bu Susi yang duduk anteng di kurisnya. Bu Susi termasuk guru favorit di sekolah. Beliau mengajar mata pelajaran Farmakologi. Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi obat dengan tubuh untuk menghasilkan efek terapi yang diharapkan.
“Permisi, Bu Susi cari saya?” tanya Ata sopan.
“Ah iya Ata. Ini ibu kasih materi baru buat praktek hari Kamis. Tolong kamu foto kopi trus dibagikan sekelas ya. Kamu ketua kelasnya kan?”
Ata mengangguk. Ia memang di nobatkan menjadi ketua kelas 11 Farmasi 3. Kelas paling rusuh tapi isinya encer semua.
“Baik bu,nanti saya bagikan. Kalau begitu saya permisi dulu bu.” Pamit Ata sopan.
“Eh tunggu dulu!” panggil bu Susi. Membuat Ata menoleh balik.
Bu Susi mengambil sesuatu di dalam lacinya. Beliau mengambil sebuah buku lalu diberikan kepada Ata.
“Saya minta tolong, kembaliin ini ke Reihan kelas 12 Farmasi 3 ya.” suruh Bu Susi.
Ata menerima buku tersebut, lalu membungkuk sopan sebelum pamit kembali ke kelasnya.
“Minta temenin Luna aja lah.” ucap Ata pada dirinya sendiri setelah keluar dari kantor guru.
Sebelum kembali ke kelas, ia mampir ke foto kopian yang berada di sekolahnya.
“Pak, tolong foto kopi jadi 35 ya.” Pinta Ata pada petugas foto kopi tersebut.
“Tunggu bentar ya mbak.”
Ata mengangguk, lalu menunggu dengan tenang. Ata mengambil ponselnya yang ia taruh di saku, lalu membukanya. Ada dua notifikasi Line, dari Luna dan Bang Ando. Ia membuka dan membacanya satu persatu. Pertama ia membuka chat dari Luna.
Luna🐵
Lama amat sih? lo ke kantor guru mampir dulu ya ke Bogor?Ata
Bentar nyet, baru foto kopi materi.Setelah mengirimkan balasan tadi, Ata beralih membuka chat dar Bang Ando, abangnya.
Abangnya Ata
Dek, mau dibeliin apa? mumpung gue ntar pulangnya agak sorean kalo engga ya malem.Ata
Ada apa bang pulang telat?Abangnya Ata
Gue ada kelas sore. Mau dibeliin apa gitu?Ata
Martabak deket kampusnya Bang Ando aja, yang telor sama manis!!Abangnya Ata
Lo malak gue?Ata
Kan abang baik hati hehehehe.Abangnya Ata
Yaudah ntar gue beliin.Ata
Maaciw bos😍Setelah membalas pesan dari Bang Ando, Ata mematikan ponselnya, lalu memasukkannya kedalam saku.
“Mbak ini udah.” ucap petugas foto kopi sambil memberikan foto kopian kepada Ata.
Ata membayarnya lalu mengucapkan terimakasih sebelum pergi ke kelas.
“Nanti tinggal minta ganti bendahara.”