One

234 26 3
                                    

"Harapan,"

•••

Aku menutup buku harianku hari ini, kurasa permintaanku hari ini cukup untuk mewakili semua keinginanku tentang dia.

Sejenak mungkin aku harus melupakan dahulu tentang dia, aku harus bekerja untuk menghidupi diriku sendiri. Pekerjaanku mungkin sudah menunggu, dan inilah hidupku.

Tidak, aku bukan orang dari kalangan kelas atas ataupun kurang mampu. Aku cukup, Ibuku memiliki boutique miliknya sendiri dengan penghasilan yang bisa dikatakan cukup untuk menghidupi keluargaku.
Jangan tanya Ayah, karna aku tak akan sanggup menceritkannya, kurasa cukup aku dan Ibuku yang tahu.

Aku memilih bekerja di sebuah cafe bernama CoffeBean, jabatanku hanya sebagai pelayan biasa dengan jam kerja setengah hari dan full time jika sedang weekend. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak bekerja dengan Ibuku, karna ini adalah pilihanku. Kurasa jika aku bekerja bersama Ibu, aku tidak akan se-gigih ketika aku bekerja bersama orang lain, karna Ibu selalu memanjakanku sebenarnya. Maka dari itu aku lebih memilih bekerja dengan orang lain dari pada dengan Ibu, karna Ibu juga sudah memiliki terlalu banyak karyawan, kurasa itu cukup.

"Livia, buatkan segelas Tiramisu Ice Blended sekarang," Aku mengangguk ketika suara teman satu team-ku mulai mengintrupsi, dan tanpa menunggu lama aku segera melakukannya.

"Ini Ax,"

"Bisa kau antarkan pada meja nomor 25, aku ada pesanan lain,"

Aku melirik meja yang disebutkan temanku Axelia, dan tiba-tiba rasanya tubuhku merinding seketika.

Bukan, seseorang yang duduk disana bukanlah seorang preman menyeramkan ataupun hantu tanpa kepala.

"Liv, apa ada masalah?" Aku menoleh pada Ax yang tengah sibuk dengan membuat pesanannya, meskipun sesekali ia melirikku yang masih berdiri dengan nampan berisi pesanan orang pada meja nomor 25.

"T-tidak, aku akan segera mengantarkannya,"

Dia adalah, pria idamanku.

"Tiramisu Ice Blended, silahkan,"

Dengan sedikit gugup ku letakan segelas Tiramisu Ice Blended di meja nomor 25, kemudian bersiap berlalu pergi karna rasanya aku tak tahan dengan detak jantungku yang rasanya seperti akan meloncat keluar dari tempatnya.

"Eh, thank you,"

Apa, dia berterimakasih padaku.
Aku mengangguk diiringi senyuman canggung, dan setelah itu aku segera berlari menuju tempat awalku.
Beberapa teman satu team-ku tampak menatapku dengan tatapan aneh mungkin, tapi aku tidak peduli, aku sungguh tidak tahu harus bagaimana. Entah harus senang atau malu, aku bingung hanya karena dia.

Ya Tuhan, aku ingin pingsan sekarang.

•••

Tiramisu Ice Blended • Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang