"Tetaplah seperti itu,"
•••
Jam kerjaku baru saja selesai malam ini, dan saat ini aku sedang menunggu sopir rumah untuk datang menjemputku.
"Tutup,"
Aku mengangkat kepalaku ke atas, menengadah untuk melihat siapa yang baru saja bersuara di depanku.
"Aku terlambat, hari ini aku belum menikmati Tiramisu Ice Blended buatanmu,"
Dia, kenapa masih saja menanyakan menu itu di saat sudah malam seperti ini. Apa ia tidak pernah merasa dingin, atau memang ia tidak normal.
Aku menyimpan ponselku ke dalam saku tas kecilku, kemudian menatapnya dengan segala kekuatan yang aku bisa.
"Hmm, kau bisa datang besok untuk menikmatinya,"
Aku menjawab, sebisa mungkin agar terlihat biasa saja. Aku tak mau dia tahu bahwa aku selalu tak bisa jika berdekatan dengannya, apalagi bertatapan dengan matanya.
"Hmm, baiklah. Besok aku akan memesan dua gelas, sebagai ganti untuk hari ini,"
Dia tersenyum, dan ikut duduk di sampingku, di bangku yang sama denganku. Dan yang saat ini ingin aku katakan adalah, bisakah ia menyingkir dari sana. Ia sungguh tidak mengerti keadaanku yang tersiksa ditempatku, menahan gejolak dalam hatiku, menahan kupu-kupu dalam perutku, menahan senyumku, agar semuanya tidak pecah dan tetap terkontrol dengan baik. Hood, pergi dari sini.
"Menunggu siapa?"
Aku memberanikan untuk meliriknya sejenak, dan Tuhan, ia begitu tampan.
"Ak-u menunggu jemputanku,"
Sedikit ku lirik dengan ujung mataku, dia mengangguk. Lalu di detik berikutnya dia mendesah, dan ku asumsikan ia seperti sedang kelelahan.
"Ini sudah malam, aku bisa mengantarmu jika kau tidak keberatan. Aku harus segera pergi, dan aku tidak mungkin meninggalkan gadis cantik seperti kau disini sendirian,"
Hood, berhenti sekarang juga.
Apa pendengaranku tidak salah, apa aku masih dalam keadaan sadar, apa aku waras, apa aku gila sekarang.
Dia menyebutku gadis cantik, Astaga aku tak kuat jika seperti ini."Livia, kau baik-baik saja,"
Tidak Calum, aku tidak baik-baik saja, dan itu karena kau.
"Y-ya-ya, aku b-baik baik saja. Tak masalah, kau bisa pergi. Hmm, jemputanku mungkin akan datang sebentar lagi,"
Tentu aku menolak, aku tidak berniat menolak sebenarnya. Tapi sungguh aku belum siap untuk itu, hati dan kupu-kupu dalam perutku masih sulit ku kendalikan, aku tak mau pingsan tak sadarkan diri di depannya. Itu memalukan!
"Aku bukan orang jahat, kau harus tahu itu,"
Calum, kau gila. Tentu kau penjahat, karna sudah menculik hatiku dengan seenaknya.
"T-tidak, bukan begitu. Aku hanya-- tak mau merepotkanmu,"
Dia terkekeh, dan itu sangat manis. Menambah ketampanan wajahnya, dan aku benar-benar mengaguminya.
"Jangan bercanda, aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Kau tahu, kau membuatku penasaran, bisa catat nomor ponselmu di sini, sepertinya aku ingin mengenalmu lebih dekat,"
Tuhan tolong sadarkan aku sekarang juga.
"Aku tertarik dengamu, mungkin akan lebih dari itu jika kau mau memberikan nomor ponselmu padaku,"
Calum Hood, apa yang kau lakukan. Jangan membuatku gila di usiaku yang masih muda, aku masih ingin menikmati hidupku, tentu saja denganmu.
"Untuk ap--"
"Untukku mendekatimu, dan membuatmu jatuh hati padaku,"
Dan sekarang aku ingin berteriak di telinganya bahwa aku sudah jatuh cinta padanya, lebih sebelum ia melakukan ini padaku.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiramisu Ice Blended • Calum Hood
Romance[COMPLETED] "Aku jatuh cinta, tidak pada pandangan pertama yang tidak sengaja. Aku jatuh cinta, sejak Tiramisu Ice Blended buatanmu masuk ke dalam mulutku, lewat melalui tenggorokanku, dan lanjut sampai ke jantungku." Calum Hood