Dreams - (The Last)

78 14 20
                                    

•••

Seperti bunga yang baru saja tersiram air hujan, cantik dan mekar. Mungkin itulah definisi kecil untuk gadis cantik bernama Livia. Tidak bisa di pungkiri, sesuatu yang tidak pernah ia duga selama ini, pada akhirnya terjadi, seseorang yang begitu ia kasihi, kini telah kembali, di hidupnya tentu saja. Melengkapi hidupnya, seperti mimpi.

"Cal, jangan lari-lari, sayang.." Teriaknya dengan agak khawatir, memperhatikan laki-laki kecil yang kini tengah berlarian bersama sang Ayah yang terus mengejarnya.

"Daddy, stop, dengar kata Mommy," Teriak laki-laki kecil itu dengan nafas terengah-engah sembari terus berlari, karena tentu saja sang Ayah masih terus mengejarnya.

"Tidak mau, Daddy harus hukum kamu, kamu kan kalah," Balas sang Ayah, tidak mau mengalah dan terus mengejar sang buah hati dengan tawa yang tidak henti keluar dari bibir keduanya. Bahkan, ketika keduanya tertawa, wajahnya terlihat akan sama persis, seperti laki-laki kecil itu adalah cerminan pria dewasa itu ketika kecil dulu.

Disisi lain, masih di tempat duduknya, gadis yang kini sudah menjadi Ibu itu hanya bisa menggelengkan kepalanya diiringi senyuman kecil, memperhatikan keduanya yang tetap asik dan tidak menghiraukan ucapannya tadi.

"Mommy..." Laki-laki kecil itu berlari ke arah sang Ibu, masih terus mencoba menghindar dari sang Ayah yang tetap tidak mau berhenti dan mengalah.

Livia, sang Ibu pun segera menangkap laki-laki kecil itu ke dalam dekapan hangatnya, mengusap punggungnya lembut seolah ingin memberikan perlindungan.

"Kamu curang, larinya ke Mommy terus," Keluh sang Ayah yang kini ikut menghampiri, duduk di samping sang istri yang kini malah terkekeh menanggapinya.

"Habis Daddy menakutkan sekali, tidak seperti Mommy yang menenangkan," Balas laki-laki kecil itu dengan terang-terangan, hingga berhasil membuat sanga Ayah sontak memelototkan matanya terkejut.

"Apa kamu bilang? Daddy tidak menakutkan tahu, Mommy saja sampai jatuh cinta," Balas sang Ayah menolak mentah-mentah ucapan sang buah hati, dengan nada yang sedikit marah dibuat-buat.

"Dad---"

"Sudah-sudah, tidak ada yang menakutkan. Kalian tetap kesayangannya Mommy, oke!" Ucap Livia, segera menengahi, menghentikan perdebatan antara sang buah hati dan suami tercintanya.

"Yeay, I love you, Mommy.." Ucap laki-laki kecil itu tulus, mendongakan kepalanya untuk bisa menatap sang Ibu yang masih memeluknya penuh sayang.

"Me too, Calvin.." Balas Livia tak kalah lembut, mengusap puncak kepala sang buah hati dengan penuh kasih.

"Kalau pada Daddy?" Tanya sang Ayah ingin tahu, mengenai bagaimana perasaan sang buah hati padanya.

Laki-laki kecil bernama Calvin itu tampak mengalihkan tatapannya pada sang Ayah, kemudian menyimpan telunjuk tangan kanannya tepat di dagu, seperti berfikir keras, hanya untuk menjawab pertanyaan sang Ayah. Hingga detik berikutnya, Calvin terkekeh dan bergegas melepas tangan Livia yang masih memeluknya, kemudian berpindah kepada sang Ayah dan memeluknya sayang.

"I love you, Daddy.." Katanya dengan pelan, seolah tak ingin sang Ibu tahu, karena ia tidak mau membuat sang Ibu cemburu tentu saja.

"Mommy tidak akan cemburu, Cal," Ucap Livia tiba-tiba, gemas sendiri melihat Calvin yang semakin hari semakin membuatnya takjub dengan setiap pertumbuhannya.

Tiramisu Ice Blended • Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang