Two

180 28 2
                                    

"Aku ingin mendengar suaramu -lagi-"

•••

Aku melangkah memasuki area cafe tempatku bekerja, hari ini team-ku ada pada bagian malam hari.
Aku sedikit menyesal sebenarnya karna tidak bertukar dengan teman team yang lain, karna sebenarnya malam ini Ibu mengajakku makan malam bersama diluar. Tapi karna aku lupa menghubungi teman-ku, maka mau tak mau aku harus tetap bekerja di waktu malam hari dan gagal makan malam bersama Ibu.

"Kenapa Liv?"

Aku menoleh kearah samping kiriku, Ax ternyata sedang berdiri disampingku sembari menatapku dengan tatapan penasaran.

Untuk beberapa menit aku tidak menjawab, memilih diam untuk menetralkan hati dan pikiranku sejenak agar lebih membaik. Tentu aku juga harus profesional karna ini adalah tempat bekerja, tidak sepantasnya aku memasang wajah menyebalkan seperti sekarang.

Ting!

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Ax, pintu masuk cafe tiba-tiba berdenting, menandakan ada pungunjung yang datang memasuki area cafe.

Aku dan Ax menoleh dan seketika tubuhku rasanya kembali merinding, mendapati dia kembali berkunjung ke cafe ini.

Seperti biasa, jantungku memang sangat peka. Ia langsung berdegup tak beraturan, seperti sudah menjadi kebiasaan ketika aku melihat dia, ada dihadapanku, pria idamanku.

"Sebentar,"

Ax berkata, menyadarkanku dari lamunan tentang betapa tampannya dia malam ini. Tak tahukan ia bahwa aku selalu terpesona, apalagi ketika ia berpenampilan seperti sekarang. Dengan celana ripped skinny jeans yang dipadukan dengan vans hoodie sekaligus cable beanie dan converse hitam yang membuatnya begitu terlihat sempurna.

"Liv, kau kenapa melamun?"

Aku kembali di kejutkan dengan kehadiran satu teman lainku, dia Jordan, teman satu team-ku.

"Ah t-tidak, apa kau b-utuh bantuanku dibelakang?"

Sungguh aku tidak ingin terlihat gugup seperti ini, tapi apalah daya, aku sulit mengendalikan semua rasaku.

"Oh tidak, tapi-- apa kau baik-baik saja?"

Jordan ini memang pria yang terlampau peka, ia mudah sekali tahu apa yang aku rasakan, termasuk ketika aku gugup seperti sekarang.

"Y--"

"Jo, ada apa disini? Dan oh ya Liv, bisa buatkan Tiramisu Ice Blended, untuk meja nomor 25? Aku mendapat panggilan dari meja nomor 15,"

Ax, kau menyelamatkanku.
Dan dengan itu, aku segera membuatkan Tiramisu Ice Blended yang aku asumsikan pasti ini adalah pesanan dia.

Aku terkadang tidak mengerti, kurasa dia sedikit aneh. Di cuaca seperti apapun, pesanannya akan selalu ini, Tiramisu Ice Blended. Dari awal aku bekerja disini, dari awal ia mulai rutin mengunjungi cafe ini, pesanannya tidak pernah berubah, apakah ada sesuatu yang sedang coba ia cari tahu dari salah satu menu cafe ini, aku tidak mengerti.

"Kau saja yang antarkan, aku harus menemui Jo,"

Ax mengintrupsi, kemudian berlalu menuju ruang belakang.
Lagi? Astaga, kenapa Ax selalu memberikanku tugas yang berhubungan dengannya. Tak tahukan ia bahwa aku tak mampu, aku tak akan mampu berlama-lama berada di dekatnya.

"Hmm, Tir--"

"Tiramisu Ice Blended, thank you Li-vi-a,"

Astaga, benarkan, dia menyebut namaku, membaca nama pada IDCard-ku. Ya Tuhan, ku mohon beri aku kekuatan untuk tetap mampu berdiri disini.

"Hmm, Livia, jika boleh, bisa duduk sebentar?"

Bisaaaaa, ayo Livia katakan bisa. Dia memintamu untuk duduk bersamanya, ayo kau bisa Livia.

•••

Tiramisu Ice Blended • Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang